Forsberg Antar Swedia ke Delapan Besar
A
A
A
SAINT PETERSBURG - Swedia melenggang ke perempat final Piala Dunia 2018 setelah menaklukkan Swiss 1-0 di Krestovsky Stadium, Saint Petersburg, Selasa (3/7/2018) malam. Emil Forsberg menjadi pahlawan Blagult –julukan Swedia.
Terjangan penyerang RB Leipzig yang meluncur dari luar kotak penalti ke jala Swiss tersebut menjadi penentu tampilnya Swedia di babak delapan besar. Sebelumnya Swedia terkurung oleh serangan Swiss, tapi semangat mereka terbakar lantaran pendukungnya bernyanyi sepanjang laga, berbeda dengan suporter lawan yang lebih kalem. Selepas memastikan langkah mereka ke babak berikutnya, Forsberg dkk memberikan aplaus kepada para pendukungnya yang membuat Krestovsky Stadium menjadi lautan berwarna kuning.
“Luar biasa fans kami. Mereka tak henti memberikan semangat,” kata Pelatih Swedia, Janne Andersson.
Dia mengakui Swiss adalah tim yang kuat dan bermain lebih agresif. Andersson pun mempersiapkan barisan skuad terbaik. “Saya tahu saya selalu mengatakannya berulang-ulang, tapi Swiss merupakan tim ideal yang terorganisir sangat baik,” imbuhnya.
Nakhoda berusia 55 tahun ini menegaskan harus memperbaiki skuadnya sebelum bertarung di delapan besar. Krurang gregetnya permainan Blagult lantaran pada pertandingan tadi malam, Swedia tidak diperkuat Sebastian Larson yang terkena akumulasi kartu kuning. Andersson mengungkapkan, dia meminta para penyerangnya menahan Swiss dari depan. “Dasarnya, Setiap pemain di lapangan merupakan pemain bertahan,” ujar Andersson.
Marcus, suporter Swedia, mengungkapkan besok para pendukung Blagult bakal bergerak ke Samara. Pasukan Andersson bakal berhadapan dengan pemenang duel Inggris kontra Kolombia di Cosmos Arena, Samara. Saat berita ini diturunkan pertandingan Inggris versus Kolombia masih berlangsung. “Kami akan membanjiri Samara dengan pendukung Swedia. Kami tak gentar melawan siapapun,” ujar Marcus.
Pendukung Forsberg dkk memang istimewa. Meski laga usai, mereka masih saja bertahan di dalam stadion, bernyanyi sambil berlompat-lompat. Andersson yang kembali ke lapangan setelah menggelar konferensi pers menghampiri para fans dan berterima kasih secara langsung. “Kami sangat bangga akan tim ini,” imbuh Marcus.
Sementara itu, Swiss pantas kecewa lantaran sepanjang laga mereka lebih mendominasi permainan. Mereka menguasai bola 64% sepanjang laga. Sial, penyelesaian akhir yang buruk serta disiplinnya pertahanan Swedia yang dipimpin Andreas Granqvist membuat semua upaya Swiss kandas. “Saya rasa semua yang menyaksikan pertandingan tadi melihat bagaimana kerasnya kami berjuang. Kami mendominasi jalannya pertandingan,” ujar Pelatih Die Nati Vladimir Petkovic.
Swiss melaju ke 16 besar setelah mengakhiri babak penyisihan Piala Dunia 2018 sebagai runner-up Grup E di bawah Brasil. Pada fase grup, mereka tidak terkalahkan. Valon Behrami dkk berhasil menahan imbang Brasil 1-1 dan Kosta Rika 2-2. Mereka hanya menang 2-1 saat meladeni Serbia.
Swiss merupakan tim terbaik keenam di dunia versi FIFA. Mereka hanya menelan sekali kekalahan dalam 25 laga terakhir. “Hasil itu bukanlah keberuntungan. Kami bekerja keras untuk dapat mencapai rekor tersebut selama berbulan-bulan,” kata striker Swiss, Josip Drmic.
Laga di Saint Petersburg merupakan laga ke-29 antara Swiss dan Swedia. Namun, ini merupakan pertemuan pertama mereka di turnamen besar. Swedia tidak pernah terkalahkan dalam tiga pertemuan terakhir, yakni dua kali imbang dan satu kali menang. Teranyar, mereka bertanding pada 2002 silam.
Swiss pernah mengalahkan Swedia pada Kualifikasi Piala Eropa pada 1994. Saat itu, tim yang masih diasuh Roy Hodgson itu menang 4-2 di Bern. Prestasi terbaik Die Nati adalah menduduki posisi runner-up pada 1958.
Pertandingan ini juga menjadi penampilan ke-50 Swedia di Piala Dunia. Mereka menjadi tim ke-11 yang mencatat rekor tersebut. Swiss sendiri pernah masuk perempat final pada Piala Dunia 1954. Sejak saat itu, mereka selalu tersisihkan, termasuk saat memasuki babak 16 besar pada 1994, 2006, dan 2014.
