Josep Schooling Anak Emas Singapura
A
A
A
JOSEP Schooling anak muda dari negeri jiran, Singapura, akan jadi magnet baru di ajang Asian Games 2018 yang akan digelar di Indonesia pada Agustus nanti.
Keajaiban apa yang dimiliki oleh orang Singapura pertama yang meraih medali emas Olimpiade tersebut? Prestasi yang ditorehkan Joseph Schooling di Olimpiade 2016 membuat Singapura bergolak. Dia jadi atlet pertama Singapura yang berhasil meraih medali emas Olimpiade.
Keterlibatan Singapura di Olimpiade dimulai sejak tahun 1948 di London, Inggris dan baru di Olimpiade 2016 mereka berhasil meraih medali emas. Keberhasilan Joseph Schooling meraih medali emas otomatis mendongkrak posisi Singapura berada di peringkat 54 Olimpiade 2016. Tidak heran nama Joseph Schooling jadi sensasi baru di Singapura.
Namanya kerap dibicarakan semua warga Singapura. Bahkan, setelahnya Joseph Schooling menjelma tidak hanya menjadi atlet semata, juga sosialita. Semua warga elite Singapura berlomba-lomba mengundang pria ramah tersebut ke acara mereka. Tidak hanya itu, Joseph Schooling bahkan diminta untuk melenggak-lenggok di atas catwalk .
“Saya berbohong jika mengatakan hidup saya tidak berubah setelah itu. Meski ada banyak perubahan, saya tetap berusaha menjaga apa yang membuat saya berada di posisi seperti ini, keluarga dan teman salah satunya. Selebihnya saya berusaha menikmati apa yang terjadi dengan cepat saat ini,” tutur Schooling.
“There are no gains without pains”, demikian tulis Benjamin Franklin dalam bukunya, “Poor Richard”, yang dibuat pada tahun 1734 silam. Apa yang dicapai Joseph Schooling merupakan perjalanan panjang yang sangat melelahkan. Semuanya bermula ketika medio 1990-an Schooling bertemu dengan pamannya, Lloyd Valberg.
Nama Llyod Valberg merupakan nama yang sangat harum di Singapura. Dia adalah atlet pertama Singapura yang berkiprah di ajang Olimpiade 1948. Atlet lompat tinggi tersebut memang tidak meraih medali namun kehadirannya menunjukkan eksistensi Singapura di mata dunia.
“Saat itu dia sangat bersemangat untuk bermain di Olimpiade. Saya pikir waktu itu hanyalah keinginan anak kecil semata yang tidak perlu dibuat serius,” kata May Schooling, ibu Joseph Schooling. Nyatanya keesokan harinya, saat pagi buta Schooling membangunkan ayahnya, Colin, untuk belajar berenang.
Hampir enam jam Schooling menghabiskan waktunya belajar berenang seharian. Saat itu Coolin terenyuh melihat keinginan kuat anaknya. “Kalau kamu memang menginginkan ini, kamu harus serius dan siap melakukan apa saja,” ucap Colin. “Ancaman” itu ternyata dijawab Schooling dengan semangat yang luar biasa.
Dia benar-benar mati-matian menjadi yang terbaik. Dia tidak pernah complain ketika Colin memasang parasut di tubuhnya yang kecil setiap kali berenang. Dia begitu bersemangat mewujudkan keinginannya untuk menjadi yang terbaik. Orang tua Schooling langsung membawa anak mereka ke luar negeri untuk mendapatkan pelatihan yang lebih tinggi.
Mereka dan asosiasi renang Singapura membawanya berlatih renang di Bolles School, Florida, Amerika Serikat. Di sekolah inilah Schooling bertemu dengan perenang-perenang masa depan seperti Caleb Draessel dan Ryan Murphy. Mereka ditangani langsung oleh pelatih renang veteran Sergio Lopez.
“Saya yang masih muda harus berjauhan dengan orang tua. Saya kerap meminta mereka datang ke Amerika tapi biaya terlalu mahal,” kata Joseph Schooling. Schooling akhirnya mengalihkan kerinduan tersebut ke kolam renang. Di kolam renang dia berusaha habis-habisan menjadi yang terbaik.
Pelatihan yang diterima Schooling di Bolles School sangat membantu performa pria muda ini. Dia bahkan begitu bersemangat ketika mencoba masuk babak final renang di Olimpiade 2012 di London, Inggris. Sayang dia gagal lolos karena masalah yang remeh.
Kacamata dan topi renangnya tidak memenuhi aturan Olimpiade. Perlahan-lahan Schooling muda mencoba bangkit. Mentalnya kembali kuat dan dia memiliki motivasi yang berlipat-lipat. Pada 2013 hanya setahun dari kegagalan di London, dia langsung mencetak rekor nasional berturut-turut.
Dia melanjutkan prestasi tersebut di Commonwealth Games 2014 . Di Asian Games 2014 dia akhirnya mencetak rekor menjadi atlet renang Singapura pertama yang meraih medali emas. Pada tahun itulah Singapura meletakkan tugas buat Schooling untuk berkiprah di Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, sekaligus kesempatan menghapus luka Olimpiade 2012 London, Inggris.
