Menghormati Iniesta
A
A
A
VILLAREAL - Pendukung tim nasional Spanyol tahu bagaimana caranya menghargai seorang legendaris. Estadio de la Ceramica berpeluang menjadi panggung terakhir Andres Iniesta mengenakan jersey La Furia Roja di tanah Spanyol. Iniesta menjadi satu dari saksi sejarah perjalanan generasi emas Spanyol sejak mereka mengangkat trofi Piala Eropa 2008 sampai babak 16 besar Piala Eropa 2016.Iniesta bagian dari pahlawan Spanyol yang mengangkat trofi Piala Dunia 2010 tapi kemudian menjadi pesakitan di Brasil 2014 karena dipermalukan Belanda 1-5 dan dikalahkan Cile 0-2 sehingga tersingkir pada fase grup. Setelah meninggalkan Barcelona, Piala Dunia 2018 kemungkinan menjadi penampilan terakhir bersama La Furia Roja . Mengawali karier di usia 22 tahun 16 hari dan akan menutup karier di usia 34 tahun dengan dua gelar Piala Eropa dan satu trofi Piala Dunia.
Jika dihitung sejak Spanyol menjadi juara Piala Eropa 2008, Iniesta menjadi satu dari dua pemain yang masih bertahan sampai sekarang. Satu pemain lagi adalah Sergio Ramos. Sementara Iker Cassilas, Carlos Puyol, Fernando Torres, David Villa, Marcos Sena, Carlos Puyol, Joan Capdivilla, bahkan Cesc Fabregas tidak masuk daftar sekarang. Wajar jika saat uji coba melawan Swiss, Senin (4/6), penonton di Estadio de la Ceramica memberikan tepuk tangan panjang saat nama Iniesta dipanggil dari lorong pemain. Aksi serupa kembali terjadi ketika pemain yang musim depan membela Vissel Kobe tersebut ditarik keluar pada menit ke-55. Iniesta pun membalasnya dengan aplaus .
Pelatih Spanyol Julien Lopetegui menilai, Iniesta pantas mendapatkan tepuk tangan dari penonton atas apa yang dilakukan selama ini. “Dia bermain sangat bagus dan itu yang terbaik untuk kami. Paling penting bagi kita adalah apa yang masih harus dia berikan kepada tim ini,” kata Lopetegui, dikutip football-espana . Namun, Iniesta tak mau larut dalam drama tersebut. Apalagi saat melawan Swiss, La Furia Roja hanya bisa bermain imbang 1-1. “Kami semua sepenuhnya fokus ke Piala Dunia. Masa lalu adalah masa lalu dan tidak ada yang relevan sekarang jadi kami harus siap sepenuhnya,” tandas Iniesta, dikutip football-espana .
Setelah menjadi juara Piala Eropa 2012, penampilan Spanyol mengalami penurunan drastis. Pada Piala Dunia 2014 mereka sudah tersingkir di fase grup dan menjadi bahan olok-olokan karena hanya meraih satu kemenangan dari tiga per tanding an. Sementara pada Piala Eropa 2016 pasukan Ramos dkk tersingkir pada babak 16 besar karena kalah dari Italia dua gol tanpa balas. Kegagalan tersebut membuat federasi sepak bola Spanyol melakukan pergantian kursi pelatih. Vicente del Bosque diganti dengan Julen Lope tegui. Hasilnya cukup menggembirakan. Setidaknya jika ditambah hasil imbang melawan Swiss, timnas Spanyol tak terkalahkan dalam 19 laga terakhir di semua ajang.
Lopetegui juga cukup percaya diri dengan mengabaikan beberapa pemain senior, seperti Fabregas, Juan Mata, Ander Herrera, Alvaro Morata, Marcos Alonso yang meniti karier pada Liga Primer. Dia lebih percaya pada talenta pemain pada Primera Liga. Keputusannya mencoret Morata juga sempat mengundang tanya. Morata yang memperkuat Chelsea adalah anak emas pelatih berusia 51 tahun tersebut. Sebagai ganti, dia justru memanggil bomber Atletico Madrid Diego Costa yang baru tampil di kompetisi pada Januari, Rodrigo Moreno (Villareal), Lucas Vazquez (Real Madrid), dan Iago Aspas (Celta Vigo) yang jam mainnya bersama timnas masih berada di bawah 10. Melawan Swiss, pe nam pilan Costa dikritik karena lambat dan tidak terlibat dalam permainan.
