Atlet Panjat Tebing Asian Games Kerja Keras Tembus Limit
A
A
A
YOGYAKARTA - Sebanyak 30 atlet panjat tebing yang diproyeksikan untuk Asian Games 2018 harus bekerja keras untuk menembus limit waktu. Mereka bersaing di Stadion Mandala Krida Yogyakarta pada Senin (3/4/2017), untuk mendapatkan batas waktu yang ditentukan pelatih.
Ini memang sengaja dilakukan pelatih mengingat usai tampil di PON XIX 2016 Jawa Barat lalu, sebagian besar atlet vakum berlatih. Kesulitan diakui Santy Wellyanti, atlet dari Jawa Tengah yang akan turun di nomor speed classic.
Wanita kelahiran 30 Juli 1990 ini mengaku cukup kesulitan dalam latihan awal tersebut karena sempat vakum selama enam bulan. Selain itu, jeda yang cukup lama ini juga membuat berat badannya naik hingga empat kilogram. Mau tidak mau dalam waktu seminggu ke depan, dirinya harus mengembalikan performa semula dan berlatih terus menerus untuk bisa lolos dalam seleksi atlet.
"Jelek banget tadi hasilnya (dari percobaan speed classic maupun speed world record). Dari biasanya sembilan (detik untuk limit waktu), tadi sampai sepuluh detik. Karena sempat vakum enam bulan usai PON dan baru latihan lagi ya hari ini. Harus latihan ekstra, wall (yang digunakan untuk latihan adaptasi), enak dan mudah dipanjat," ujar Santy.
Hal senada juga dikatakan oleh satu-satunya perwakilan dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Fitriyani. Meski telah mendalami nomor speed world record selama setahun terakhir, namun wanita kelahiran 20 April 1988 ini belum bisa mencatatkan limit waktu yang ditetapkan.
Dari limit lima detik dan tujuh detik yang masing-masing ditentukan untuk atlet putra dan putri. Fitri yang pernah mendapatkan medali perak PON XIX 2016 di nomor speed track perorangan putri itu baru mencatatkan 9,36 detik.
Pelatih Kepala Pelatnas Caly Setiawan mengatakan limit waktu antara atlet putra maupun putri tentu berbeda. Meski demikian, pihaknya tidak langsung menekankan pada hal itu dan setidaknya ingin membiasakan para atlet supaya dapat beradaptasi dahulu dengan arena panjat tebing.
"Ada speed world record dan speed classic yang memang mencatatkan diri sebagai waktu tercepat, lalu lead yang dicatat paling tinggi (pencapaian ketika memanjat arena panjat) dan boulder yang semakin banyak bisa selesaikan masalah yang dihadapi (dalam arena tersebut). Tapi dalam seminggu ke depan ini kami lebih adaptasi dahulu dan baru berikan latihan ringan. Kalau langsung berat maka bisa potensi cedera, baru setelahnya kami beri program yang lebih berat lagi (termasuk dengan limit tertentu)," jelas Caly.
Ini memang sengaja dilakukan pelatih mengingat usai tampil di PON XIX 2016 Jawa Barat lalu, sebagian besar atlet vakum berlatih. Kesulitan diakui Santy Wellyanti, atlet dari Jawa Tengah yang akan turun di nomor speed classic.
Wanita kelahiran 30 Juli 1990 ini mengaku cukup kesulitan dalam latihan awal tersebut karena sempat vakum selama enam bulan. Selain itu, jeda yang cukup lama ini juga membuat berat badannya naik hingga empat kilogram. Mau tidak mau dalam waktu seminggu ke depan, dirinya harus mengembalikan performa semula dan berlatih terus menerus untuk bisa lolos dalam seleksi atlet.
"Jelek banget tadi hasilnya (dari percobaan speed classic maupun speed world record). Dari biasanya sembilan (detik untuk limit waktu), tadi sampai sepuluh detik. Karena sempat vakum enam bulan usai PON dan baru latihan lagi ya hari ini. Harus latihan ekstra, wall (yang digunakan untuk latihan adaptasi), enak dan mudah dipanjat," ujar Santy.
Hal senada juga dikatakan oleh satu-satunya perwakilan dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Fitriyani. Meski telah mendalami nomor speed world record selama setahun terakhir, namun wanita kelahiran 20 April 1988 ini belum bisa mencatatkan limit waktu yang ditetapkan.
Dari limit lima detik dan tujuh detik yang masing-masing ditentukan untuk atlet putra dan putri. Fitri yang pernah mendapatkan medali perak PON XIX 2016 di nomor speed track perorangan putri itu baru mencatatkan 9,36 detik.
Pelatih Kepala Pelatnas Caly Setiawan mengatakan limit waktu antara atlet putra maupun putri tentu berbeda. Meski demikian, pihaknya tidak langsung menekankan pada hal itu dan setidaknya ingin membiasakan para atlet supaya dapat beradaptasi dahulu dengan arena panjat tebing.
"Ada speed world record dan speed classic yang memang mencatatkan diri sebagai waktu tercepat, lalu lead yang dicatat paling tinggi (pencapaian ketika memanjat arena panjat) dan boulder yang semakin banyak bisa selesaikan masalah yang dihadapi (dalam arena tersebut). Tapi dalam seminggu ke depan ini kami lebih adaptasi dahulu dan baru berikan latihan ringan. Kalau langsung berat maka bisa potensi cedera, baru setelahnya kami beri program yang lebih berat lagi (termasuk dengan limit tertentu)," jelas Caly.
(bbk)