Jawara Jerman Ungkap Alasannya Pilih WSBK Ketimbang MotoGP
A
A
A
PHILLIP ISLAND - Pembalap debutan di Kejuaraan Dunia Superbike (WSBK) 2017 dari tim Honda, Stefan Bradl, mengungkapkan alasannya hijrah ke ajang balap motor lain, karena tak ada pilihan untuk membalap bersama tim, yang membuatnya dapat finis di podium MotoGP.
Ya, pada akhir 2016, Bradl mengakhiri karier lima musim di MotoGP, dengan tiga musim pertama membalap untuk LCR Honda. Prestasi terbaiknya adalah tiga podium (Assen 2013, serta Austin dan Sachsenring 2014) dan satu kali pole position di Austin 2013.
Pada 2015, Bradl pindah ke Forward Racing. Namun, kasus yang membelit pemilik tim membuatnya pindah ke Aprilia pada pertengahan musim.
Meski berhasil finis ketujuh di Argentina, Bradl tak dapat bertahan setelah tim lebih memilih duet Aleix Espargaro dan Sam Lowes untuk MotoGP musim 2017.
Lantas Bradl sebenarnya mendapatkan tawaran dari Avintia Racing. Tapi pembalap Jerman itu menolak dan memilih hijrah ke WSBK bersama tim pabrikan Honda.
“Itu hanya seperti rencana kedua untuk melihat opsi yang saya miliki di Superbike. Tapi kemudian ada rencana A yang datang pada akhir musim,” tutur Bradl saat event presentasi tim Honda WSBK kepada Motorsport.
“Itu berawal cukup cepat, tepatnya ketika pertemuan pertama saya dengan Honda. Saya punya dua pilihan untuk bertahan di MotoGP, yang mana tidak bagus. Maksud saya, mereka tidak terlihat buruk, tapi ketika saya melihat proyek dengan Honda bahwa Red Bull terlibat dan semua detail kecil, ini yang mendasari keputusan pindah ke Superbike,” imbuhnya.
Lebih lanjut, pembalap 27 tahun itu menjelaskan: “Saya sangat tertarik untuk naik podium. Dengan partner, Honda dan motor Fireblade, saya menilai ini opsi yang hebat dan saya langsung memutuskannya.”
“Tentu saya berpikir ini akan menjadi proyek jangka panjang. Itulah harapan saya. Kami siap dan bersiap untuk melakukan hal-hal besar dalam waktu dekat. Jika saya bertahan di MotoGP, saya perlu tahu apakah saya bisa sukses ketika menggeber sebuah motor. Apakah nantinya bisa masuk 10 besar atau tidak. Saya sendiri berhadap lebih sukses di Superbike,” kata Bradl berharap.
Sementara itu jelang seri pembuka WorldSBK di Phillip Island, Australia akhir pekan ini, Honda telah meluncurkan Fireblade anyar bagi Bradl dan rekan setim Nicky Hayden. Kendati mengalami beberapa masalah saat tes pramusim, Bradl memperkirakan timnya masih berkutat pada pengembangan motor dalam dua seri pertama.
Bicara soal target, Bradl membidik finis enam besar di Phillip Island dan berharap untuk menjadi penantang dalam perebutan podium seiring berjalannya musim 2017. “Saya berharap kami bisa lebih dekat dibandingkan saat tes. Kami tahu bahwa kami akan lebih kompetitif,” papar Bradl.
“Saya pikir kami perlu beberapa waktu untuk melihat balapan pertama sebagai masa pengembangan. Tapi saya juga berpikir semoga kami bisa masuk enam besar, karena itulah target kami. Persaingan di kejuaraan ini ketat, karena Kawasaki dan Ducati satu atau dua langkah di depan kami. Tapi dengan semua paket, dan update saat Aragon nanti, serta beberapa update pada pertengahan musim, saya berharap kami siap untuk merebut podium,” tutupnya.
Ya, pada akhir 2016, Bradl mengakhiri karier lima musim di MotoGP, dengan tiga musim pertama membalap untuk LCR Honda. Prestasi terbaiknya adalah tiga podium (Assen 2013, serta Austin dan Sachsenring 2014) dan satu kali pole position di Austin 2013.
Pada 2015, Bradl pindah ke Forward Racing. Namun, kasus yang membelit pemilik tim membuatnya pindah ke Aprilia pada pertengahan musim.
Meski berhasil finis ketujuh di Argentina, Bradl tak dapat bertahan setelah tim lebih memilih duet Aleix Espargaro dan Sam Lowes untuk MotoGP musim 2017.
Lantas Bradl sebenarnya mendapatkan tawaran dari Avintia Racing. Tapi pembalap Jerman itu menolak dan memilih hijrah ke WSBK bersama tim pabrikan Honda.
“Itu hanya seperti rencana kedua untuk melihat opsi yang saya miliki di Superbike. Tapi kemudian ada rencana A yang datang pada akhir musim,” tutur Bradl saat event presentasi tim Honda WSBK kepada Motorsport.
“Itu berawal cukup cepat, tepatnya ketika pertemuan pertama saya dengan Honda. Saya punya dua pilihan untuk bertahan di MotoGP, yang mana tidak bagus. Maksud saya, mereka tidak terlihat buruk, tapi ketika saya melihat proyek dengan Honda bahwa Red Bull terlibat dan semua detail kecil, ini yang mendasari keputusan pindah ke Superbike,” imbuhnya.
Lebih lanjut, pembalap 27 tahun itu menjelaskan: “Saya sangat tertarik untuk naik podium. Dengan partner, Honda dan motor Fireblade, saya menilai ini opsi yang hebat dan saya langsung memutuskannya.”
“Tentu saya berpikir ini akan menjadi proyek jangka panjang. Itulah harapan saya. Kami siap dan bersiap untuk melakukan hal-hal besar dalam waktu dekat. Jika saya bertahan di MotoGP, saya perlu tahu apakah saya bisa sukses ketika menggeber sebuah motor. Apakah nantinya bisa masuk 10 besar atau tidak. Saya sendiri berhadap lebih sukses di Superbike,” kata Bradl berharap.
Sementara itu jelang seri pembuka WorldSBK di Phillip Island, Australia akhir pekan ini, Honda telah meluncurkan Fireblade anyar bagi Bradl dan rekan setim Nicky Hayden. Kendati mengalami beberapa masalah saat tes pramusim, Bradl memperkirakan timnya masih berkutat pada pengembangan motor dalam dua seri pertama.
Bicara soal target, Bradl membidik finis enam besar di Phillip Island dan berharap untuk menjadi penantang dalam perebutan podium seiring berjalannya musim 2017. “Saya berharap kami bisa lebih dekat dibandingkan saat tes. Kami tahu bahwa kami akan lebih kompetitif,” papar Bradl.
“Saya pikir kami perlu beberapa waktu untuk melihat balapan pertama sebagai masa pengembangan. Tapi saya juga berpikir semoga kami bisa masuk enam besar, karena itulah target kami. Persaingan di kejuaraan ini ketat, karena Kawasaki dan Ducati satu atau dua langkah di depan kami. Tapi dengan semua paket, dan update saat Aragon nanti, serta beberapa update pada pertengahan musim, saya berharap kami siap untuk merebut podium,” tutupnya.
(sbn)