Waduh! Kontestan Piala Gubernur Kaltim 2016 Cuma Incar Uang Tampil
A
A
A
GRESIK - Prestasi bukan lagi menjadi pertimbangan utama klub sepak bola Indonesia ambil bagian turnamen yang digelar. Match fee atau uang tampil kini menjadi bidikan utama demi menjaga dapur tim tetap ngebul.
Setidaknya itu dibenarkan Persegres Gresik United yang akhirnya mendapat kesempatan berjibaku di Piala Gubernur Kalimantan Timur (PGK) 2016. Jangankan siapa pemain yang akan diturunkan Persegres di ajang itu, pelatih pun belum dipilih secara definitif.
Hingga kini, Persegres sama sekali belum memulai persiapan walau turnamen bakal bergulir sepekan lagi, tepatnya 27 Februari. Sepertinya prestasi tidak begitu dipikirkan Persegres, tapi lebih mengincar match fee yang dianggap lebih besar dibanding budget untuk membentuk tim.
Uang tampil di PGK nilainya beragam tiap fase. Untuk babak penyisihan, setiap klub yang menang dalam waktu normal mendapat Rp125 juta dan yang kalah Rp75 juta. Sedangkan menang penalti mendapat Rp110 juta dan yang kalah Rp90 juta. Di babak perempat final, yang menang mendapat Rp125 juta dan kalah Rp75 juta. Sedangkan sang juara digelontor Rp1,5 miliar dan runner-up Rp1 miliar.
Manager Persegres Bagoes Cahyo Yuwono membenarkan pihaknya tertarik ikut PGK karena match fee yang menggiurkan. Paling tidak pemasukan yang diterima tim masih lebih besar dibanding biaya untuk mempersiapkan kekuatan sebelum turnamen. Sebelumnya Persegres tak tertarik ikut Piala Walikota Padang.
"Jujur saja dalam kondisi seperti ini kami harus benar-benar berhitung soal finansial. Kebetulan Piala Gubernur Kaltim menawarkan match fee yang lumayan, jadi kami tertarik ikut. Seandainya Persegres tidak diundang, mungkin kami tidak akan ikut turnamen," jelas Bagoes.
Kalkulasi yang dilakukan Laskar Jaka Samudra jelas bakal berimplikasi pada kualitas tim yang bertarung nantinya. Sejak para pemain tuntas kontraknya awal 2016 silam, tim ini sama sekali belum memikirkan transfer pemain baru, apalagi kontrak permanen.
Tim kebanggaan Ultrasmania pun rencananya cukup memakai pemain lokal untuk dibawa ke Kalimantan Timur. "Kami akan mengoptimalkan pemain lokal dan pemain muda. Kira-kira hampir sama seperti saat mengikuti Piala Jenderal Sudirman lalu. Pemain-pemain lama akan kami hubungi lagi," tambah Bagoes.
Daya saing Persegres jelas sangat diragukan dengan minimnya persiapan, sementara tim lain sudah jauh hari melakukan aktivitas transfer hingga ujicoba. Ditambah lagi, hingga Sabtu (20/2/2016), manajemen belum memastikan siapa yang bakal melatih Persegres di PGK yang akan diikuti 12 tim dari level tertinggi liga Indonesia.
Bagoes mengatakan pihaknya masih berkomunikasi dengan Widodo C Putro sebagai calon utama pelatih Persegres pada 2016. Namun seandainya Widodo tidak bersedia, manajemen akan secepatnya mencari pelatih baru yang bisa mempersiapkan tim dalam waktu cepat.
Paling tidak, tim kuning harus sudah mempersiapkan diri awal pekan depan jika diasumsikan berangkat ke Kalimantan Timur sebelum 27 Februari. Persiapan seminggu sejatinya sangat tidak ideal untuk tim yang sudah vakum sekitar dua bulan.
Setidaknya itu dibenarkan Persegres Gresik United yang akhirnya mendapat kesempatan berjibaku di Piala Gubernur Kalimantan Timur (PGK) 2016. Jangankan siapa pemain yang akan diturunkan Persegres di ajang itu, pelatih pun belum dipilih secara definitif.
Hingga kini, Persegres sama sekali belum memulai persiapan walau turnamen bakal bergulir sepekan lagi, tepatnya 27 Februari. Sepertinya prestasi tidak begitu dipikirkan Persegres, tapi lebih mengincar match fee yang dianggap lebih besar dibanding budget untuk membentuk tim.
Uang tampil di PGK nilainya beragam tiap fase. Untuk babak penyisihan, setiap klub yang menang dalam waktu normal mendapat Rp125 juta dan yang kalah Rp75 juta. Sedangkan menang penalti mendapat Rp110 juta dan yang kalah Rp90 juta. Di babak perempat final, yang menang mendapat Rp125 juta dan kalah Rp75 juta. Sedangkan sang juara digelontor Rp1,5 miliar dan runner-up Rp1 miliar.
Manager Persegres Bagoes Cahyo Yuwono membenarkan pihaknya tertarik ikut PGK karena match fee yang menggiurkan. Paling tidak pemasukan yang diterima tim masih lebih besar dibanding biaya untuk mempersiapkan kekuatan sebelum turnamen. Sebelumnya Persegres tak tertarik ikut Piala Walikota Padang.
"Jujur saja dalam kondisi seperti ini kami harus benar-benar berhitung soal finansial. Kebetulan Piala Gubernur Kaltim menawarkan match fee yang lumayan, jadi kami tertarik ikut. Seandainya Persegres tidak diundang, mungkin kami tidak akan ikut turnamen," jelas Bagoes.
Kalkulasi yang dilakukan Laskar Jaka Samudra jelas bakal berimplikasi pada kualitas tim yang bertarung nantinya. Sejak para pemain tuntas kontraknya awal 2016 silam, tim ini sama sekali belum memikirkan transfer pemain baru, apalagi kontrak permanen.
Tim kebanggaan Ultrasmania pun rencananya cukup memakai pemain lokal untuk dibawa ke Kalimantan Timur. "Kami akan mengoptimalkan pemain lokal dan pemain muda. Kira-kira hampir sama seperti saat mengikuti Piala Jenderal Sudirman lalu. Pemain-pemain lama akan kami hubungi lagi," tambah Bagoes.
Daya saing Persegres jelas sangat diragukan dengan minimnya persiapan, sementara tim lain sudah jauh hari melakukan aktivitas transfer hingga ujicoba. Ditambah lagi, hingga Sabtu (20/2/2016), manajemen belum memastikan siapa yang bakal melatih Persegres di PGK yang akan diikuti 12 tim dari level tertinggi liga Indonesia.
Bagoes mengatakan pihaknya masih berkomunikasi dengan Widodo C Putro sebagai calon utama pelatih Persegres pada 2016. Namun seandainya Widodo tidak bersedia, manajemen akan secepatnya mencari pelatih baru yang bisa mempersiapkan tim dalam waktu cepat.
Paling tidak, tim kuning harus sudah mempersiapkan diri awal pekan depan jika diasumsikan berangkat ke Kalimantan Timur sebelum 27 Februari. Persiapan seminggu sejatinya sangat tidak ideal untuk tim yang sudah vakum sekitar dua bulan.
(sha)