Hindari Bahaya Virus Zika, Atlet Ini Bekukan Sperma untuk Kekasihnya
A
A
A
LONDON - Ancaman virus zika saat tampil di Olimpiade 2016 jadi fokus para atlet hingga saat ini. Beragam cara mereka lakukan agar bisa terhindar dari wabah endemi yang sedang melanda Brasil saat membela negaranya berjuang merebut medali.
Bulan lalu, 150 pakar kesehatan membuat surat terbuka untuk Badan Kesehatan Dunia (WHO) agar lokasi Olimpiade 2016 dipindah. Alasannya tak lain karena ancaman virus Zika yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegypti cukup berbahaya bagi atlet, khususnya atlet putri sebab bisa menyebabkan gangguan kehamilan.
Namun waktu yang sudah terlalu mepet membuat status tuan rumah Brasil tidak bisa diubah. Bahkan untuk sekadar ditunda, panitia tidak menyanggupinya.
Imbasnya, muncul ide-ide gila untuk menyelesaikan masalah tersebut. Beragam cara dilakukan agar tetap bisa mengharumkan nama negara, namun juga terhindar dari bahaya virus Zika.
Korea Selatan misalnya, Negeri Gingseng menciptakan seragam khusus untuk kontingennya yang sudah diberi semprotan anti nyamuk. Namun ada juga beberapa atlet yang sudah terlanjur takut dan akhirnya tidak ikut Olimpiade.
Lain lagi dengan atlet lompat jauh Inggris Greg Rutherford. Ia punya cara unik agar tetap bisa membela negaranya meski sedang menjalani program memiliki momongan dengan pasangannya.
Lalu bagaimana program keluarganya bisa berjalan? Seperti dikutip Independent.co.uk, Rabu (8/6/2016), Rutherford sengaja membekukan spermanya dan meninggalkan benihnya untuk sang pasangan, Susie Verrill, sebelum terbang ke Rio de Janeiro. Hal itu diungkap langsung kekasihnya.
"Kabar ancaman virus Zika membuat kami tak berhenti berkonsentrasi kalau boleh jujur. Kami bukan satu-satunya yang khawatir, tapi setelah lebih dari 100 ahli medis menyatakan pertandingan harus dipindahkan untuk mencegah penyakit, ini adalah alasan utama kami untuk memilih tetap tinggal," ungkap Verill dalam tulisannya di majalah Issue Standard.
Rutherford yang berhasil merebut emas di Olimpiade London 2012, sudah punya satu anak hasil hubungannya dengan Verrill yang diberi nama Milo. Dengan ancaman zika, atlet berusia 29 tahun itu lebih ingin pasangannya aman ketimbang terkontaminasi virus zika.
"Kami juga membuat keputusan untuk membekukan sperma Greg. Kami akan senang bisa punya banyak anak dan dengan metode penelitian itu, saya bisa menempatkan diri saya dalam situasi yang bisa dicegah," ucap Verrill.
Keputusan yang diambil Rutherford memang cukup unik. Setidaknya, ia tidak ikutan tren mundur dari Olimpiade karena bahaya Zika. Sebelumnya atlet sepeda Tejay van Garderen, pegolf Vijay Singh dan Marc Leishman yang menegaskan tidak ambil bagian di pesta olahraga dunia tersebut.
Panitia olimpiade sendiri terus mengampanyekan bahaya virus Zika terus menyusut dengan memprediksi 500.000 akan datang ke Rio Agustus mendatang. Selain itu, panitia memastikan dari 44 tes yang melibatkan 7.000 atlet, 8.000 relawan dan 2.000 staf, tidak ada satu pun kasus Zika.
Kepala medis Joao Grangeiro juga menekankan waktu Olimpiade akan berlangsung antara 15 Agustus dan 18 September yang merupakan musim semi. "Pertandingan akan berlangsung selama musim dingin di Rio de Janeiro di mana cuaca dingin dan kering akan mengurangi populasi nyamuk. Secara signifikan ini akan menurunkan risiko infeksi nyamuk untuk pengunjung, seperti virus Zika," janji Grengeiro.