Sebanyak 11 dari 14 gol Swiss tercipta pada babak kedua, termasuk empat di antaranya pada Piala Dunia kali ini. Emil Forsberg dan Marcus Berg masing-masing melepaskan 21 dan 37 tembakan, tapi tidak berbuah gol. Shaqiri juga menjadi satu-satunya pencetak gol untuk Swiss pada babak gugur sejak 1954. (Baca juga: Diwarnai Kartu Merah, Swedia Lolos ke Perempat Final Piala Dunia )
Terjangan penyerang RB Leipzig yang meluncur dari luar kotak penalti ke jala Swiss tersebut menjadi penentu tampilnya Swedia di babak delapan besar. Sebelumnya Swedia terkurung oleh serangan Swiss, tapi semangat mereka terbakar lantaran pendukungnya bernyanyi sepanjang laga, berbeda dengan suporter lawan yang lebih kalem. Selepas memastikan langkah mereka ke babak berikutnya, Forsberg dkk memberikan aplaus kepada para pendukungnya yang membuat Krestovsky Stadium menjadi lautan berwarna kuning.
“Luar biasa fans kami. Mereka tak henti memberikan semangat,” kata Pelatih Swedia, Janne Andersson.
Dia mengakui Swiss adalah tim yang kuat dan bermain lebih agresif. Andersson pun mempersiapkan barisan skuad terbaik. “Saya tahu saya selalu mengatakannya berulang-ulang, tapi Swiss merupakan tim ideal yang terorganisir sangat baik,” imbuhnya.
Nakhoda berusia 55 tahun ini menegaskan harus memperbaiki skuadnya sebelum bertarung di delapan besar. Krurang gregetnya permainan Blagult lantaran pada pertandingan tadi malam, Swedia tidak diperkuat Sebastian Larson yang terkena akumulasi kartu kuning. Andersson mengungkapkan, dia meminta para penyerangnya menahan Swiss dari depan. “Dasarnya, Setiap pemain di lapangan merupakan pemain bertahan,” ujar Andersson.
Marcus, suporter Swedia, mengungkapkan besok para pendukung Blagult bakal bergerak ke Samara. Pasukan Andersson bakal berhadapan dengan pemenang duel Inggris kontra Kolombia di Cosmos Arena, Samara. Saat berita ini diturunkan pertandingan Inggris versus Kolombia masih berlangsung. “Kami akan membanjiri Samara dengan pendukung Swedia. Kami tak gentar melawan siapapun,” ujar Marcus.
Pendukung Forsberg dkk memang istimewa. Meski laga usai, mereka masih saja bertahan di dalam stadion, bernyanyi sambil berlompat-lompat. Andersson yang kembali ke lapangan setelah menggelar konferensi pers menghampiri para fans dan berterima kasih secara langsung. “Kami sangat bangga akan tim ini,” imbuh Marcus.
Sementara itu, Swiss pantas kecewa lantaran sepanjang laga mereka lebih mendominasi permainan. Mereka menguasai bola 64% sepanjang laga. Sial, penyelesaian akhir yang buruk serta disiplinnya pertahanan Swedia yang dipimpin Andreas Granqvist membuat semua upaya Swiss kandas. “Saya rasa semua yang menyaksikan pertandingan tadi melihat bagaimana kerasnya kami berjuang. Kami mendominasi jalannya pertandingan,” ujar Pelatih Die Nati Vladimir Petkovic.
Swiss melaju ke 16 besar setelah mengakhiri babak penyisihan Piala Dunia 2018 sebagai runner-up Grup E di bawah Brasil. Pada fase grup, mereka tidak terkalahkan. Valon Behrami dkk berhasil menahan imbang Brasil 1-1 dan Kosta Rika 2-2. Mereka hanya menang 2-1 saat meladeni Serbia.
Swiss merupakan tim terbaik keenam di dunia versi FIFA. Mereka hanya menelan sekali kekalahan dalam 25 laga terakhir. “Hasil itu bukanlah keberuntungan. Kami bekerja keras untuk dapat mencapai rekor tersebut selama berbulan-bulan,” kata striker Swiss, Josip Drmic.
Laga di Saint Petersburg merupakan laga ke-29 antara Swiss dan Swedia. Namun, ini merupakan pertemuan pertama mereka di turnamen besar. Swedia tidak pernah terkalahkan dalam tiga pertemuan terakhir, yakni dua kali imbang dan satu kali menang. Teranyar, mereka bertanding pada 2002 silam.
Swiss pernah mengalahkan Swedia pada Kualifikasi Piala Eropa pada 1994. Saat itu, tim yang masih diasuh Roy Hodgson itu menang 4-2 di Bern. Prestasi terbaik Die Nati adalah menduduki posisi runner-up pada 1958.
Pertandingan ini juga menjadi penampilan ke-50 Swedia di Piala Dunia. Mereka menjadi tim ke-11 yang mencatat rekor tersebut. Swiss sendiri pernah masuk perempat final pada Piala Dunia 1954. Sejak saat itu, mereka selalu tersisihkan, termasuk saat memasuki babak 16 besar pada 1994, 2006, dan 2014.
Sebanyak 11 dari 14 gol Swiss tercipta pada babak kedua, termasuk empat di antaranya pada Piala Dunia kali ini. Emil Forsberg dan Marcus Berg masing-masing melepaskan 21 dan 37 tembakan, tapi tidak berbuah gol. Shaqiri juga menjadi satu-satunya pencetak gol untuk Swiss pada babak gugur sejak 1954. (Baca juga: Diwarnai Kartu Merah, Swedia Lolos ke Perempat Final Piala Dunia )
(sha)