Stempel Petinju Stadion yang Fenomenal
A
A
A
LONDON - Anthony Joshua sukses mengumpulkan tiga kali kemenangan dalam kurun waktu kurang dari setahun. Empat sabuk juara kelas berat berhasil melingkari pinggangnya.
Sabuk juara WBO menjadi gelar terbaru yang berhasil direbut Joshua dari tangan Joseph Parker setelah menang angka 118-110, 118-110, dan 119-109 di Principality Stadium, Cardiff, Minggu (1/4/2018) WIB. Stempel sebagai petinju fenomenal pun disandang Joshua.
Bagaimana tidak, dalam tiga pertarungan terakhirnya melawan Parker, Carlos Takam, dan Wladimir Klitschko, Joshua berhasil mengundang perhatian 250 ribu penonton. Petinju berusia 28 tahun ini sepertinya ingin mengubah olahraga tinju Inggris sekaligus membuka jalan bagi penerusnya untuk mengikuti jejaknya.
Dengan disaksikan ratusan ribu penonton di stadion, nama Joshua dipastikan kian bersinar. Karena mereka yang hadir dalam setiap pertarungannya selalu membicarakan mengenai kemenangan yang baru saja diraihnya.
Jika menengok ke belakang, pasti tidak ada yang pernah mengharapkan peraih medali emas di Olimpiade 2012 bakal menjadi petinju terkenal seperti saat ini. Tapi seiring waktu, Joshua sukses mengubah stigma tersebut menjadi sesuatu yang fenomenal.
"Menjadi petinju stadion pertama selalu menciptakan peluang untuk yang berikutnya. Ini menciptakan permintaan untuk pertarungan elite. Kita tahu apa itu tinju. Semua orang ingin menjadi pria, tetapi tidak ada yang ingin melawan siapa pun. Sekarang menciptakan suasana di mana petarung mulai berkata, "Saya siap untuk melangkah. Saya siap melakukan ini," kata Joshua seperti dikutip dari DailyMail, Senin (2/4/2018).
Sekarang semua orang akan terpusat pada nama Deontay Wilder. Konon, Joshua ingin mengklaim sabuk juara WBC sekaligus menggarisbawahi namanya sebagai juara kelas berat pertama yang tak terbantahkan sejak Lennox Lewis.
"Itulah sebabnya, bagi saya, itu harus Wilder selanjutnya. Saya tidak bisa pergi ke O2. Siapa yang ingin kamu lihat? Apakah Povetkin bertarung di stadion? Publik memiliki harapan sekarang, dan saya merasa di bawah tekanan untuk memberi mereka apa yang mereka inginkan. Saya sudah melawan tren itu. Saya tidak tahu apa lagi yang bisa saya lakukan. Kami sedang membuat sejarah," tambah Joshua.
"Wilder memiliki 10 tahun sebagai pro dan dia belum melakukan apa yang telah saya lakukan. Orang mungkin berkata, "Kalau begitu selesaikan saja". Tetapi ini bukan tentang rasa takut — saya harus melakukan apa yang benar untuk saya juga. Saya tidak bisa memberi semua yang dia inginkan untuk membawanya ke sini. Dia membutuhkan tinju Inggris," jelas Joshua.
Sabuk juara WBO menjadi gelar terbaru yang berhasil direbut Joshua dari tangan Joseph Parker setelah menang angka 118-110, 118-110, dan 119-109 di Principality Stadium, Cardiff, Minggu (1/4/2018) WIB. Stempel sebagai petinju fenomenal pun disandang Joshua.
Bagaimana tidak, dalam tiga pertarungan terakhirnya melawan Parker, Carlos Takam, dan Wladimir Klitschko, Joshua berhasil mengundang perhatian 250 ribu penonton. Petinju berusia 28 tahun ini sepertinya ingin mengubah olahraga tinju Inggris sekaligus membuka jalan bagi penerusnya untuk mengikuti jejaknya.
Dengan disaksikan ratusan ribu penonton di stadion, nama Joshua dipastikan kian bersinar. Karena mereka yang hadir dalam setiap pertarungannya selalu membicarakan mengenai kemenangan yang baru saja diraihnya.
Jika menengok ke belakang, pasti tidak ada yang pernah mengharapkan peraih medali emas di Olimpiade 2012 bakal menjadi petinju terkenal seperti saat ini. Tapi seiring waktu, Joshua sukses mengubah stigma tersebut menjadi sesuatu yang fenomenal.
"Menjadi petinju stadion pertama selalu menciptakan peluang untuk yang berikutnya. Ini menciptakan permintaan untuk pertarungan elite. Kita tahu apa itu tinju. Semua orang ingin menjadi pria, tetapi tidak ada yang ingin melawan siapa pun. Sekarang menciptakan suasana di mana petarung mulai berkata, "Saya siap untuk melangkah. Saya siap melakukan ini," kata Joshua seperti dikutip dari DailyMail, Senin (2/4/2018).
Sekarang semua orang akan terpusat pada nama Deontay Wilder. Konon, Joshua ingin mengklaim sabuk juara WBC sekaligus menggarisbawahi namanya sebagai juara kelas berat pertama yang tak terbantahkan sejak Lennox Lewis.
"Itulah sebabnya, bagi saya, itu harus Wilder selanjutnya. Saya tidak bisa pergi ke O2. Siapa yang ingin kamu lihat? Apakah Povetkin bertarung di stadion? Publik memiliki harapan sekarang, dan saya merasa di bawah tekanan untuk memberi mereka apa yang mereka inginkan. Saya sudah melawan tren itu. Saya tidak tahu apa lagi yang bisa saya lakukan. Kami sedang membuat sejarah," tambah Joshua.
"Wilder memiliki 10 tahun sebagai pro dan dia belum melakukan apa yang telah saya lakukan. Orang mungkin berkata, "Kalau begitu selesaikan saja". Tetapi ini bukan tentang rasa takut — saya harus melakukan apa yang benar untuk saya juga. Saya tidak bisa memberi semua yang dia inginkan untuk membawanya ke sini. Dia membutuhkan tinju Inggris," jelas Joshua.
(sha)