Enam Peselancar Indonesia Lolos ke Babak Ketiga Kejuaraan Surfing Dunia
A
A
A
PACITAN - Kejuaraan surfing tingkat dunia di Pantai Watu Karung Pacitan memikat peselancar dari berbagai negara. Lebih dari 40 peserta dari 14 negara ikut ambil bagian dalam event yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata dan World Surf League (WSL) ini.
Selain memperebutkan gelar surving internasional, peselancar juga ingin menguji adrenalin, menaklukkan gulungan ombak setinggi tujuh meter, yang menjadi ciri pantai di ujung barat Provinsi Jawa Timur itu. “Ombaknya luar biasa. Saya tahu tempat ini dari sebuah majalah. Ada gambar Bruce Irons (peselancar kelas dunia) sedang berselancar di pantai ini,” tutur peserta asal Australia, Riley Laing, Jumat (18/8/2017).
Tak hanya gulungan ombak, Riley dan beberapa peselancar lain juga terpikat dengan pemandangan pantai yang indah. Mulai dari gugusan karang besar berjajar, pantai putih yang luas serta keramahan penduduk sekitar. “Saya tersanjung dapat undangan di event ini,” katanya.
Sementara itu, Jumat (18/8/2017) sore, kejuaraan surfing bertajuk “Hello Pacitan 2017” ini telah memasuki babak ketiga. Ada 16 peselancar yang lolos di babak ini, termasuk Chris Zaffis. Unggulan pertama asal Australia ini sukses melewati babak kedua setelah pertempuran sengit di babak pembukaan. Zaffis membuntuti para peselancar asal Indonesia yang lebih dulu unggul. “Saya merasa gugup karena sebagian besar panas karena saya tidak bisa memilih gelombang yang layak,” kata Zaffis.
Dia mengakui bahwa peselancar Indonesia sangat sulit dikalahkan. Menurutnya, para peselancar Indonesia sangat kuat, sehingga tidak bisa diremehkan. “Anda harus benar dalam permainan, dan saya lega untuk maju,” ujarnya.
Peselancar Indonesia yang lolos hingga babak ketiga sebanyak enam orang. Mereka adalah peselancar kawakan asal Bali, yakni Wayan Merta; Raju Seran; Rizal Tandjung; I Made Rondi; Rio Waida; dan Dede Suryana.
Panitia kejuaraan surfing dari Kementerian Pariwisata, Sari mengaku bersyukur animo peserta dan penonton cukup tinggi mengikuti kejuaran surfing internasional di Pantai Waru Karung Pacitan. “Surfing kelas dunia ini baru pertama. Sebelumnya, ada, tapi levelnya baru Asia. Namun ternyata, animonya cukup besar. Karena itu, Bapak Menteri berencana menggelar event yang sama setiap tahun. Namun, lokasinya berganti-ganti. Sebab, ada banyak pantai dengan ombak bagus di Indonesia ini,” katanya.
Perwakilan panitia lokal, Muhammad Fadil menambahkan, surfing sengaja menjadi kegiatan unggulan dalam Hello Pacitan karena memiliki potensi besar mendatangkan wisatawan asing. Apalagi, di Pacitan juga banyak terdapat pantai dengan spot bagus. “Pantai Watu Karung ini salah satunya. Pantai ini cukup indah dengan pasir putihnya. Sementara ombak juga besar. Peselancar kelas dunia pasti senang datang ke sini,” katanya.
Untuk mengenalkan budaya lokal kepada para wisatawan, panitia Hello Pacitan menyelenggarakan sejumlah kesenian tradisional di sekitar pantai. Salah satunya wayang. “Besok (hari ini) juga ada pemecahan rekor MURI berupa pembuatan tumpeng tiwul raksasa, setinggi 5,2 meter dan diameter 4 meter. Sementara di sekelilingnya kami siapkan 17 aneka hasil laut yang disusun menjadi 8 tingkat, di tambah dengan 45 tumpeng kecil. Ini sebagai simbol Hari Kemerdekaan Indonesia,” katanya.
Selain memperebutkan gelar surving internasional, peselancar juga ingin menguji adrenalin, menaklukkan gulungan ombak setinggi tujuh meter, yang menjadi ciri pantai di ujung barat Provinsi Jawa Timur itu. “Ombaknya luar biasa. Saya tahu tempat ini dari sebuah majalah. Ada gambar Bruce Irons (peselancar kelas dunia) sedang berselancar di pantai ini,” tutur peserta asal Australia, Riley Laing, Jumat (18/8/2017).
Tak hanya gulungan ombak, Riley dan beberapa peselancar lain juga terpikat dengan pemandangan pantai yang indah. Mulai dari gugusan karang besar berjajar, pantai putih yang luas serta keramahan penduduk sekitar. “Saya tersanjung dapat undangan di event ini,” katanya.
Sementara itu, Jumat (18/8/2017) sore, kejuaraan surfing bertajuk “Hello Pacitan 2017” ini telah memasuki babak ketiga. Ada 16 peselancar yang lolos di babak ini, termasuk Chris Zaffis. Unggulan pertama asal Australia ini sukses melewati babak kedua setelah pertempuran sengit di babak pembukaan. Zaffis membuntuti para peselancar asal Indonesia yang lebih dulu unggul. “Saya merasa gugup karena sebagian besar panas karena saya tidak bisa memilih gelombang yang layak,” kata Zaffis.
Dia mengakui bahwa peselancar Indonesia sangat sulit dikalahkan. Menurutnya, para peselancar Indonesia sangat kuat, sehingga tidak bisa diremehkan. “Anda harus benar dalam permainan, dan saya lega untuk maju,” ujarnya.
Peselancar Indonesia yang lolos hingga babak ketiga sebanyak enam orang. Mereka adalah peselancar kawakan asal Bali, yakni Wayan Merta; Raju Seran; Rizal Tandjung; I Made Rondi; Rio Waida; dan Dede Suryana.
Panitia kejuaraan surfing dari Kementerian Pariwisata, Sari mengaku bersyukur animo peserta dan penonton cukup tinggi mengikuti kejuaran surfing internasional di Pantai Waru Karung Pacitan. “Surfing kelas dunia ini baru pertama. Sebelumnya, ada, tapi levelnya baru Asia. Namun ternyata, animonya cukup besar. Karena itu, Bapak Menteri berencana menggelar event yang sama setiap tahun. Namun, lokasinya berganti-ganti. Sebab, ada banyak pantai dengan ombak bagus di Indonesia ini,” katanya.
Perwakilan panitia lokal, Muhammad Fadil menambahkan, surfing sengaja menjadi kegiatan unggulan dalam Hello Pacitan karena memiliki potensi besar mendatangkan wisatawan asing. Apalagi, di Pacitan juga banyak terdapat pantai dengan spot bagus. “Pantai Watu Karung ini salah satunya. Pantai ini cukup indah dengan pasir putihnya. Sementara ombak juga besar. Peselancar kelas dunia pasti senang datang ke sini,” katanya.
Untuk mengenalkan budaya lokal kepada para wisatawan, panitia Hello Pacitan menyelenggarakan sejumlah kesenian tradisional di sekitar pantai. Salah satunya wayang. “Besok (hari ini) juga ada pemecahan rekor MURI berupa pembuatan tumpeng tiwul raksasa, setinggi 5,2 meter dan diameter 4 meter. Sementara di sekelilingnya kami siapkan 17 aneka hasil laut yang disusun menjadi 8 tingkat, di tambah dengan 45 tumpeng kecil. Ini sebagai simbol Hari Kemerdekaan Indonesia,” katanya.
(amm)