Mengenal Vasily the Killer, Pemimpin Ultras Rusia di Piala Eropa 2016
A
A
A
PARIS - Dari 24 negara peserta Piala Eropa 2016, bisa dibilang Rusia yang punya suporter paling rusuh. Ratusan warga Negeri Beruang Merah yang terlibat keributan di Prancis, dikabarkan cuma dipimpin satu orang yang bernama Vasily 'the Killer' Stepanov.
Vasily Stepanov atau yang dikenal Vasily the Killer, dianggap media internasional sebagai otak kerusuhan suporter Rusia di Piala Eropa 2016. Pria berusia 35 tahun seperti dilaporkan The Sun, merupakan sosok yang telah mengatur dan memimpin serangan mengerikan pendukung Rusia ke penggemar Inggris beberapa waktu lalu.
Siapa sebenarnya Vasily? Ia merupakan pendiri Spartak Gladiator, firma kelompok suporter Spartak Moskow yang beraliran Neo-Nazi. Ia dikenal sosok yang berdedikasi dan sudah ribuan kali bertarung melawan pesaing Spartak yakni penggemar CSKA Moskow, Zenit St Petersburg, dan Dynamo Moskow. Meskipun Spartak Gladiator cuma kelompok suporter terkuat ketiga, Vasily bisa dibilang jadi sosok yang amat ditakuti di Rusia.
Pertempuran Vasily yang paling diingat adalah ketika ia menyerang Zenit pada 2007 lalu. Ketika itu sekitar seribu orang ia bawa dalam penyerangan tersebut. Rumornya, julukan the Killer (pembunuh) disematkan kepada Vasily semenjak kericuhan akbar tersebut.
Vasily mengaku memang gemar bertarung. "Berkelahi seperti layaknya olahraga. Sejarah sangat penting bagi saya secara pribadi. Saya lebih menghargai gerakan yang punya nilai lebih di dalamnya, terlepas di dukung klub favorit mereka atau kota," katanya.
"Selama mereka berdiri untuk negara mereka, nilai-nilai sejarah dan moral, mereka mendapat rasa hormat dari saya. Saya tidak memberikan penilaian seberapa baik kinerja mereka di stadion, lebih penting bisa mengalahkan hooligan dengan bangga, semangat dan sejarah," tutupnya.
Ada dugaan, penyerangan yang dikomandoi Vasily selama Piala Eropa 2016 adalah bentuk keseriusannya melebarkan sayap hooligan. Sebelumnya ia dikabarkan sudah mengatur untuk menghentikan keributan antar-suporter lokal di Rusia dan menggalang kekuatan negaranya untuk menyerang pendukung internasional.
Pria yang berperawakan mengerikan itu memimpin pertempuran pendukung Rusia dan Inggris di Kota Marseille, Sabtu 11 Juni lalu. Setelahnya pendukung Wales yang jadi sasaran.
Namun beberapa waktu lalu, Vasily sempat membantah melakukannya. Ia mengunggah foto di mana sedang bersantai di pondok musim panasnya bersama istri dan keempat anaknya masih kecil.
Hal itu dibenarkan pengacara bernama Sergei Zhorin yang merupakan sepupunya. Ia menilai tudingan media internasional cuma omong kosong sebab tidak bisa dibuktikan.
"Beberapa media asing dan Rusia menuduh sepupu saya merancang kerusuhan di Prancis. Itu bohong. Dia sedang berada di pondok musim panasnya," ucap Zhorin dikutip Daily Mail.
Jauh sebelumnya, Vasily juga menegaskan sudah lama vakum dari kegiatan hooligan. "Saya punya keluarga. Saya kerahkan energi saya ke sana sekarang," tuturnya.
Baik Vasily atau bukan yang merancang kerusuhan suporter Rusia di Piala Eropa 2016, yang jelas negaranya sudah gagal total di turnamen. Artem Dzyuba Cs tersingkir lebih cepat usai menelan tiga kekalahan di Grup B dari Inggris, Slovakia, dan Wales.
Vasily Stepanov atau yang dikenal Vasily the Killer, dianggap media internasional sebagai otak kerusuhan suporter Rusia di Piala Eropa 2016. Pria berusia 35 tahun seperti dilaporkan The Sun, merupakan sosok yang telah mengatur dan memimpin serangan mengerikan pendukung Rusia ke penggemar Inggris beberapa waktu lalu.
Siapa sebenarnya Vasily? Ia merupakan pendiri Spartak Gladiator, firma kelompok suporter Spartak Moskow yang beraliran Neo-Nazi. Ia dikenal sosok yang berdedikasi dan sudah ribuan kali bertarung melawan pesaing Spartak yakni penggemar CSKA Moskow, Zenit St Petersburg, dan Dynamo Moskow. Meskipun Spartak Gladiator cuma kelompok suporter terkuat ketiga, Vasily bisa dibilang jadi sosok yang amat ditakuti di Rusia.
Pertempuran Vasily yang paling diingat adalah ketika ia menyerang Zenit pada 2007 lalu. Ketika itu sekitar seribu orang ia bawa dalam penyerangan tersebut. Rumornya, julukan the Killer (pembunuh) disematkan kepada Vasily semenjak kericuhan akbar tersebut.
Vasily mengaku memang gemar bertarung. "Berkelahi seperti layaknya olahraga. Sejarah sangat penting bagi saya secara pribadi. Saya lebih menghargai gerakan yang punya nilai lebih di dalamnya, terlepas di dukung klub favorit mereka atau kota," katanya.
"Selama mereka berdiri untuk negara mereka, nilai-nilai sejarah dan moral, mereka mendapat rasa hormat dari saya. Saya tidak memberikan penilaian seberapa baik kinerja mereka di stadion, lebih penting bisa mengalahkan hooligan dengan bangga, semangat dan sejarah," tutupnya.
Ada dugaan, penyerangan yang dikomandoi Vasily selama Piala Eropa 2016 adalah bentuk keseriusannya melebarkan sayap hooligan. Sebelumnya ia dikabarkan sudah mengatur untuk menghentikan keributan antar-suporter lokal di Rusia dan menggalang kekuatan negaranya untuk menyerang pendukung internasional.
Pria yang berperawakan mengerikan itu memimpin pertempuran pendukung Rusia dan Inggris di Kota Marseille, Sabtu 11 Juni lalu. Setelahnya pendukung Wales yang jadi sasaran.
Namun beberapa waktu lalu, Vasily sempat membantah melakukannya. Ia mengunggah foto di mana sedang bersantai di pondok musim panasnya bersama istri dan keempat anaknya masih kecil.
Hal itu dibenarkan pengacara bernama Sergei Zhorin yang merupakan sepupunya. Ia menilai tudingan media internasional cuma omong kosong sebab tidak bisa dibuktikan.
"Beberapa media asing dan Rusia menuduh sepupu saya merancang kerusuhan di Prancis. Itu bohong. Dia sedang berada di pondok musim panasnya," ucap Zhorin dikutip Daily Mail.
Jauh sebelumnya, Vasily juga menegaskan sudah lama vakum dari kegiatan hooligan. "Saya punya keluarga. Saya kerahkan energi saya ke sana sekarang," tuturnya.
Baik Vasily atau bukan yang merancang kerusuhan suporter Rusia di Piala Eropa 2016, yang jelas negaranya sudah gagal total di turnamen. Artem Dzyuba Cs tersingkir lebih cepat usai menelan tiga kekalahan di Grup B dari Inggris, Slovakia, dan Wales.
(aww)