Trauma Teror, Bek Jerman Larang Keluarga ke Prancis
A
A
A
EVIAN - Bek Jerman Jerome Boateng masih dihinggapi trauma teror bom bunuh diri di Prancis pada 13 November 2015 lalu. Boateng merupakan salah satu saksi aksi peledakan yang terjadi di luar stadion Stade de France, Saint-Denis, saat Prancis menjamu Jerman pada laga persahabatan.
Boateng tak ingin mengambil risiko terhadap keluarganya. Itu sebabnya, dia melarang keluarganya ke Prancis menghadiri Piala Eropa 2016, 10 Juni-10 Juli nanti.
"Keluarga saya dan anak-anak saya tidak akan datang ke stadion. Risikonya terlalu besar," kata Jerome Boateng kepada majalah Sport Bild seperti dilansir Reuters. "Sangat menyedihkan harus berurusan dengan isu-isu seperti itu, tapi banyak hal terjadi yang membuat Anda harus berpikir tentang hal itu."
Prancis dalam keadaan darurat setelah bom November dan serangan senjata yang menewaskan 130 orang di seluruh Paris. Prancis, AS, dan pemerintah negara lainnya telah memperingatkan bahwa militan mungkin menargetkan turnamen sepak bola sebagai sasaran teror. (Baca juga: Jelang Kick-off Piala Eropa 2016, Kondisi Prancis Kian Mencekam).
Boateng bermain di pertandingan persahabatan melawan Prancis pada malam itu ketika ledakan terjadi di luar stadion selama pertandingan. Jerman menghabiskan banyak malam yang bersembunyi di dalam Stade de France sebelum bergegas ke bandara.
"Bagi saya, saya ingin berkonsentrasi pada sepak bola dan saya merasa lebih baik jika keluarga saya tidak duduk di tribun," ujar Boateng.
Jerman terjebak di Grup C bersama Ukraina, Polandia, dan Irlandia Utara. Laga Grup C digelar di Nice, Lille, Paris, dan Marseille. Laga pembuka Jerman melawan Ukraina di Stade Pierre-Mauroy, Lille, 12 Juni.
Presiden Asosiasi Sepak Bola Jerman Reinhard Grindel menyerahkan kepada pemain untuk memutuskan yang terbaik untuk keluarga mereka. "Ini adalah situasi yang setiap orang harus memutuskan untuk keluarga mereka sendiri," kata Grindel wartawan.
Lebih dari 90.000 polisi, tentara dan agen keamanan swasta akan dikerahkan untuk menjamin keamanan Piala Eropa 2016. "Saya menghormati itu tetapi tidak akan mengomentari hal itu. Apa yang akan saya katakan adalah bahwa kami percayaan penuh pada otoritas Prancis."
Boateng tak ingin mengambil risiko terhadap keluarganya. Itu sebabnya, dia melarang keluarganya ke Prancis menghadiri Piala Eropa 2016, 10 Juni-10 Juli nanti.
"Keluarga saya dan anak-anak saya tidak akan datang ke stadion. Risikonya terlalu besar," kata Jerome Boateng kepada majalah Sport Bild seperti dilansir Reuters. "Sangat menyedihkan harus berurusan dengan isu-isu seperti itu, tapi banyak hal terjadi yang membuat Anda harus berpikir tentang hal itu."
Prancis dalam keadaan darurat setelah bom November dan serangan senjata yang menewaskan 130 orang di seluruh Paris. Prancis, AS, dan pemerintah negara lainnya telah memperingatkan bahwa militan mungkin menargetkan turnamen sepak bola sebagai sasaran teror. (Baca juga: Jelang Kick-off Piala Eropa 2016, Kondisi Prancis Kian Mencekam).
Boateng bermain di pertandingan persahabatan melawan Prancis pada malam itu ketika ledakan terjadi di luar stadion selama pertandingan. Jerman menghabiskan banyak malam yang bersembunyi di dalam Stade de France sebelum bergegas ke bandara.
"Bagi saya, saya ingin berkonsentrasi pada sepak bola dan saya merasa lebih baik jika keluarga saya tidak duduk di tribun," ujar Boateng.
Jerman terjebak di Grup C bersama Ukraina, Polandia, dan Irlandia Utara. Laga Grup C digelar di Nice, Lille, Paris, dan Marseille. Laga pembuka Jerman melawan Ukraina di Stade Pierre-Mauroy, Lille, 12 Juni.
Presiden Asosiasi Sepak Bola Jerman Reinhard Grindel menyerahkan kepada pemain untuk memutuskan yang terbaik untuk keluarga mereka. "Ini adalah situasi yang setiap orang harus memutuskan untuk keluarga mereka sendiri," kata Grindel wartawan.
Lebih dari 90.000 polisi, tentara dan agen keamanan swasta akan dikerahkan untuk menjamin keamanan Piala Eropa 2016. "Saya menghormati itu tetapi tidak akan mengomentari hal itu. Apa yang akan saya katakan adalah bahwa kami percayaan penuh pada otoritas Prancis."
(sha)