Kekurangan Wasit C2-C3, Yogyakarta Akan Gelar Kursus. Berminat?
A
A
A
YOGYAKARTA - Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta punya masalah pelik yang harus segera diatasi. Yogyakarta sangat kekurangan wasit profesional, terutama untuk lisensi C3 tingkat kabupaten/kota.
Itu diungkapkan Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Asosiasi Provinsi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (Asprov PSSI DIY) Siswanto. Dia mengaku Yogyakarta sangat membutuhkan sumber daya manusia (SDM) wasit, khususnya untuk lisensi C3.
Kondisi ini nantinya akan memengaruhi kompetisi tingkat daerah yang digelar dalam waktu bersamaan. Siswanto mencontohkan, ketika ada kompetisi tingkat nasional, bisa saja wasit daerah dengan lisensi nasional ditugaskan untuk memimpin pertandingan itu.
Begitu pula ketika ada kompetisi tingkat provinsi. Alhasil, jumlah wasit di tingkat kabupaten/kota kian berkurang karena memang wasit harus mengutamakan tugas di tingkat lebih tinggi sesuai lisensi yang dimiliki.
“Seperti di kompetisi Bantul dan Kulonprogo yang gencar dilaksanakan, di sana kekurangan wasit. Untuk Gunungkidul masih cukup, Yogyakarta kecil tapi jarang ada kompetisi, dan justru banyak (SDM wasit lisensi) C1,” ujar Siswanto di kantor Asprov PSSI DIY.
Siswanto menambahkan di samping prioritas tugas, ada faktor lain yang bisa memicu situasi ini. Seperti usia yang sudah tua, atau naik ke level lebih tinggi. Seperti C2 untuk setingkat Asprov PSSI DIY, C1 setingkat nasional, maupun C1 setingkat internasional FIFA.
Ini cukup ironis mengingat DIY saat ini dipercaya menjadi pilot project untuk pendidikan dan pelatihan SDM sepak bola. “Kalau peminat banyak sebenarnya, ada dari luar DIY. Kami sudah sosialisasikan, dan kirim surat ke klub-klub. Tapi, tergantung orangnya. Kalau tidak berminat, bagaimana lagi?,” tambah Siswanto.
Sosok yang pernah mendapatkan lisensi C1 internasional FIFA itu mengatakan, melalui program Asprov PSSI DIY, 28 Agustus-3 September 2016, pihaknya akan menggelar kursus dan pelatihan untuk wasit lisensi C3 dan C2 di Sekolah Sepak Bola (SSB) Sewon Kabupaten Bantul.
Biayanya sekitar Rp 1,75 juta dan Rp 2 juta bagi peserta lokal, lalu Rp 2 juta dan Rp 2,5 juta untuk luar Yogyakarta . Sejumlah pemateri berkompeten dibidangnya bakal disediakan. Program itu juga jadi cara menggenjot lisensi wasit, khususnya di Yogyakarta.
“Target setiap pelatihan ada 30 peserta, sesuai anggaran yang ada. Tapi, kami tidak akan batasi kuota. Kalau lebih, bisa jadi dua kelas. Saat ini sudah ada 46 orang yang mendaftar C3, dan 17 sudah DP atau bayar lunas. Kalau C2 sudah ada 33 orang yang mendaftar, 28 sudah membayar,” pungkas Siswanto.
Tidak hanya dari Yogyakarta, peserta juga ada yang dari dari Cimahi, Sidoarjo, Malang, Jombang, Bandung, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kalimantan Timur (Kaltim), Kalimantan Selatan (Kalsel) hingga Papua.
Itu diungkapkan Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Asosiasi Provinsi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (Asprov PSSI DIY) Siswanto. Dia mengaku Yogyakarta sangat membutuhkan sumber daya manusia (SDM) wasit, khususnya untuk lisensi C3.
Kondisi ini nantinya akan memengaruhi kompetisi tingkat daerah yang digelar dalam waktu bersamaan. Siswanto mencontohkan, ketika ada kompetisi tingkat nasional, bisa saja wasit daerah dengan lisensi nasional ditugaskan untuk memimpin pertandingan itu.
Begitu pula ketika ada kompetisi tingkat provinsi. Alhasil, jumlah wasit di tingkat kabupaten/kota kian berkurang karena memang wasit harus mengutamakan tugas di tingkat lebih tinggi sesuai lisensi yang dimiliki.
“Seperti di kompetisi Bantul dan Kulonprogo yang gencar dilaksanakan, di sana kekurangan wasit. Untuk Gunungkidul masih cukup, Yogyakarta kecil tapi jarang ada kompetisi, dan justru banyak (SDM wasit lisensi) C1,” ujar Siswanto di kantor Asprov PSSI DIY.
Siswanto menambahkan di samping prioritas tugas, ada faktor lain yang bisa memicu situasi ini. Seperti usia yang sudah tua, atau naik ke level lebih tinggi. Seperti C2 untuk setingkat Asprov PSSI DIY, C1 setingkat nasional, maupun C1 setingkat internasional FIFA.
Ini cukup ironis mengingat DIY saat ini dipercaya menjadi pilot project untuk pendidikan dan pelatihan SDM sepak bola. “Kalau peminat banyak sebenarnya, ada dari luar DIY. Kami sudah sosialisasikan, dan kirim surat ke klub-klub. Tapi, tergantung orangnya. Kalau tidak berminat, bagaimana lagi?,” tambah Siswanto.
Sosok yang pernah mendapatkan lisensi C1 internasional FIFA itu mengatakan, melalui program Asprov PSSI DIY, 28 Agustus-3 September 2016, pihaknya akan menggelar kursus dan pelatihan untuk wasit lisensi C3 dan C2 di Sekolah Sepak Bola (SSB) Sewon Kabupaten Bantul.
Biayanya sekitar Rp 1,75 juta dan Rp 2 juta bagi peserta lokal, lalu Rp 2 juta dan Rp 2,5 juta untuk luar Yogyakarta . Sejumlah pemateri berkompeten dibidangnya bakal disediakan. Program itu juga jadi cara menggenjot lisensi wasit, khususnya di Yogyakarta.
“Target setiap pelatihan ada 30 peserta, sesuai anggaran yang ada. Tapi, kami tidak akan batasi kuota. Kalau lebih, bisa jadi dua kelas. Saat ini sudah ada 46 orang yang mendaftar C3, dan 17 sudah DP atau bayar lunas. Kalau C2 sudah ada 33 orang yang mendaftar, 28 sudah membayar,” pungkas Siswanto.
Tidak hanya dari Yogyakarta, peserta juga ada yang dari dari Cimahi, Sidoarjo, Malang, Jombang, Bandung, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kalimantan Timur (Kaltim), Kalimantan Selatan (Kalsel) hingga Papua.
(mir)