Olimpiade Rio 2016 yang Sangat Humanis

Sabtu, 06 Agustus 2016 - 18:30 WIB
Olimpiade Rio 2016 yang...
Olimpiade Rio 2016 yang Sangat Humanis
A A A
RIO DE JANEIRO - Olimpiade Rio 2016 sudah resmi bergulir. Pesta olahraga empat tahunan yang untuk pertama kalinya digelar di Amerika Selatan, dianggap sukses mengemban misi kemanusiaan. Apa penyebabnya?

Sebanyak 206 negara turut ambil bagian untuk bersaing memperebutkan medali emas di Olimpide kali ini. Selain Indonesia dan negara lainnya yang memang jadi peserta langganan, dua negara yakni Kosovo dan Sudan Selatan resmi menjalani debutnya di ajang prestisius tersebut.

Selain itu, untuk pertama kalinya 'kontingen tanpa negara' bisa ambil bagian bersaing memperebutkan medali. Tim Pengungsi, demikian kelompok tersebut dinamakan, diperbolehkan tampil di Rio untuk mewakili 65 juta masyarakat terdampak perang dan penindasan di negara masing-masing.

Sebanyak 10 atlet Tim Pengungsi yang terdiri dari pengungsi Suriah, Sudan Selatan, Ethiopia, serta Republik Demokratik Kongo (RDC) akan bersaing atas dasar kesetaraan hak bersaing di pentas internasional.

"Kami tetaplah manusia. Kami bukan hanya pengungsi, Kami sama seperti semua orang di dunia," ucap Yusra Mardini, 18, perenang heroik dari Suriah yang tahun lalu membantu menyeret perahu pengungsi yang tenggelam ke tempat yang aman.

Yusra akan bergabung dengan Rami Anis, perenang Suriah lainnya. Selain itu ada Yiech Pur Biel, Paulo Amotun Lokoro, Anjelina Nadai Lohalith, James Nyang Chiengjiek, Rose Nathike Lokonyen (Sudan Selatan), Judokas Yolande Bukasa Mabika dan Popole Misenga (RDC), serta Yonas Kinde (Ethiopia). (Baca Juga: Pertama Kali Dalam Sejarah, Tim Pengungsi Tampil di Olimpiade)

Satu lagi yang bisa jadi alasan mengapa Olimpiade Rio sangat mengusung kehidupan manusia. Pesta pembukaannya mengusung tema lingkungan, di mana setiap defile (pembawa bendera kontingen negara) didampingi pembawa bibit pohon yang akan ditanam di suatu lokasi. Nantinya bibit tersebut diharapkan jadi hutan, yang bertujuan menjawab masalah pembabatan lahan yang kian merajalela di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Keikutsertaan Tim Pengungsi di Olimpiade Rio seolah mengingatkan kembali memori di Olimpiade Berlin 1936. Pada era kolonial tersebut, IOC sukses menjembatani atlet kulit hitam dan Yahudi bersaing memperebutkan medali, yang sempat dikabarkan mendapat tentangan keras dari Nazi, partai politik Jerman pimpinan Adolf Hitler.

Jelas, misi kemanusiaan sudah sukses dijalankan di Olimpiade Rio 2016. Terlebih dalam prinsip dasarnya, diatur bahwa rencana awal digelarnya Olimpiade adalah untuk menempatkan olahraga dalam kehidupan

"Tujuan dari Olimpiade adalah untuk menempatkan olahraga dalam pelayanan perkembangan harmonis manusia, dengan maksud untuk mempromosikan masyarakat yang damai dan peduli dengan pelestarian martabat manusia,"
tulis falsafah Olimpiade dalam dokumen resminya (pdf, p.13).
(sha)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0582 seconds (0.1#10.140)