Bukan Jadi Pelatih tapi Ini yang Dilakukan Kobe Bryant Setelah Pensiun

Kamis, 18 Januari 2018 - 10:45 WIB
Bukan Jadi Pelatih tapi...
Bukan Jadi Pelatih tapi Ini yang Dilakukan Kobe Bryant Setelah Pensiun
A A A
MANTAN pebasket Los Angeles Lakers, Kobe Bryant, telah mengakhiri kariernya di lapangan basket dengan sempurna sejak dua tahun lalu. Kini dia tengah merencanakan sesuatu yang baru. Mau apa lagi Kobe Bryant?

Tetaplah bermain sampai wasit meniup peluit tanda pertandingan berakhir. Bagi Kobe Bryant, kiprahnya bermain di lapangan basket memang sudah berakhir pada 2016 lalu. Saat itu di Stadion Staples Center, Los Angeles, dua nomor kebanggaan Kobe Bryant, 24 dan 8, digantung di langit-langit Stadion Staples Center sebagai tanda penghormatan atas sumbangsih Kobe Bryant buat Los Angeles Laker. Saat itu Kobe Bryant memang sudah melambaikan tangan ke lapangan basket. Namun, pada saat yang bersamaan dia mulai mengucapkan kata halo bagi petualangannya yang baru.

"Tantangan terbesar saat ini adalah menemukan apa yang selanjutnya dilakukan. Olahraga adalah hal yang tidak asing buat saya tapi ini sudah berakhir," kata pria kelahiran 23 Agustus 1978 itu. Lalu mau apa lagi Kobe Bryant?

Mengejutkannya Kobe Bryant justru tertarik dengan cerita. Namun, pria yang dijuluki Black Mamba ini bukan ingin menjadi seorang penulis seperti John Grisham, Stephen King, apalagi Ernest Hemingway. Dia hanya ingin memberikan kesempatan bagi banyak penulis muda yang bisa menginspirasi banyak orang lewat tulisan. Inilah alasan mengapa dia enggan mencoba menjadi pelatih klub basket seperti yang berhasil dilakukan oleh pelatih Golden State Warriors, Steve Kerr.

"Jika saya memilih melatih, saya hanya bisa menginspirasi 12 orang. Sebaliknya dengan membuat sebuah buku, saya bisa menginspirasi semua orang di mana saja di bumi ini," tuturnya. Bagi Kobe Bryant, menulis dan bercerita sama menariknya dengan bermain basket. Penulis bisa memberikan dunia ke hadapan para pembacanya. "Bagaimana penulis bisa membuat pembacanya penasaran dari satu halaman ke halaman lainnya, itu yang membuat saya jadi tertarik berkecimpung di dunia ini," katanya.

Dia tidak berupaya memaksa dirinya untuk membuat buku yang jauh dari kesehariannya. Dia yakin jika memaksakan diri mencoba membuat buku yang tidak dipahaminya, maka dia akan jadi terlihat bodoh. Inilah mengapa dia mencoba membuat buku-buku yang memiliki hubungan dengan olahraga. Sebuah dunia yang memang telah dia lakukan selama lebih dari dua dekade belakangan ini. "Saat ini tantangan terbesar buat saya adalah mencari penulis-penulis yang tidak hanya memiliki pemahaman menulis klasik yang dalam, tapi juga seorang atlet yang baik," katanya jujur.

Dia juga memahami betul bahwa dunia penerbitan buku adalah dunia yang baru baginya. Itulah mengapa dia membutuhkan banyak konsultasi dengan berbagai penerbit yang telah lebih dulu berkecimpung di dunia tersebut. Dia tidak merasa sungkan mengajukan permohonan untuk bertemu dengan penerbit ternama dunia. Dia malah mengaku banyak penerbit tersebut justru sangat senang ketika dia mengutarakan keinginannya untuk berdiskusi. "Mereka senang karena saya menelepon mereka. Apa yang bisa saya bantu kata mereka," ucap Kobe Bryant tertawa.

Dukungan dan berbagi informasi diyakini Kobe Bryant sebagai fondasi bisnis yang akan dia kerjakan. Selebihnya dia akan berusaha sebaik mungkin seperti apa yang telah dia lakukan di lapangan basket, yakni kerja keras. "Sebenarnya berbisnis itu sama saja dengan main basket. Lahannya memang berbeda, hanya saja selebihnya sama seperti komitmen pada detail, kerja keras, dan saling bekerja sama agar bisa mengeluarkan upaya terbaik dari setiap orang," kata pria yang memulai karier di Los Angeles Laker ini dengan jersey nomor 8.

Kobe Bryant setidaknya memegang teguh ungkapan bahwa ketika gagal merencanakan sesuatu, maka sesungguhnya kita sedang merencanakan kegagalan. Di dunia bisnis dan tulis-menulis, dia memang seperti seorang anak kecil yang tengah belajar membaca. Dia tidak akan berhenti membaca karena dia yakin semakin sering membaca, maka jalan menuju kesuksesan terbuka lebar. Seperti halnya saat dia meraih kesuksesan di lapangan basket. Dia tidak pernah berhenti berlatih basket meskipun ada waktu luang untuk beristirahat. Lewat latihan, dia berencana untuk meraih kesuksesan.

Byron Scott, pelatih Los Angeles Lakers, punya cerita mengenai Kobe Bryant muda. Dia mengatakan dua jam sebelum latihan Los Angeles Lakers dimulai, Kobe Bryant ternyata sudah ada di Stadion Staples Center. Di stadion tersebut dia sudah berlatih selama dua jam. "Melakukan syuting dan dribbling. Bayangkan hal itu dia lakukan selama 20 tahun di sini tanpa henti," kenang Byron Scott.

Keterkejutan yang sama juga dirasakan oleh pebasket klub NBA, Cleveland Cavaliers, Dwyane Wade saat bertemu dengan Kobe Bryant di pemusatan latihan tim nasional basket Amerika Serikat. Dia kaget ketika hendak sarapan pada pukul 08.00 pagi, dia bertemu dengan Kobe Bryant yang sudah lengkap menggunakan seragam latihan dan penuh dengan keringat. "Saat itu semua orang masih merasa ngantuk. Dia justru terlihat bersemangat dan penuh keringat. Saya pikir habis dari mana orang ini," kata Dwyane Wade kepada ESPN.

Bagi Kobe Bryant, kerja keras itu seperti mimpi. Hasil dari mimpi itu adalah kenyataan. Seperti apa yang dia ungkapkan ketika mengucapkan salam perpisahan di Staples Center pada 2016 lalu. "Saat-saat kita bangun lebih pagi, ketika kita harus tetap terjaga hingga larut malam, saat kita sudah terlalu lelah namun kita tetap memaksa diri kita melakukannya. Itulah mimpi yang sebenarnya," ucap Kobe Bryant.

Kini, Kobe Bryant memulai mimpi baru. Dan dia sudah memulainya. Jadi, kita tunggu saja, apa lagi yang dilakukannya.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1243 seconds (0.1#10.140)