Antara Antusiasme Warga dan Harga Tiket yang Melambung

Senin, 11 Juni 2018 - 16:20 WIB
Antara Antusiasme Warga...
Antara Antusiasme Warga dan Harga Tiket yang Melambung
A A A
DEMAM Piala Dunia sudah dirasakan setiap orang di negara mana saja, tidak terkecuali di Indonesia. Anehnya, Rusia yang menjadi negara tempat terlaksanakannya pertandingan Piala Dunia ini justru belum sepenuhnya merasakan euforia tersebut.

Rusia terkenal dengan Negeri Beruang Merah. Masyarakatnya masih kaku dengan hal-hal baru, termasuk menjadi negara tuan rumah Piala Dunia yang digelar mulai 15 Juni sampai 15 Juli 2018. Jika pada umumnya setiap negara bangga dan senang menyambut pelaksanaan event empat tahunan tersebut, apalagi menjadi tuan rumah, tapi tidak bagi Rusia. Tak sedikit yang menganggap pelaksanaan itu justru membuat ribet pengurusan administrasi setempat. Contohnya, di Russian State Agrarian University-Moscow Timiryazev Agricultural Academy.

Mereka mengalami banyak kesulitan terutama saat pengurusan invitation later. Setiap tahun kampus selalu mengadakan summer school dan biasanya sangat mudah mengundang mahasiswa asing sebagai peserta summer school untuk mengikuti kegiatan tersebut serta memberi tempat tinggal di hostel yang disediakan kampus. Tapi, karena Piala Dunia, semua pengurusan dokumen menjadi lebih ketat dan meniadakan proses pengurusan mahasiswa asing selama setahun untuk menghindari penyalahgunaan undangan dan izin tinggal.

Selain itu, masyarakat juga menganggap kegiatan tersebut adalah hal yang biasa sehingga mereka lebih baik menonton Piala Dunia di rumah masingmasing daripada di stadion atau di lapangan terbuka. Padahal, Pemerintah Rusia telah menyediakan tempat terbuka mengadakan nonton bareng Piala Dunia layaknya di Indonesia. Seperti yang disampaikan Alexander, seorang mahasiswa. “Untuk apa buang uang 500 dolar hanya untuk menonton satu pertandingan Piala Dunia? Se baiknya uang itu bisa digu na - kan untuk yang lebih ber manfaat,” katanya, kepada saya. Menyaksikan laga di tempat terbuka untuk nonton bareng dan gratis, menurutnya , hanya membuang waktu.

Seharusnya waktu itu dapat digunakan menulis disertasi atau penelitian bahkan kegiatan yang lebih bermanfaat lainnya. “Bagaimana jika selesai pertandingan di tempat tersebut terjadi kerusuhan?” katanya. Saat ini tiket online nonton Piala Dunia sudah habis meski ada beberapa counter masih menjual tiket secara offline . Masalahnya, harga tersebut luar biasa mahal. Mulai dari Rp5 juta sampai Rp43 juta. Harga yang sangat fantastis membuat mahasiswa berpikir berulang kali untuk menonton Piala Dunia secara langsung.

Sementara urusan suvenir relatif banyak pilihan dan bisa diperoleh di mana saja, baik di sportmaster (toko sport), ashan (swalayan), maupun detskiymir (toko mainan anak). Untuk ofisial, suvenir bisa didapat di sportmaster dan detskiymir. Tapi, untuk suvenir tiruan (KW) dapat diperoleh di ashan . Harga tentu sangat jauh berbeda antara ofisial suvenir dan tiruan.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7806 seconds (0.1#10.140)