Penguasaan Bola Tak Selalu Jadi Penentu
A
A
A
MOSKOW - Penguasaan bola kerap menjadi bagian terpenting dalam suatu pertandingan. Tapi, ini tidak berlaku saat Spanyol berhadapan dengan Rusia pada 16 besar Piala Dunia 2018 di di Stadion Luzhniki, Minggu (1/7/2018) malam WIB.
Penguasaan bola yang dilakukan Spanyol sebenarnya dilakukan untuk mencegah tim lain mencetak gol. Ini pengamatan umum dari gaya bermain Tim Matador, tetapi itu dilakukan secara ekstrem saat berhadapan dengan Rusia. (Baca juga: Taktik Catenaccio Bikin Spanyol Terusir Lewat Drama Adu Penalti )
Pada pertandingan itu, Spanyol terlihat lebih mengutamakan penguasaan bola saat berhadapan dengan tuan rumah di Piala Dunia 2018. Statistik menyebut jika mereka memegang permainan dengan persentase penguasaan bola 74%-26%.
Sergio Ramos dkk mengoper bola lebih dari 1.100 kali melawan Rusia dengan mengirimkan 800 umpan. Itu merupakan rekor di Piala Dunia sejak 1966. Sedangkan Rusia hanya menyelesaikan 300 umpan dalam pertandingan yang sama.
Meski Spanyol berhasil menyejajarkan catatan operan dengan laga Brasi kontra Italia (1994), Spanyol versus Jerman (2010), dan Jerman lawan Aljazair (2014). Namun pasukan Fernando Hierro harus merelakan tiket perempat final kepada Rusia.
Ya, Rusia berhak lolos ke perempat final usai menang 4-3 melalui drama adu penalti melawan Spanyol. Ini kali pertama tuan rumah masuk ke delapan besar turnamen sepak bola empat tahunan dalam 48 tahun sejak penampilan terakhirnya di Meksiko pada 1970.
Tak ada yang bisa menyalahkan Hierro atas kegagalan Spanyol. Maklum, mantan pemain Real Madrid itu terpilih menjabat sebagai pelatih dua hari sebelum pagelaran Piala Dunia 2018 berlangsung.
"Seperti halnya semua orang Spanyol, kami memiliki harapan dan impian yang tinggi dan kami sedih bahwa kami tidak dapat melakukannya untuk jutaan orang yang mengikuti pertandingan itu di rumah," sesal Hierro seperti dikutip dari Straitstimes, Senin (2/7/2018).
"Ini hanya soal sepak bola, menang dan kalah. Saya bisa mengatakan bahwa kita semua bisa saling menatap. Para pemain luar biasa untuk usaha mereka, profesionalisme mereka, dan solidaritas mereka. Ada banyak rasa sakit dalam delegasi, para pemain, staf pelatih, para pekerja. Sebab, kami memiliki harapan besar untuk Piala Dunia ini dan itu tidak terjadi. Tapi saya tidak memiliki keluhan terhadap siapa pun," jelas Hierro.
Penguasaan bola yang dilakukan Spanyol sebenarnya dilakukan untuk mencegah tim lain mencetak gol. Ini pengamatan umum dari gaya bermain Tim Matador, tetapi itu dilakukan secara ekstrem saat berhadapan dengan Rusia. (Baca juga: Taktik Catenaccio Bikin Spanyol Terusir Lewat Drama Adu Penalti )
Pada pertandingan itu, Spanyol terlihat lebih mengutamakan penguasaan bola saat berhadapan dengan tuan rumah di Piala Dunia 2018. Statistik menyebut jika mereka memegang permainan dengan persentase penguasaan bola 74%-26%.
Sergio Ramos dkk mengoper bola lebih dari 1.100 kali melawan Rusia dengan mengirimkan 800 umpan. Itu merupakan rekor di Piala Dunia sejak 1966. Sedangkan Rusia hanya menyelesaikan 300 umpan dalam pertandingan yang sama.
Meski Spanyol berhasil menyejajarkan catatan operan dengan laga Brasi kontra Italia (1994), Spanyol versus Jerman (2010), dan Jerman lawan Aljazair (2014). Namun pasukan Fernando Hierro harus merelakan tiket perempat final kepada Rusia.
Ya, Rusia berhak lolos ke perempat final usai menang 4-3 melalui drama adu penalti melawan Spanyol. Ini kali pertama tuan rumah masuk ke delapan besar turnamen sepak bola empat tahunan dalam 48 tahun sejak penampilan terakhirnya di Meksiko pada 1970.
Tak ada yang bisa menyalahkan Hierro atas kegagalan Spanyol. Maklum, mantan pemain Real Madrid itu terpilih menjabat sebagai pelatih dua hari sebelum pagelaran Piala Dunia 2018 berlangsung.
"Seperti halnya semua orang Spanyol, kami memiliki harapan dan impian yang tinggi dan kami sedih bahwa kami tidak dapat melakukannya untuk jutaan orang yang mengikuti pertandingan itu di rumah," sesal Hierro seperti dikutip dari Straitstimes, Senin (2/7/2018).
"Ini hanya soal sepak bola, menang dan kalah. Saya bisa mengatakan bahwa kita semua bisa saling menatap. Para pemain luar biasa untuk usaha mereka, profesionalisme mereka, dan solidaritas mereka. Ada banyak rasa sakit dalam delegasi, para pemain, staf pelatih, para pekerja. Sebab, kami memiliki harapan besar untuk Piala Dunia ini dan itu tidak terjadi. Tapi saya tidak memiliki keluhan terhadap siapa pun," jelas Hierro.
(nug)