Bulan lalu, 150 pakar kesehatan membuat surat terbuka untuk Badan Kesehatan Dunia (WHO) agar lokasi Olimpiade 2016 dipindah. Alasannya tak lain karena ancaman virus Zika yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegypti cukup berbahaya bagi atlet, khususnya atlet putri sebab bisa menyebabkan gangguan kehamilan.
Namun waktu yang sudah terlalu mepet membuat status tuan rumah Brasil tidak bisa diubah. Bahkan untuk sekadar ditunda, panitia tidak menyanggupinya.
Imbasnya, muncul ide-ide gila untuk menyelesaikan masalah tersebut. Beragam cara dilakukan agar tetap bisa mengharumkan nama negara, namun juga terhindar dari bahaya virus Zika.
Korea Selatan misalnya, Negeri Gingseng menciptakan seragam khusus untuk kontingennya yang sudah diberi semprotan anti nyamuk. Namun ada juga beberapa atlet yang sudah terlanjur takut dan akhirnya tidak ikut Olimpiade.
Lain lagi dengan atlet lompat jauh Inggris Greg Rutherford. Ia punya cara unik agar tetap bisa membela negaranya meski sedang menjalani program memiliki momongan dengan pasangannya.
Lalu bagaimana program keluarganya bisa berjalan? Seperti dikutip Independent.co.uk, Rabu (8/6/2016), Rutherford sengaja membekukan spermanya dan meninggalkan benihnya untuk sang pasangan, Susie Verrill, sebelum terbang ke Rio de Janeiro. Hal itu diungkap langsung kekasihnya.
"Kabar ancaman virus Zika membuat kami tak berhenti berkonsentrasi kalau boleh jujur. Kami bukan satu-satunya yang khawatir, tapi setelah lebih dari 100 ahli medis menyatakan pertandingan harus dipindahkan untuk mencegah penyakit, ini adalah alasan utama kami untuk memilih tetap tinggal," ungkap Verill dalam tulisannya di majalah Issue Standard.
Rutherford yang berhasil merebut emas di Olimpiade London 2012, sudah punya satu anak hasil hubungannya dengan Verrill yang diberi nama Milo. Dengan ancaman zika, atlet berusia 29 tahun itu lebih ingin pasangannya aman ketimbang terkontaminasi virus zika.
"Kami juga membuat keputusan untuk membekukan sperma Greg. Kami akan senang bisa punya banyak anak dan dengan metode penelitian itu, saya bisa menempatkan diri saya dalam situasi yang bisa dicegah," ucap Verrill.
Keputusan yang diambil Rutherford memang cukup unik. Setidaknya, ia tidak ikutan tren mundur dari Olimpiade karena bahaya Zika. Sebelumnya atlet sepeda Tejay van Garderen, pegolf Vijay Singh dan Marc Leishman yang menegaskan tidak ambil bagian di pesta olahraga dunia tersebut.
Panitia olimpiade sendiri terus mengampanyekan bahaya virus Zika terus menyusut dengan memprediksi 500.000 akan datang ke Rio Agustus mendatang. Selain itu, panitia memastikan dari 44 tes yang melibatkan 7.000 atlet, 8.000 relawan dan 2.000 staf, tidak ada satu pun kasus Zika.
Kepala medis Joao Grangeiro juga menekankan waktu Olimpiade akan berlangsung antara 15 Agustus dan 18 September yang merupakan musim semi. "Pertandingan akan berlangsung selama musim dingin di Rio de Janeiro di mana cuaca dingin dan kering akan mengurangi populasi nyamuk. Secara signifikan ini akan menurunkan risiko infeksi nyamuk untuk pengunjung, seperti virus Zika," janji Grengeiro.
(bbk)