Terima Putusan Pemecatan, Bendol: Ini Risiko Pekerjaan
A
A
A
JAKARTA - Pelatih Benny Dollo siap menerima keputusan terburuk berupa pemecatan setelah gagal membawa Sriwijaya FC juara Piala Bhayangkara Cup 2016. Saat dikonfirmasi, Benny Selvianus Dollo nama lengkap Bendol menanggapi evaluasi kepemimpinan dengan bijak. “Itu bagian dari risiko pekerjaan,”kata Bendol singkat sekarang sibuk mempersiapkan laga terakhir SFC kontra Bali United, Minggu (3/4) di stadion utama GBK , Senayan , Jakarta.
Menurut pelatih senior Tanah Air ini, ia telah memberikan segenap kemampuannya. Namun dalam dunia sepak bola bukanlah sebuah proses yang harus dihargai. Ia menuturkan, hasil akhirlah menjadi segala-galanya dari harga mutlak sebuah prestasi. “Semua keputusan saya berikan kepada manajemen saja,”tutupnya.
Sekilas cerita, Bendol menukangi tim awal bulan Oktober 2014, menggantikan posisi Subangkit. Pelatih yang akrab disapa Cak Su itu, terdepak karena tidak mampu meraih target juara di kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2013. QNB-League 2015 (kompetisi ISL berganti nama) debut perdana Bendol mengarungi karir sebagai arsitek tim. Baru seumur jagung kompetisi terhenti buah konflik sepak bola yang terjadi. Alhasil, Laskar Wong Kito melakoni tiga laga itu pun Bendol hanya memberikan kepuasan hasil seri kepada publik Palembang.
Tidak terelakan jika karut-marut sepak bola Indonesia akhirnya terjadi pembekuan PSSI dan kompetisi permanen terhenti akibat perseteruan PSSI dengan Kemenpora. Beragam klub kontestan ISL melambaikan tangan tanda menyerah dan memilih bubar tidak sanggup membayar gaji pelatih dan pemain. Pengelola klub SFC yakni, PT. Sriwijaya Optimis Mandiri (SOM) nekat mempertahankan tim. Kegigihan manajemen mempertahankan klub berbuah manis. Karena gelaran turnamen-turnamen bergulir mengisi kegalauan semua insan sepak bola.
Konsisten berlatih mempersiapkan diri dibandingkan klub-klub mulai dari nol merapatkan kembali barisan. Catatan buruk Bendol dimulai dari sini. Dari empat turnamen: Piala Presiden, Piala Jenderal Sudirman, Piala Gubernur Kalimantan Timur, Piala Bhayangkara, salah satu trofi seharusnya bisa diboyong ke Palembang. Manajemen juga memberikan hadiah kepada Bendol para bomber terbaik dengan nama beken. Sebut saja seperti Titus Bonai, Patrich Wanggai, Osas Saha, Ferdinand Sinaga, Hilton Moreira, dan Alberto "Beto" Goncalves telah dimiliki Bendol.
Selain dimanjakan dengan para pemain bertabur bintang di empat turnamen dirasa menjadi kesempatan panjang pelatih asal Manado itu di Palembang. Hal tersebutlah menjadi rapor terburuk Bendol bersama Laskar Wong Kito di akhir laga Piala Bhayangkara 2016.
Menurut pelatih senior Tanah Air ini, ia telah memberikan segenap kemampuannya. Namun dalam dunia sepak bola bukanlah sebuah proses yang harus dihargai. Ia menuturkan, hasil akhirlah menjadi segala-galanya dari harga mutlak sebuah prestasi. “Semua keputusan saya berikan kepada manajemen saja,”tutupnya.
Sekilas cerita, Bendol menukangi tim awal bulan Oktober 2014, menggantikan posisi Subangkit. Pelatih yang akrab disapa Cak Su itu, terdepak karena tidak mampu meraih target juara di kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2013. QNB-League 2015 (kompetisi ISL berganti nama) debut perdana Bendol mengarungi karir sebagai arsitek tim. Baru seumur jagung kompetisi terhenti buah konflik sepak bola yang terjadi. Alhasil, Laskar Wong Kito melakoni tiga laga itu pun Bendol hanya memberikan kepuasan hasil seri kepada publik Palembang.
Tidak terelakan jika karut-marut sepak bola Indonesia akhirnya terjadi pembekuan PSSI dan kompetisi permanen terhenti akibat perseteruan PSSI dengan Kemenpora. Beragam klub kontestan ISL melambaikan tangan tanda menyerah dan memilih bubar tidak sanggup membayar gaji pelatih dan pemain. Pengelola klub SFC yakni, PT. Sriwijaya Optimis Mandiri (SOM) nekat mempertahankan tim. Kegigihan manajemen mempertahankan klub berbuah manis. Karena gelaran turnamen-turnamen bergulir mengisi kegalauan semua insan sepak bola.
Konsisten berlatih mempersiapkan diri dibandingkan klub-klub mulai dari nol merapatkan kembali barisan. Catatan buruk Bendol dimulai dari sini. Dari empat turnamen: Piala Presiden, Piala Jenderal Sudirman, Piala Gubernur Kalimantan Timur, Piala Bhayangkara, salah satu trofi seharusnya bisa diboyong ke Palembang. Manajemen juga memberikan hadiah kepada Bendol para bomber terbaik dengan nama beken. Sebut saja seperti Titus Bonai, Patrich Wanggai, Osas Saha, Ferdinand Sinaga, Hilton Moreira, dan Alberto "Beto" Goncalves telah dimiliki Bendol.
Selain dimanjakan dengan para pemain bertabur bintang di empat turnamen dirasa menjadi kesempatan panjang pelatih asal Manado itu di Palembang. Hal tersebutlah menjadi rapor terburuk Bendol bersama Laskar Wong Kito di akhir laga Piala Bhayangkara 2016.
(aww)