Di Brasil-lah, Schooling berhasil membuat keajaiban buat Singapura. Kini masyarakat Indonesia mendapatkan kesempatan baik untuk melihat lebih dekat sosok ajaib dari anak emas Singapura, Joseph Schooling, di Asian Games 2018. So, watch and learn . (Wahyu Sibarani)
Keajaiban apa yang dimiliki oleh orang Singapura pertama yang meraih medali emas Olimpiade tersebut? Prestasi yang ditorehkan Joseph Schooling di Olimpiade 2016 membuat Singapura bergolak. Dia jadi atlet pertama Singapura yang berhasil meraih medali emas Olimpiade.
Keterlibatan Singapura di Olimpiade dimulai sejak tahun 1948 di London, Inggris dan baru di Olimpiade 2016 mereka berhasil meraih medali emas. Keberhasilan Joseph Schooling meraih medali emas otomatis mendongkrak posisi Singapura berada di peringkat 54 Olimpiade 2016. Tidak heran nama Joseph Schooling jadi sensasi baru di Singapura.
Namanya kerap dibicarakan semua warga Singapura. Bahkan, setelahnya Joseph Schooling menjelma tidak hanya menjadi atlet semata, juga sosialita. Semua warga elite Singapura berlomba-lomba mengundang pria ramah tersebut ke acara mereka. Tidak hanya itu, Joseph Schooling bahkan diminta untuk melenggak-lenggok di atas catwalk .
“Saya berbohong jika mengatakan hidup saya tidak berubah setelah itu. Meski ada banyak perubahan, saya tetap berusaha menjaga apa yang membuat saya berada di posisi seperti ini, keluarga dan teman salah satunya. Selebihnya saya berusaha menikmati apa yang terjadi dengan cepat saat ini,” tutur Schooling.
“There are no gains without pains”, demikian tulis Benjamin Franklin dalam bukunya, “Poor Richard”, yang dibuat pada tahun 1734 silam. Apa yang dicapai Joseph Schooling merupakan perjalanan panjang yang sangat melelahkan. Semuanya bermula ketika medio 1990-an Schooling bertemu dengan pamannya, Lloyd Valberg.
Nama Llyod Valberg merupakan nama yang sangat harum di Singapura. Dia adalah atlet pertama Singapura yang berkiprah di ajang Olimpiade 1948. Atlet lompat tinggi tersebut memang tidak meraih medali namun kehadirannya menunjukkan eksistensi Singapura di mata dunia.
“Saat itu dia sangat bersemangat untuk bermain di Olimpiade. Saya pikir waktu itu hanyalah keinginan anak kecil semata yang tidak perlu dibuat serius,” kata May Schooling, ibu Joseph Schooling. Nyatanya keesokan harinya, saat pagi buta Schooling membangunkan ayahnya, Colin, untuk belajar berenang.
Hampir enam jam Schooling menghabiskan waktunya belajar berenang seharian. Saat itu Coolin terenyuh melihat keinginan kuat anaknya. “Kalau kamu memang menginginkan ini, kamu harus serius dan siap melakukan apa saja,” ucap Colin. “Ancaman” itu ternyata dijawab Schooling dengan semangat yang luar biasa.
Dia benar-benar mati-matian menjadi yang terbaik. Dia tidak pernah complain ketika Colin memasang parasut di tubuhnya yang kecil setiap kali berenang. Dia begitu bersemangat mewujudkan keinginannya untuk menjadi yang terbaik. Orang tua Schooling langsung membawa anak mereka ke luar negeri untuk mendapatkan pelatihan yang lebih tinggi.
Mereka dan asosiasi renang Singapura membawanya berlatih renang di Bolles School, Florida, Amerika Serikat. Di sekolah inilah Schooling bertemu dengan perenang-perenang masa depan seperti Caleb Draessel dan Ryan Murphy. Mereka ditangani langsung oleh pelatih renang veteran Sergio Lopez.
“Saya yang masih muda harus berjauhan dengan orang tua. Saya kerap meminta mereka datang ke Amerika tapi biaya terlalu mahal,” kata Joseph Schooling. Schooling akhirnya mengalihkan kerinduan tersebut ke kolam renang. Di kolam renang dia berusaha habis-habisan menjadi yang terbaik.
Pelatihan yang diterima Schooling di Bolles School sangat membantu performa pria muda ini. Dia bahkan begitu bersemangat ketika mencoba masuk babak final renang di Olimpiade 2012 di London, Inggris. Sayang dia gagal lolos karena masalah yang remeh.
Kacamata dan topi renangnya tidak memenuhi aturan Olimpiade. Perlahan-lahan Schooling muda mencoba bangkit. Mentalnya kembali kuat dan dia memiliki motivasi yang berlipat-lipat. Pada 2013 hanya setahun dari kegagalan di London, dia langsung mencetak rekor nasional berturut-turut.
Dia melanjutkan prestasi tersebut di Commonwealth Games 2014 . Di Asian Games 2014 dia akhirnya mencetak rekor menjadi atlet renang Singapura pertama yang meraih medali emas. Pada tahun itulah Singapura meletakkan tugas buat Schooling untuk berkiprah di Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, sekaligus kesempatan menghapus luka Olimpiade 2012 London, Inggris.
Di Brasil-lah, Schooling berhasil membuat keajaiban buat Singapura. Kini masyarakat Indonesia mendapatkan kesempatan baik untuk melihat lebih dekat sosok ajaib dari anak emas Singapura, Joseph Schooling, di Asian Games 2018. So, watch and learn . (Wahyu Sibarani)
(nfl)