Usai Bisik-bisik, Media Madrid Tuduh Ramos Rencanakan Gol Bunuh Diri
A
A
A
SEVILLA - Nasi sudah menjadi bubur. Tapi bukan berarti, terhentinya rekor 40 laga beruntun tanpa kalah di berbagai ajang milik Real Madrid di tangan Sevilla, tanpa adanya drama.
Ya, Real Madrid gagal melanjutkan rekor 40 laga beruntun tanpa kalah di berbagai kompetisi milik mereka. Catatan terbaik yang pernah dicapai oleh klub di Spanyol tersebut, terhenti kala El Real terjungkal 1-2 di Estadio Ramon Sanchez Pizjuan, kandang Sevilla, di La Liga 2016/17, Senin (16/1) dini hari WIB.
Sempat memimpin lebih dulu lewat eksekusi penalti Cristiano Ronaldo pada menit ke-67, yang disebelumnya diselingi aksi tidak terpuji dari Vitolo hingga membuat emosi CR7 dan para pemain Madrid naik pitam. Los Blancos asuhan Zinedine Zidane lengah di akhir laga. Namun Sergio Ramos malah menciptakan gol bunuh diri dari sebuah skema tendangan bebas Los Nervionenses (julukan Sevilla) di menit ke-85.
Enam menit berselang, penempatan akurat sepakan Stevan Jovetic dari luar kotak 16 meter, hanya bisa ditepis tipis oleh el portero Keylor Navas dan tak terbendung merobek jala gawang Los Blancos (julukan Madrid). Sevilla membalikkan keadaan jadi 2-1 dan merebut tiga angka jadi 39 poin, sekaligus melewati Barcelona (38 poin) dan menempel Madrid (40 poin) di puncak klasemen sementara.
Media massa di Spanyol rupanya tak puas dengan kekalahan Madrid. Surat kabar olahraga ternama di Ibukota, Marca. Menurunkan salah satu artikel yang mempertanyakan gol bunuh diri Ramos.
Beberapa media lainnya menuduh bahwa gol bunuh diri dari el capitano Madrid itu, memang sengaja ditujukan untuk memberi hadiah buat mantan klubnya, Sevilla. Apa sebabnya dan mana buktinya?
Itu karena tiga hari sebelumnya juga di tempat yang sama. Gol penalti ‘ala Panenka’ yang dilesakkan oleh Ramos, ikut membantu Madrid mendepak Sevilla dari babak 16 besar Copa del Rey 2016/17.
Selebrasi ‘menantang’ yang dilakukan oleh Ramos, yang merupakan produk asli akademi sepak bola Sevilla, pasca mencetak gol penalti tersebut, telah membuat fans Los Nervionenses marah. Bahkan ada suporter yang iseng dan melempari bek sentral 30 tahun itu dengan berbagai macam benda.
Di laga itu, El Real bahkan sudah hampir kalah, meski akhirnya mampu menyeimbangkan skor jadi 3-3 di ujung pertandingan berkat gol Karim Benzema dan meraih tiket lolos ke perempat final Copa del Rey 2016/17.
Pasca pertandingan tersebut, Ramos yang sempat protes pasca dilempari oleh suporter Sevilla. Berkoar kepada media massa kalau fans Sevilla justru membencinya dan tidak menyayanginya seperti para mantan pemain dari sana lainnya, macam Dani Alves dan Ivan Rakitic yang hijrah ke Barcelona.
Nah, guna mengembalikan rasa sayang publik Sevilla yang ditinggalkannya pada 2005 dengan mahar 27 juta Euro, sebuah rekor di Spanyol saat itu untuk nilai transfer seorang pemuda 19 tahun. Ramos coba berdamai dengan memberi ‘hadiah’ gol bunuh diri di laga Senin (16/1/2017) dini hari.
Media massa Spanyol mengklaim kalau niat Ramos untuk memberi ‘hadiah’ bagi mantan fans dan klubnya, ditandai dengan sebuah bisikan. Karena tepat sebelum pertandingan dimulai, pria bertinggi badan 183 cm itu, menyempatkan diri menegur sapa, menyalami, memeluk, hingga membisikkan sesuatu ke telinga entrenador Sevilla, Jorge Sampaoli.
Walau masih menebak-nebak apa yang dibisikkan Ramos ke Sampaoli. Pelatih asal Argentina itu tidak mau membukanya ke hadapan publik. “Ini adalah situasi yang sulit dipahami ketika Anda berada di pihak netral,” sembur Sampaoli.
Pelatih yang membawa Timnas Chile jadi juara Copa America 2015 tersebut, tak memandang situasi ini bagus. Karenanya, dia meminta suporter garis keras Sevilla untuk memaafkan Ramos.
"Saya pikir kesalahpahaman mengenai Sergio (Ramos) dan para suporter harus segera berakhir," tutur Sampaoli, seperti dikutip Goal Spanyol. “Saya berharap hubungan ini, demi suporter Sevilla dan mantan pemainnya, bisa membaik, karena bukan tidak mungkin suatu saat Ramos akan bermain lagi di sini," tutur Sampaoli.
Lantas apa kata Ramos? “Saya melihat, tak ada yang harus disalahkan atau meminta maaf untuk itu (kekalahan Madrid). Ketika kami menang, kami semua menang bersama-sama. Dan ketika kami kalah juga begitu. Semuanya karena kami tidak bisa membunuh pertandingan ini. Stadion ini selalu sulit saat dikunjungi. Saat saya keluar dari lapangan, saya selalu berusaha menghindari tanggapan buruk (dari fans).”
