Marat Safin Membuang Ego lewat Jalur Politik
A
A
A
SAAT memutuskan pensiun dari dunia tenis, usia Marat Safin tergolong masih muda, yakni 29 tahun. Cedera yang tidak kunjung sembuh berhasil memadamkan semangat kompetisi pria berbadan tinggi tersebut.
Seperti orang lainnya, Marat Safin bukanlah manusia super yang bakal mudah menjalani kehidupan pascapensiun. Dia sadar bahwa dia harus kembali mengulang dari awal untuk mencapai kesuksesan di bidang lain. Statusnya sebagai petenis elite dunia waktu itu tidak serta-merta mendapatkan jalan yang mudah untuk tetap berkarya.
"Saya harus melupakan bahwa saya pernah menjadi petenis nomor satu dunia dan memenangkan banyak turnamen. Itu tidak penting lagi karena saya harus memulainya dari awal," ungkapnya.
Safin mengatakan, saat itu dia memang terpikir dua dunia baru yang akan dia tekuni, yaitu bisnis dan politik. Berbisnis bagi Safin bukan pilihan menarik karena bisnis adalah dunia yang sangat keras, apalagi di Rusia. Akhirnya, Safin menjatuhkan pilihan pada dunia politik. Saat itu dia juga begitu peduli dengan kehidupan Muslim Tatar di Rusia.
Bagi Rusia, Muslim Tatar memang menjadi representasi muslim inklusif. Berbeda dengan gerilyawan Chechen yang frontal pada pemerintahan Rusia, Muslim Tatar memilih jalan berdampingan dengan Rusia. Mereka mengirimkan wakil-wakilnya di parlemen Rusia, State Duma, salah satunya Safin. "Saya bisa saja memilih jalur komersial memanfaatkan popularitas saya. Hanya, itu bukan pilihan hidup saya," ujar Safin.
(Baca Juga: Transformasi Petenis Rock & Roll asal Rusia, Marat SafinDia terpilih sebagai anggota Parlemen pada 2011 mewakili Provinsi Nizhny Novgorod. Dia juga tercatat sebagai anggota dari partai yang dipimpin Vladimir Putin, United Russia Party. "Saya akui, awalnya banyak orang yang skeptis dengan pilihan ini. Apa sih yang saya tahu dengan politik, kata mereka. Tapi saya percaya, olahragawan juga memiliki pemahaman yang lebih baik tentang olahraga, pendidikan, dan kesejahteraan anak," paparnya.
Saat bergabung di parlemen, satu hal yang langsung dilakukan Safin adalah tetap mempertahankan kepribadiannya yang sederhana. Dia tidak mau lagi seperti saat bermain tenis dulu yang sangat sombong dan pemarah. Apalagi, saat itu di antara 456 anggota parlemen lainnya, Safin adalah anggota parlemen termuda, yakni 31 tahun. Padahal secara kualitas, Safin juga tidak kalah karena sebelum masuk parlemen, dia juga sudah memegang gelar sarjana hukum. Saat itu juga dia tengah menempuh strata pendidikan yang lebih tinggi.
"Harus dijalani dengan pelan, saya harus mendapatkan respek dari rekan sejawat. Jika saya pongah sedikit saja dan kerap berbicara tanpa isi, saya pasti akan hancur. Saya harus mengesampingkan ego saya," tandasnya.
Hebatnya, Marat Safin bisa menjadi anggota parlemen selama enam tahun. Selama berkiprah di dunia politik, Safin memiliki kontribusi tinggi untuk provinsi yang dia wakili, termasuk Muslim Tatar. Sayangnya, tahun lalu dia memutuskan tidak melanjutkan karier politiknya lagi. Alasannya, dia merasa sudah memiliki ambisi di dunia politik. Menurutnya, ambisi tersebut sangat jauh berbeda dengan niat awalnya bergabung di politik. "Saya tidak ingin posisi politik ini menjadi penebusan ambisi hidup saya," katanya.
Kini Safin kembali lagi ke dunia yang pernah begitu dia cintai, tenis. Pria yang tahun lalu menjadi satu-satunya petenis Rusia yang masuk daftar Hall of Fame tersebut kini mencoba kembali mengayunkan raket tenisnya dengan kepribadian yang lebih baik dan matang. Tidak ada lagi agresi, yang ada hanyalah motivasi menjadi pribadi yang lebih baik.
