Pro dan Kontra Iringi Sikap APPI Boikot Turnamen

Rabu, 03 Februari 2016 - 18:47 WIB
Pro dan Kontra Iringi...
Pro dan Kontra Iringi Sikap APPI Boikot Turnamen
A A A
SEMARANG - Pro dan kontra terus mengiringi sikap Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI) yang memboikot turnamen. Mantan Pelatih PSIS Semarang M Dofir berharap agar para pemain di Jawa Tengah meninjau kembali keputusannya untuk memboikot turnamen berskala nasional.
Menurut Dofir, sikap menolak digelarnya turnamen yang dilakukan oleh APPI sebenarnya tidak salah. Namun, kata Dofir, dalam kondisi seperti sekarang ini, pemain yang bergabung dengan klub Divisi Utama (DU), dalam kondisi tidak menguntungkan, karena minim turun dalam turnamen.

''Dalam kondisi seperti sekarang ini, yang punya kekuasaan penuh adalah Kementerian Pemuda dan Olahraga. PSSI tidak berdaya, maka sebaiknya pemain tidak memboikot turnamen, karena justru akan vakum lebih lama lagi,”kata M Dofir, Rabu (3/2).
Dofir bisa memahami apa yang dirasakan oleh setiap pemain profesional, dalam kondisi sepak bola yang masih karut-marut.
Sebagai bekas pemain Mahesa Jenar, ia paham, ketika lama tidak turun dalam kompetisi resmi. ''Minimal bisa mendapatkan uang pertandingan, meski dengan durasi paling lama tiga bulan,”ujarnya.

Menurut dia, tentu yang diharapkan oleh semua pemain adalah kembali bergulirnya kompetisi resmi di semua kasta, baik itu Indonesia Super League (ISL), Divisi Utama (DU) dan Liga Nusantara.



Karena dengan adanya kompetisi resmi, finansial pemain akan semakin baik, karena mendapatkan gaji yang tertuang dalam klausul kontrak, selama satu musim atau 10 bulan hingga 12 bulan.


''Saya memahami pemain menghendaki kompetisi, karena turnamen itu gebyarnya paling hanya dua bulan. Tapi jika sampai menolak, kan tidak dapat apa-apa, kasihan pemain-pemain muda,”papar dia.

Jika boikot benar direalisasikan, maka yang akan kena imbasnya dalam waktu dekat adalah Piala Bung Karno. Turnamen dengan konsep seperti Piala Dunia mini yang melibatkan 10 kota di Tanah Air itu merupakan turnamen nasional, yang akan diselenggarakan oleh pemerintah, dan direncanakan digelar pada akhir Februari.



Bekas Pelatih PSCS Cilacap dan Persip Pekalongan Gatot Barnowo bisa memahami keinginan dari APPI yang menolak digelarnya turnamen. Sebab, turnamen yang digelar secara terus menerus dari sisi teknis dan nonteknis, tidak menguntungkan pemain.

”Jika ada yang cedera berkepanjangan, siapa yang mau menanggung?, padahal pemain dituntut pokoknya harus menang. Tim yang menyewa jasanya memberinya honor setiap kali main, tanpa ikatan kontrak,” kata dia.

Dari sisi teknis, turnamen juga tidak berpihak pemain. Gatot mengatakan, biasanya ketika klub mau ikut turnamen, pemain dikumpulkan secara mendadak, sehingga chemistry antarpemain kurang menyatu.


”Ini imbasnya pada kerjasama antarpemain. Penonton tahunya pemain itu buruk di lapangan, padahal bukan kesalahan murni pemain, tapi persiapan klub yang sangat mepet,” jelasnya.
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1650 seconds (0.1#10.140)