Untuk kritik ini, Lopetegui memiliki argumen tersendiri. Menurut dia, Costa tetap memberikan kontribusi dengan membuka ruang meski tidak bisa mencetak gol. Sejauh ini Lopetegui masih belum menentukan siapa yang akan menjadi striker utama di lini depan Spanyol. Dia hanya menyebutkan ada skenario untuk penempatan beberapa pemain yang tersedia. Lopetegui memberi contoh pada kasus Aspas. Menurut dia, pemain Celta Vigo tersebut bisa mem berikan alternatif dengan bermain melebar. “Kami memiliki pemain depan dengan karakter ber beda dan mereka dapat bermain bersama,” tutur mantan pelatih Portugal tersebut.
Jika dihitung sejak Spanyol menjadi juara Piala Eropa 2008, Iniesta menjadi satu dari dua pemain yang masih bertahan sampai sekarang. Satu pemain lagi adalah Sergio Ramos. Sementara Iker Cassilas, Carlos Puyol, Fernando Torres, David Villa, Marcos Sena, Carlos Puyol, Joan Capdivilla, bahkan Cesc Fabregas tidak masuk daftar sekarang. Wajar jika saat uji coba melawan Swiss, Senin (4/6), penonton di Estadio de la Ceramica memberikan tepuk tangan panjang saat nama Iniesta dipanggil dari lorong pemain. Aksi serupa kembali terjadi ketika pemain yang musim depan membela Vissel Kobe tersebut ditarik keluar pada menit ke-55. Iniesta pun membalasnya dengan aplaus .
Pelatih Spanyol Julien Lopetegui menilai, Iniesta pantas mendapatkan tepuk tangan dari penonton atas apa yang dilakukan selama ini. “Dia bermain sangat bagus dan itu yang terbaik untuk kami. Paling penting bagi kita adalah apa yang masih harus dia berikan kepada tim ini,” kata Lopetegui, dikutip football-espana . Namun, Iniesta tak mau larut dalam drama tersebut. Apalagi saat melawan Swiss, La Furia Roja hanya bisa bermain imbang 1-1. “Kami semua sepenuhnya fokus ke Piala Dunia. Masa lalu adalah masa lalu dan tidak ada yang relevan sekarang jadi kami harus siap sepenuhnya,” tandas Iniesta, dikutip football-espana .
Setelah menjadi juara Piala Eropa 2012, penampilan Spanyol mengalami penurunan drastis. Pada Piala Dunia 2014 mereka sudah tersingkir di fase grup dan menjadi bahan olok-olokan karena hanya meraih satu kemenangan dari tiga per tanding an. Sementara pada Piala Eropa 2016 pasukan Ramos dkk tersingkir pada babak 16 besar karena kalah dari Italia dua gol tanpa balas. Kegagalan tersebut membuat federasi sepak bola Spanyol melakukan pergantian kursi pelatih. Vicente del Bosque diganti dengan Julen Lope tegui. Hasilnya cukup menggembirakan. Setidaknya jika ditambah hasil imbang melawan Swiss, timnas Spanyol tak terkalahkan dalam 19 laga terakhir di semua ajang.
Lopetegui juga cukup percaya diri dengan mengabaikan beberapa pemain senior, seperti Fabregas, Juan Mata, Ander Herrera, Alvaro Morata, Marcos Alonso yang meniti karier pada Liga Primer. Dia lebih percaya pada talenta pemain pada Primera Liga. Keputusannya mencoret Morata juga sempat mengundang tanya. Morata yang memperkuat Chelsea adalah anak emas pelatih berusia 51 tahun tersebut. Sebagai ganti, dia justru memanggil bomber Atletico Madrid Diego Costa yang baru tampil di kompetisi pada Januari, Rodrigo Moreno (Villareal), Lucas Vazquez (Real Madrid), dan Iago Aspas (Celta Vigo) yang jam mainnya bersama timnas masih berada di bawah 10. Melawan Swiss, pe nam pilan Costa dikritik karena lambat dan tidak terlibat dalam permainan.
Untuk kritik ini, Lopetegui memiliki argumen tersendiri. Menurut dia, Costa tetap memberikan kontribusi dengan membuka ruang meski tidak bisa mencetak gol. Sejauh ini Lopetegui masih belum menentukan siapa yang akan menjadi striker utama di lini depan Spanyol. Dia hanya menyebutkan ada skenario untuk penempatan beberapa pemain yang tersedia. Lopetegui memberi contoh pada kasus Aspas. Menurut dia, pemain Celta Vigo tersebut bisa mem berikan alternatif dengan bermain melebar. “Kami memiliki pemain depan dengan karakter ber beda dan mereka dapat bermain bersama,” tutur mantan pelatih Portugal tersebut.
(don)