Mo Farah: Jatuh, Bangkit, dan Rebut Medali Emas
A
A
A
RIO DE JANEIRO - Sebagai atlet, bangkit dari keterpurukan merupakan hal yang wajib dilakukan demi meraih prestasi. Mo Farah adalah contohnya, pelari asal Inggris sukses menyabet emas cabang lari jarak jauh 10 km Olimpiade Rio 2016 meski sempat terjatuh dalam pelombaan.
Farah yang berhasil merebut emas di lari jarak jauh 5 km dan 10 km Olimpiade London 2012, berhasil memenangi emas ketiganya di Rio. Pelari berusia 33 tahun kembali jadi yang tercepat di nomor 10 km yang berlangsung di Olympic Stadium, Minggu (14/8/2016).
Ia mencatat waktu terbaik 27:05.17 detik. Pelari kelahiran Somalia lebih cepat 47 detik dari Paul Kipngetich Tanui asal Kenya. Sementara tempat ketiga diisi Tamirat Tola dari Ethiopia.
Memang bukan hal baru Farah dinobatkan sebagai raja lari jarak jauh, namun di gelaran Rio kali ini, prestasinya bisa dibilang pantas masuk buku sejarah. Bagaimana tidak, kemenangannya meraih medali emas diwarnai insiden terjatuh.
Pada lap kesepuluh, Farah tak sengaja tersandung rekannya sendiri, Galen Rupp. Kejadian itu membuatnya jelas tertinggal dari pesaingnya.
Foto: Daily Mail/BBC
Farah tersandung, tapi kakinya seolah tak menunjukkan masalah. Dia memacu sekau tenaga, menyelesaikan putaran final dengan waktu 55 detik. Dia menjangkau final 100 meter dengan waktu 13,3 detik dan akhirnya menyentuh garis finis. Selebrasi khasnya, Mo-bot, yakni melipat tangan berbentuk hati di atas kepalanya langsung diperagakan sebelum bersujud di trek Olympic Stadium merayakan kemenangannya.
Foto: REUTERS/Alessandro Bianchi/Kai Pfaffenbach
"Ketika saya jatuh, saya cuma pikir cobalah bangkit dan bangun. Jangan panik, jangan panik, jangan panik. Lalu saya bangun dan coba melewatinya," ujar Farah seperti dilansir New York Times.
"Segera setelah saya bangun, saya harap orang-orang tidak melihat saya jatuh. Mereka memang membuat sedikit lonjakan. Saya pikir oke, saya masih punya cukup jarak untuk mengejar. Jika itu terjadi sekitar lima atau enam lap lagi, saya kira balapan sudah berakhir," tandasnya.
Farah yang pindah ke Inggris dari Somalia sejak usia 8 tahun, memang pantas disejajarkan dengan legenda trek seperti Emil Zatopek Cekoslowakia dan Kenenisa Bekele dari Ethiopia sebagai atlet yang bisa menangi dua nomor di satu Olimpiade. Lalu, Farah juga mengulang cerita Lasse Viren asal Finlandia, yang juga sempat jatuh di nomor 10 km, di Olimpiade Muenchen 1972, namun bisa bangkit dan memenangkan perlombaan.
Kini, Farah tinggal menuntaskan perlombaan 5km yang akan berlangsung Sabtu depan. Jika menang, artinya Farah akan mengulang suksesnya empat tahun lalu.
Farah yang berhasil merebut emas di lari jarak jauh 5 km dan 10 km Olimpiade London 2012, berhasil memenangi emas ketiganya di Rio. Pelari berusia 33 tahun kembali jadi yang tercepat di nomor 10 km yang berlangsung di Olympic Stadium, Minggu (14/8/2016).
Ia mencatat waktu terbaik 27:05.17 detik. Pelari kelahiran Somalia lebih cepat 47 detik dari Paul Kipngetich Tanui asal Kenya. Sementara tempat ketiga diisi Tamirat Tola dari Ethiopia.
Memang bukan hal baru Farah dinobatkan sebagai raja lari jarak jauh, namun di gelaran Rio kali ini, prestasinya bisa dibilang pantas masuk buku sejarah. Bagaimana tidak, kemenangannya meraih medali emas diwarnai insiden terjatuh.
Pada lap kesepuluh, Farah tak sengaja tersandung rekannya sendiri, Galen Rupp. Kejadian itu membuatnya jelas tertinggal dari pesaingnya.
Foto: Daily Mail/BBC
Farah tersandung, tapi kakinya seolah tak menunjukkan masalah. Dia memacu sekau tenaga, menyelesaikan putaran final dengan waktu 55 detik. Dia menjangkau final 100 meter dengan waktu 13,3 detik dan akhirnya menyentuh garis finis. Selebrasi khasnya, Mo-bot, yakni melipat tangan berbentuk hati di atas kepalanya langsung diperagakan sebelum bersujud di trek Olympic Stadium merayakan kemenangannya.
Foto: REUTERS/Alessandro Bianchi/Kai Pfaffenbach
"Ketika saya jatuh, saya cuma pikir cobalah bangkit dan bangun. Jangan panik, jangan panik, jangan panik. Lalu saya bangun dan coba melewatinya," ujar Farah seperti dilansir New York Times.
"Segera setelah saya bangun, saya harap orang-orang tidak melihat saya jatuh. Mereka memang membuat sedikit lonjakan. Saya pikir oke, saya masih punya cukup jarak untuk mengejar. Jika itu terjadi sekitar lima atau enam lap lagi, saya kira balapan sudah berakhir," tandasnya.
Farah yang pindah ke Inggris dari Somalia sejak usia 8 tahun, memang pantas disejajarkan dengan legenda trek seperti Emil Zatopek Cekoslowakia dan Kenenisa Bekele dari Ethiopia sebagai atlet yang bisa menangi dua nomor di satu Olimpiade. Lalu, Farah juga mengulang cerita Lasse Viren asal Finlandia, yang juga sempat jatuh di nomor 10 km, di Olimpiade Muenchen 1972, namun bisa bangkit dan memenangkan perlombaan.
Kini, Farah tinggal menuntaskan perlombaan 5km yang akan berlangsung Sabtu depan. Jika menang, artinya Farah akan mengulang suksesnya empat tahun lalu.
(sha)