Ciptakan Brand Sendiri, Wadah Atlet Dulang Uang
A
A
A
MADRID - Popularitas selaras dengan kesempatan besar untuk mendulang uang. Hal ini dipahami betul oleh sejumlah atlet atau mantan olahragawan. Di antaranya oleh atlet berpenghasilan tertinggi tahun ini Cristiano Ronaldo.
CR7 –julukan Ronaldo- yang mengumpulkan Rp1,3 triliun pada 2017, piawai dalam mengelola keuangannya. Dengan badan atletis dan wajah ganteng, peraih empat gelar FIFA Ballon d’Or itu juga sukses menjadi ambassador brand ternama dunia.
Namun, itu tidaklah cukup, CR7 juga menelurkan merek dengan namanya sendiri. Dia menggeluti dunia fashion dengan melempar baju, jaket, celana dalam, celana jenas, sepatu, serta parfum ke pasar.
Teranyar, penggawa Real Madrid dan timnas Portugal tersebut mengeluarkan produk headphone bekerja sama dengan Monster, ROC Sport SuperSlim. Headphone ini sedikitnya memiliki tiga produk, dengan harga USD170 hingga USD300.
Berdasarkan hasil studi Institut Portugal untuk Administrasi dan Pemasaran (IPAM), nilai merek CR7 kini melampaui 100 juta euro. “Ronaldo sudah menjadi merek asal Portugal yang paling dikenal di dunia,” kata Direktur IPAM, Daniel Sa, dilansir Firstpost.
“Ketika kalian membandingkan Ronaldo dengan para bintang sepak bola Portugal lainnya seperti Luis Figo atau Rui Costa, kalian akan melihat peran signifikan media sosial. Dampaknya besar,” tambahnya.
Kiprah serupa juga ditempuh mantan bintang NBA Michael Jordan. Legenda Chicago Bulls ini boleh saja pensiun dari dunia basket tapi namanya masih dikenal publik secara luas. Dengan pamornya yang tinggi, sejak beberapa tahun lalu, perusahaan raksasa sekelas Nike pun tidak ragu untuk menekan kemitraan dan membuat produk sepatu dengan merek Air Jordan.
Atas kerja sama itu yang berjalan dengan sukses, aliran uang ke rekening Jordan terus mengalir. Dia bahkan sempat masuk ke dalam daftar mantan atlet terkaya di dunia versi Forbes pada tahun lalu. Pada 2014, penjualan Air Jordan tembus hingga USD2,6 miliar atau naik 2,6%. Jordan sendiri meraup USD100 juta dalam setahun.
Penghasilan Jordan saat ini bahkan lebih besar ketimbang masih bermain di NBA. “Dengan investasi, kalian hanya perlu diam dan bersenang-senang,” kata Jordan, dilansir Johan Cruyff Institute.
Nike terus melakukan pengembangan desain. Sepatu Jordan XI Legend Blue bahkan sukses terjual habis dalam waktu tiga jam.
Dari lapangan hijau, eks andalan Manchester United (MU), Real Madrid dan timnas Inggris, David Beckham, sudah lebih dulu terjun ke dunia bisnis. Dia mendirikan perusahaan sendiri bernama Beckham Brand Holdings pada 2014. Perusahaan itu memegang bisnis fashion istrinya Victoria dan perizinan pemakaian nama Beckham dalam suatu produk.
Seperti dilansir CNBC, keuntungan yang diraup Beckham Brand Holdings ditaksir mencapai 39,5 juta poundtserling pada akhir Desember 2015, atau naik sekitar 10 juta poundsterling dari setahun sebelumnya, sebelum pajak. Kekayaan keluarga Beckham dilaporkan mencapai 500 juta poundsterling pada 2015 silam.