"Di usia sekarang, saya harus menghitung apa yang saya lakukan 300 kali lipat dari dunia. Sekarang saya mencoba menjadi pribadi yang lebih baik," pungkasnya.
Seperti orang lainnya, Marat Safin bukanlah manusia super yang bakal mudah menjalani kehidupan pascapensiun. Dia sadar bahwa dia harus kembali mengulang dari awal untuk mencapai kesuksesan di bidang lain. Statusnya sebagai petenis elite dunia waktu itu tidak serta-merta mendapatkan jalan yang mudah untuk tetap berkarya.
"Saya harus melupakan bahwa saya pernah menjadi petenis nomor satu dunia dan memenangkan banyak turnamen. Itu tidak penting lagi karena saya harus memulainya dari awal," ungkapnya.
Safin mengatakan, saat itu dia memang terpikir dua dunia baru yang akan dia tekuni, yaitu bisnis dan politik. Berbisnis bagi Safin bukan pilihan menarik karena bisnis adalah dunia yang sangat keras, apalagi di Rusia. Akhirnya, Safin menjatuhkan pilihan pada dunia politik. Saat itu dia juga begitu peduli dengan kehidupan Muslim Tatar di Rusia.
Bagi Rusia, Muslim Tatar memang menjadi representasi muslim inklusif. Berbeda dengan gerilyawan Chechen yang frontal pada pemerintahan Rusia, Muslim Tatar memilih jalan berdampingan dengan Rusia. Mereka mengirimkan wakil-wakilnya di parlemen Rusia, State Duma, salah satunya Safin. "Saya bisa saja memilih jalur komersial memanfaatkan popularitas saya. Hanya, itu bukan pilihan hidup saya," ujar Safin.
(Baca Juga: Transformasi Petenis Rock & Roll asal Rusia, Marat SafinDia terpilih sebagai anggota Parlemen pada 2011 mewakili Provinsi Nizhny Novgorod. Dia juga tercatat sebagai anggota dari partai yang dipimpin Vladimir Putin, United Russia Party. "Saya akui, awalnya banyak orang yang skeptis dengan pilihan ini. Apa sih yang saya tahu dengan politik, kata mereka. Tapi saya percaya, olahragawan juga memiliki pemahaman yang lebih baik tentang olahraga, pendidikan, dan kesejahteraan anak," paparnya.
Saat bergabung di parlemen, satu hal yang langsung dilakukan Safin adalah tetap mempertahankan kepribadiannya yang sederhana. Dia tidak mau lagi seperti saat bermain tenis dulu yang sangat sombong dan pemarah. Apalagi, saat itu di antara 456 anggota parlemen lainnya, Safin adalah anggota parlemen termuda, yakni 31 tahun. Padahal secara kualitas, Safin juga tidak kalah karena sebelum masuk parlemen, dia juga sudah memegang gelar sarjana hukum. Saat itu juga dia tengah menempuh strata pendidikan yang lebih tinggi.
"Harus dijalani dengan pelan, saya harus mendapatkan respek dari rekan sejawat. Jika saya pongah sedikit saja dan kerap berbicara tanpa isi, saya pasti akan hancur. Saya harus mengesampingkan ego saya," tandasnya.
Hebatnya, Marat Safin bisa menjadi anggota parlemen selama enam tahun. Selama berkiprah di dunia politik, Safin memiliki kontribusi tinggi untuk provinsi yang dia wakili, termasuk Muslim Tatar. Sayangnya, tahun lalu dia memutuskan tidak melanjutkan karier politiknya lagi. Alasannya, dia merasa sudah memiliki ambisi di dunia politik. Menurutnya, ambisi tersebut sangat jauh berbeda dengan niat awalnya bergabung di politik. "Saya tidak ingin posisi politik ini menjadi penebusan ambisi hidup saya," katanya.
Kini Safin kembali lagi ke dunia yang pernah begitu dia cintai, tenis. Pria yang tahun lalu menjadi satu-satunya petenis Rusia yang masuk daftar Hall of Fame tersebut kini mencoba kembali mengayunkan raket tenisnya dengan kepribadian yang lebih baik dan matang. Tidak ada lagi agresi, yang ada hanyalah motivasi menjadi pribadi yang lebih baik.
"Di usia sekarang, saya harus menghitung apa yang saya lakukan 300 kali lipat dari dunia. Sekarang saya mencoba menjadi pribadi yang lebih baik," pungkasnya.
(amm)