Beneran nih Ramos, yakin begitu? Bagaimana dengan pendapat Anda, Madridista di Indonesia?
Ya, Real Madrid gagal melanjutkan rekor 40 laga beruntun tanpa kalah di berbagai kompetisi milik mereka. Catatan terbaik yang pernah dicapai oleh klub di Spanyol tersebut, terhenti kala El Real terjungkal 1-2 di Estadio Ramon Sanchez Pizjuan, kandang Sevilla, di La Liga 2016/17, Senin (16/1) dini hari WIB.
Sempat memimpin lebih dulu lewat eksekusi penalti Cristiano Ronaldo pada menit ke-67, yang disebelumnya diselingi aksi tidak terpuji dari Vitolo hingga membuat emosi CR7 dan para pemain Madrid naik pitam. Los Blancos asuhan Zinedine Zidane lengah di akhir laga. Namun Sergio Ramos malah menciptakan gol bunuh diri dari sebuah skema tendangan bebas Los Nervionenses (julukan Sevilla) di menit ke-85.
Enam menit berselang, penempatan akurat sepakan Stevan Jovetic dari luar kotak 16 meter, hanya bisa ditepis tipis oleh el portero Keylor Navas dan tak terbendung merobek jala gawang Los Blancos (julukan Madrid). Sevilla membalikkan keadaan jadi 2-1 dan merebut tiga angka jadi 39 poin, sekaligus melewati Barcelona (38 poin) dan menempel Madrid (40 poin) di puncak klasemen sementara.
Media massa di Spanyol rupanya tak puas dengan kekalahan Madrid. Surat kabar olahraga ternama di Ibukota, Marca. Menurunkan salah satu artikel yang mempertanyakan gol bunuh diri Ramos.
Beberapa media lainnya menuduh bahwa gol bunuh diri dari el capitano Madrid itu, memang sengaja ditujukan untuk memberi hadiah buat mantan klubnya, Sevilla. Apa sebabnya dan mana buktinya?
Itu karena tiga hari sebelumnya juga di tempat yang sama. Gol penalti ‘ala Panenka’ yang dilesakkan oleh Ramos, ikut membantu Madrid mendepak Sevilla dari babak 16 besar Copa del Rey 2016/17.
Selebrasi ‘menantang’ yang dilakukan oleh Ramos, yang merupakan produk asli akademi sepak bola Sevilla, pasca mencetak gol penalti tersebut, telah membuat fans Los Nervionenses marah. Bahkan ada suporter yang iseng dan melempari bek sentral 30 tahun itu dengan berbagai macam benda.
Di laga itu, El Real bahkan sudah hampir kalah, meski akhirnya mampu menyeimbangkan skor jadi 3-3 di ujung pertandingan berkat gol Karim Benzema dan meraih tiket lolos ke perempat final Copa del Rey 2016/17.
Pasca pertandingan tersebut, Ramos yang sempat protes pasca dilempari oleh suporter Sevilla. Berkoar kepada media massa kalau fans Sevilla justru membencinya dan tidak menyayanginya seperti para mantan pemain dari sana lainnya, macam Dani Alves dan Ivan Rakitic yang hijrah ke Barcelona.
Nah, guna mengembalikan rasa sayang publik Sevilla yang ditinggalkannya pada 2005 dengan mahar 27 juta Euro, sebuah rekor di Spanyol saat itu untuk nilai transfer seorang pemuda 19 tahun. Ramos coba berdamai dengan memberi ‘hadiah’ gol bunuh diri di laga Senin (16/1/2017) dini hari.
Media massa Spanyol mengklaim kalau niat Ramos untuk memberi ‘hadiah’ bagi mantan fans dan klubnya, ditandai dengan sebuah bisikan. Karena tepat sebelum pertandingan dimulai, pria bertinggi badan 183 cm itu, menyempatkan diri menegur sapa, menyalami, memeluk, hingga membisikkan sesuatu ke telinga entrenador Sevilla, Jorge Sampaoli.
Walau masih menebak-nebak apa yang dibisikkan Ramos ke Sampaoli. Pelatih asal Argentina itu tidak mau membukanya ke hadapan publik. “Ini adalah situasi yang sulit dipahami ketika Anda berada di pihak netral,” sembur Sampaoli.
Pelatih yang membawa Timnas Chile jadi juara Copa America 2015 tersebut, tak memandang situasi ini bagus. Karenanya, dia meminta suporter garis keras Sevilla untuk memaafkan Ramos.
"Saya pikir kesalahpahaman mengenai Sergio (Ramos) dan para suporter harus segera berakhir," tutur Sampaoli, seperti dikutip Goal Spanyol. “Saya berharap hubungan ini, demi suporter Sevilla dan mantan pemainnya, bisa membaik, karena bukan tidak mungkin suatu saat Ramos akan bermain lagi di sini," tutur Sampaoli.
Lantas apa kata Ramos? “Saya melihat, tak ada yang harus disalahkan atau meminta maaf untuk itu (kekalahan Madrid). Ketika kami menang, kami semua menang bersama-sama. Dan ketika kami kalah juga begitu. Semuanya karena kami tidak bisa membunuh pertandingan ini. Stadion ini selalu sulit saat dikunjungi. Saat saya keluar dari lapangan, saya selalu berusaha menghindari tanggapan buruk (dari fans).”
Beneran nih Ramos, yakin begitu? Bagaimana dengan pendapat Anda, Madridista di Indonesia?
(sbn)