Atlet senam ritmik asal China, Li Ning, juga membangun perusahaan pribadi. Sejak pensiun pada 1988, dia tertarik untuk menjual perlengkapan olahraga. Hanya berselang dua tahun, peraih tiga medali emas Olimpiade tersebut langsung mendirikan Li-Ning Company Limited yang memiliki revenue USD1,11 miliar pada 2012.
Sebagian besar pemasaran Li-Ning masih dilakukan di China. Meski demikian, Li-Ning sering dianggap sebagai merek lokal pesaing Nike (Amerika Serikat) dan adidas (Jerman). Namun, seperti dikatakan Kristen Dalton dari Universitas Lehigh, upaya itu masih belum berhasil. Li-Ning masih berada di belakang Nike dan adidas.
“Permasalahan mendasar Li-Ning ialah mereka kurang percaya diri. Untuk bersaing dengan perusahaan besar, baik di dalam negeri ataupun di luar, Li-Ning perlu menentukan identitas mereka. Saat ini masih sulit untuk mengatakan, apakah Li-Ning ini merek trendi untuk kawal muda perkotaan atau merek bonafid,” kata Dalton.
Kendati demikian, Li-Ning berhasil meraup laba bersih sebesar USD318,8 juta pada 2012 dan revenue USD596 juta sampai Juni 2017. “Li-Ning merupakan salah satu perusahaan merek olahraga terkemuka di China,” ungkap Li-Ning. Produk yang ditawarkan meliputi sepatu, kostum, aksesoris, dan perlengkapan olahraga.
Pilihan berbeda dilakukan petenis jelita Maria Sharapova dalam membangun kerajaan bisnisnya. Wanita berbendera Rusia itu memilih permen untuk menambah gemuk tabungannya. Pada 2013, Sharapova meluncurkan Sugarpova di seluruh dunia.
“Sugarpova merupakan permen premium yang menyenangkan, fashionable, dan merefleksikan karakter Maria Sharapova,” demikian pernyataannya saat meluncurkan produk Sugarpova.
Sharapova juga menjalin kerjasama dengan produsen coklat ternama Polandia Baron Chocolatier untuk membuat Sugarpova Premium Chocolates. Coklat tersebut dipasarkan pada Mei tahun lalu sebelum Prancis Terbuka 2016. (Muh Shamil)
CR7 –julukan Ronaldo- yang mengumpulkan Rp1,3 triliun pada 2017, piawai dalam mengelola keuangannya. Dengan badan atletis dan wajah ganteng, peraih empat gelar FIFA Ballon d’Or itu juga sukses menjadi ambassador brand ternama dunia.
Namun, itu tidaklah cukup, CR7 juga menelurkan merek dengan namanya sendiri. Dia menggeluti dunia fashion dengan melempar baju, jaket, celana dalam, celana jenas, sepatu, serta parfum ke pasar.
Teranyar, penggawa Real Madrid dan timnas Portugal tersebut mengeluarkan produk headphone bekerja sama dengan Monster, ROC Sport SuperSlim. Headphone ini sedikitnya memiliki tiga produk, dengan harga USD170 hingga USD300.
Berdasarkan hasil studi Institut Portugal untuk Administrasi dan Pemasaran (IPAM), nilai merek CR7 kini melampaui 100 juta euro. “Ronaldo sudah menjadi merek asal Portugal yang paling dikenal di dunia,” kata Direktur IPAM, Daniel Sa, dilansir Firstpost.
“Ketika kalian membandingkan Ronaldo dengan para bintang sepak bola Portugal lainnya seperti Luis Figo atau Rui Costa, kalian akan melihat peran signifikan media sosial. Dampaknya besar,” tambahnya.
Kiprah serupa juga ditempuh mantan bintang NBA Michael Jordan. Legenda Chicago Bulls ini boleh saja pensiun dari dunia basket tapi namanya masih dikenal publik secara luas. Dengan pamornya yang tinggi, sejak beberapa tahun lalu, perusahaan raksasa sekelas Nike pun tidak ragu untuk menekan kemitraan dan membuat produk sepatu dengan merek Air Jordan.
