Atlet Panjat Tebing Indonesia Buat Kejutan di Seri World Cup
A
A
A
XIAMEN - Atlet panjat tebing Indonesia tampil mengejutkan di ajang Climbing World Cup di Xiamen, China, 14-15 Oktober 2017. Dua medali perak berhasil di bawah pulang lewat Aspar Jaelolo dari nomor men speed dan Aries Susanti Rahayu dari nomor women speed.
Aspar dengan perolehan waktu 5.70 detik, hanya terpaut angka 0,17 detik dari atlet Rusia Vladislav Deulin yang meraih emas. Perolehan waktu Deulin 5.53 detik. Sementara medali perunggu diraih oleh Kostiantyn Pavlenko dari Ukraina.
Di nomor women speed, perolehan waktu Aries Susanti Rahayu 10.15 detik. Sedangkan lawannya, Anouck Jaubert dari Prancis yang berhasil meraih emas, menorehkan waktu 7.78.
Kemudian medali perak diraih oleh Anna Tsyganova dari Rusia. Di babak semi final, Tsyganova berhadapan dengan atlet Indonesia Puji Lestari. Sayang Puji fall, sehingga perebutan juara 3 dimenangkan oleh Tsyganova.
Ketua Umum Pengurus Pusat Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), Faisol Riza mengapresiasi keberhasilan anak asuhnya kembali meraih prestasi di ajang kelas dunia. "Patut disyukuri karena atlet nasional sudah bisa menembus papan atas dunia. Atlet Pelatnas terus menunjukkan kemajuan, Ini menjadi modal penting untuk menghadapi dan meraih sukses di Asian Games 2018," tuturnya dalam rilis yang diterima SINDONews, Senin (16/10/2017).
Raihan medali dalam dua event seri Climbing World Cup di China, lanjut Riza, menunjukkan bahwa nomor speed adalah harapan besar bagi Indonesia untuk bisa mendulang emas Asian Games 2018. Dengan demikian nomor speed baik individual maupun relay tidak dicoret saat Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018.
Hal senada juga dikemukakan Kabid Pembinaan Prestasi PP FPTI Caly Setiawan. Menurut dia, sebenarnya Timnas tidak menargetkan satu medali pun dalam pertandingan kali ini. Pertandingan berkelas dunia ini dijadikan ajang untuk melatih mental dan psikis para atlet. Namun para atlet Pelatnas ini dua kali menunjukkan prestasi mengejutkan.
"Lihatlah di level dunia kita bisa nomor dua. Tidak ada wakil Asia yang lolos delapan besar selain Indonesia. Jadi kalo nomor speed tidak diakomodir di Asian Games 2018, yang rugi kita semua," tutur Caly seraya berharap pemangku kepentingan Asian Games 2018 bisa melek dan memperjuangkan agar nomor andalan panjat tebing Indonesia tetap dipertandingkan.
Pekan kemarin saat Climbing World Cup di Wujiang, China, pada 7-8 Oktober, Indonesia berhasil juga berhasil meraih medali perak dan perunggu. Saat ini tim masih berada di China dan sedang bersiap kembali ke Indonesia dengan wajah penuh kegembiraan.
Aspar dengan perolehan waktu 5.70 detik, hanya terpaut angka 0,17 detik dari atlet Rusia Vladislav Deulin yang meraih emas. Perolehan waktu Deulin 5.53 detik. Sementara medali perunggu diraih oleh Kostiantyn Pavlenko dari Ukraina.
Di nomor women speed, perolehan waktu Aries Susanti Rahayu 10.15 detik. Sedangkan lawannya, Anouck Jaubert dari Prancis yang berhasil meraih emas, menorehkan waktu 7.78.
Kemudian medali perak diraih oleh Anna Tsyganova dari Rusia. Di babak semi final, Tsyganova berhadapan dengan atlet Indonesia Puji Lestari. Sayang Puji fall, sehingga perebutan juara 3 dimenangkan oleh Tsyganova.
Ketua Umum Pengurus Pusat Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), Faisol Riza mengapresiasi keberhasilan anak asuhnya kembali meraih prestasi di ajang kelas dunia. "Patut disyukuri karena atlet nasional sudah bisa menembus papan atas dunia. Atlet Pelatnas terus menunjukkan kemajuan, Ini menjadi modal penting untuk menghadapi dan meraih sukses di Asian Games 2018," tuturnya dalam rilis yang diterima SINDONews, Senin (16/10/2017).
Raihan medali dalam dua event seri Climbing World Cup di China, lanjut Riza, menunjukkan bahwa nomor speed adalah harapan besar bagi Indonesia untuk bisa mendulang emas Asian Games 2018. Dengan demikian nomor speed baik individual maupun relay tidak dicoret saat Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018.
Hal senada juga dikemukakan Kabid Pembinaan Prestasi PP FPTI Caly Setiawan. Menurut dia, sebenarnya Timnas tidak menargetkan satu medali pun dalam pertandingan kali ini. Pertandingan berkelas dunia ini dijadikan ajang untuk melatih mental dan psikis para atlet. Namun para atlet Pelatnas ini dua kali menunjukkan prestasi mengejutkan.
"Lihatlah di level dunia kita bisa nomor dua. Tidak ada wakil Asia yang lolos delapan besar selain Indonesia. Jadi kalo nomor speed tidak diakomodir di Asian Games 2018, yang rugi kita semua," tutur Caly seraya berharap pemangku kepentingan Asian Games 2018 bisa melek dan memperjuangkan agar nomor andalan panjat tebing Indonesia tetap dipertandingkan.
Pekan kemarin saat Climbing World Cup di Wujiang, China, pada 7-8 Oktober, Indonesia berhasil juga berhasil meraih medali perak dan perunggu. Saat ini tim masih berada di China dan sedang bersiap kembali ke Indonesia dengan wajah penuh kegembiraan.
(bbk)