Atas kerja sama itu yang berjalan dengan sukses, aliran uang ke rekening Jordan terus mengalir. Dia bahkan sempat masuk ke dalam daftar mantan atlet terkaya di dunia versi Forbes pada tahun lalu. Pada 2014, penjualan Air Jordan tembus hingga USD2,6 miliar atau naik 2,6%. Jordan sendiri meraup USD100 juta dalam setahun.
Penghasilan Jordan saat ini bahkan lebih besar ketimbang masih bermain di NBA. “Dengan investasi, kalian hanya perlu diam dan bersenang-senang,” kata Jordan, dilansir Johan Cruyff Institute.
Nike terus melakukan pengembangan desain. Sepatu Jordan XI Legend Blue bahkan sukses terjual habis dalam waktu tiga jam.
Dari lapangan hijau, eks andalan Manchester United (MU), Real Madrid dan timnas Inggris, David Beckham, sudah lebih dulu terjun ke dunia bisnis. Dia mendirikan perusahaan sendiri bernama Beckham Brand Holdings pada 2014. Perusahaan itu memegang bisnis fashion istrinya Victoria dan perizinan pemakaian nama Beckham dalam suatu produk.
Seperti dilansir CNBC, keuntungan yang diraup Beckham Brand Holdings ditaksir mencapai 39,5 juta poundtserling pada akhir Desember 2015, atau naik sekitar 10 juta poundsterling dari setahun sebelumnya, sebelum pajak. Kekayaan keluarga Beckham dilaporkan mencapai 500 juta poundsterling pada 2015 silam.
Atlet senam ritmik asal China, Li Ning, juga membangun perusahaan pribadi. Sejak pensiun pada 1988, dia tertarik untuk menjual perlengkapan olahraga. Hanya berselang dua tahun, peraih tiga medali emas Olimpiade tersebut langsung mendirikan Li-Ning Company Limited yang memiliki revenue USD1,11 miliar pada 2012.
Sebagian besar pemasaran Li-Ning masih dilakukan di China. Meski demikian, Li-Ning sering dianggap sebagai merek lokal pesaing Nike (Amerika Serikat) dan adidas (Jerman). Namun, seperti dikatakan Kristen Dalton dari Universitas Lehigh, upaya itu masih belum berhasil. Li-Ning masih berada di belakang Nike dan adidas.
“Permasalahan mendasar Li-Ning ialah mereka kurang percaya diri. Untuk bersaing dengan perusahaan besar, baik di dalam negeri ataupun di luar, Li-Ning perlu menentukan identitas mereka. Saat ini masih sulit untuk mengatakan, apakah Li-Ning ini merek trendi untuk kawal muda perkotaan atau merek bonafid,” kata Dalton.
Kendati demikian, Li-Ning berhasil meraup laba bersih sebesar USD318,8 juta pada 2012 dan revenue USD596 juta sampai Juni 2017. “Li-Ning merupakan salah satu perusahaan merek olahraga terkemuka di China,” ungkap Li-Ning. Produk yang ditawarkan meliputi sepatu, kostum, aksesoris, dan perlengkapan olahraga.
Pilihan berbeda dilakukan petenis jelita Maria Sharapova dalam membangun kerajaan bisnisnya. Wanita berbendera Rusia itu memilih permen untuk menambah gemuk tabungannya. Pada 2013, Sharapova meluncurkan Sugarpova di seluruh dunia.
“Sugarpova merupakan permen premium yang menyenangkan, fashionable, dan merefleksikan karakter Maria Sharapova,” demikian pernyataannya saat meluncurkan produk Sugarpova.
Sharapova juga menjalin kerjasama dengan produsen coklat ternama Polandia Baron Chocolatier untuk membuat Sugarpova Premium Chocolates. Coklat tersebut dipasarkan pada Mei tahun lalu sebelum Prancis Terbuka 2016. (Muh Shamil)
(nfl)