Karate Torehkan Sejarah Emas, Rifky Banjir Bonus hingga Rp2,5 Miliar
A
A
A
JAKARTA - Karate Indonesia akhirnya merebut medali emas setelah menanti 16 tahun. Merah Putih juga masih berpeluang mendapat tambahan medali karena masih memiliki tiga karateka yang akan bertanding pada Senin (27/8) hari ini.
Torehan emas Indonesia di Asian Games 2018 disumbangkan karateka Rifki Ardiansyah Arrosyiid. Dia menjadi yang terbaik setelah mengalahkan karateka Iran Amir Mahdi Zadeh dengan skor 9-7 pada final kumite putra -60 kg di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (26/8/2018).
"Kunci kemenangan Rifki karena dia bermain tenang dan cerdas. Meskipun karateka Iran lawan berat, dia mampu mengalahkannya," kata Kepala Pelatih Tim Karate Indonesia Syamsuddin saat jumpa pers di area mixed zone, JCC, Jakarta.
Rifki mengaku ketenangan menjadi kunci keberhasilannya meraih medali emas pada ajang multievent empat tahunan itu. “Semua lawan yang saya hadapi bagus dan berat. Tapi, saya tetap bermain tenang. Alhamdulillah saya berhasil meraih medali emas,” katanya.
Rifki mendapatkan lawan yang berat sejak pertandingan semifinal melawan karateka Malaysia Prem Kumar Selvam. Bahkan, karateka Malaysia itu mampu memberikan perlawanan sengit hingga poin yang diperoleh sama 4-4. Namun Rifki akhirnya dinyatakan sebagai juara lewat kemenangan hantai karena dinilai lebih agresif daripada lawannya.
Pada final, Rifki kembali mendapat perlawanan ketat dari Zadeh. Terbukti, karateka Iran tersebut sempat mengejar ketertinggalan menjadi 7-8 sebelum akhirnya menyerah 7-9 kepada Rifki. Alhasil, dia pun harus puas mendapatkan medali perak, sementara perunggu menjadi miliki karateka Malaysia Prem Kumar Selvam dan karateka Uzbekistan Sadriddin Saymatov.
Atas prestasi emas itu Rifki pun mendapatkan bonus Rp2,5 miliar. Sebesar Rp1,5 miliar berasal dari pemerintah Indonesia, dan Rp1 miliar dari PB Forki. Selain medali emas, karate Indonesia juga mendapat tambahan dua medali perunggu dari karate putri Cokorda Istri (Coki) Agung Sanistyarani di kelas 55 kg dan Jintar Simanjuntak di kelas -67 kg.
"Saya sebenarnya berharap bisa meraih prestasi lebih baik, minimal masuk final. Tapi, saya tetap bersyukur bisa mempersembahkan medali perunggu untuk Indonesia,” kata Coki.
Pada kumite putri -55 kg, medali emas direbut karateka China Taipeh Tzuyun Wen setelah mengalahkan karateka putri Iran Taravat Khaksar di final. Alhasil, Taravat pun berhak mendapatkan medali perak. Sedangkan satu medali perunggu lainnya diperoleh karateka putri Macau China Sok I Wong.
Ketua Umum PB Forki Gatot Nurmantyo mengaku bangga dengan prestasi yang dipersembahkan karateka Indonesia pada Asian Games ke-18 ini. Apalagi sebelumnya, karateka Indonesia, Ahmad Zigi Zaresta Yuda, meraih medali perunggu pada nomor kata putra.
"Keberhasilan ini tak lepas dari proses pembinaan sejak dini. Kami tahu Rifki sejak kecil merupakan juara karate. Terima kasih juga kepada orang tua, pelatih, manajer, pengurus karate Indonesia, dan doa seluruh rakyat Indonesia," katanya.
Mantan Panglima TNI ini menambahkan, prestasi karateka Indonesia di ajang Asian Games menjadi pelecut meraih prestasi lebih tinggi lagi. Sebab, target selanjutnya karateka Indonesia bisa berlaga pada ajang Olimpiade 2020.
"Kami akan terus mengikutsertakan karateka Indonesia pada berbagai event internasional agar bisa mendapat poin sehingga mendapat peringkat dunia. Target kami selanjutnya karateka Indonesia bisa masuk Olimpiade," sebutnya.
Karate sendiri masih memiliki peluang karena hari ini masih akan menurunkan tiga karatekanya. Mereka adalah Ceyco Georgia Zefanya di nomor kumite kelas -68 kg putri, Srunita Sari Sukatendel di kelas -50 kg putri, dan Sandy Firmansyah di kelas -75 kg putra. Pada babak pertama, Ceyco akan menghadapi atlet Vietnam Nguyen TN, Srunita akan menghadapi karateka Srilangka Badalgie Don Paulu, dan Sandy akan berhadapan dengan karateka China Taipei W Hsu.
Torehan emas Indonesia di Asian Games 2018 disumbangkan karateka Rifki Ardiansyah Arrosyiid. Dia menjadi yang terbaik setelah mengalahkan karateka Iran Amir Mahdi Zadeh dengan skor 9-7 pada final kumite putra -60 kg di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (26/8/2018).
"Kunci kemenangan Rifki karena dia bermain tenang dan cerdas. Meskipun karateka Iran lawan berat, dia mampu mengalahkannya," kata Kepala Pelatih Tim Karate Indonesia Syamsuddin saat jumpa pers di area mixed zone, JCC, Jakarta.
Rifki mengaku ketenangan menjadi kunci keberhasilannya meraih medali emas pada ajang multievent empat tahunan itu. “Semua lawan yang saya hadapi bagus dan berat. Tapi, saya tetap bermain tenang. Alhamdulillah saya berhasil meraih medali emas,” katanya.
Rifki mendapatkan lawan yang berat sejak pertandingan semifinal melawan karateka Malaysia Prem Kumar Selvam. Bahkan, karateka Malaysia itu mampu memberikan perlawanan sengit hingga poin yang diperoleh sama 4-4. Namun Rifki akhirnya dinyatakan sebagai juara lewat kemenangan hantai karena dinilai lebih agresif daripada lawannya.
Pada final, Rifki kembali mendapat perlawanan ketat dari Zadeh. Terbukti, karateka Iran tersebut sempat mengejar ketertinggalan menjadi 7-8 sebelum akhirnya menyerah 7-9 kepada Rifki. Alhasil, dia pun harus puas mendapatkan medali perak, sementara perunggu menjadi miliki karateka Malaysia Prem Kumar Selvam dan karateka Uzbekistan Sadriddin Saymatov.
Atas prestasi emas itu Rifki pun mendapatkan bonus Rp2,5 miliar. Sebesar Rp1,5 miliar berasal dari pemerintah Indonesia, dan Rp1 miliar dari PB Forki. Selain medali emas, karate Indonesia juga mendapat tambahan dua medali perunggu dari karate putri Cokorda Istri (Coki) Agung Sanistyarani di kelas 55 kg dan Jintar Simanjuntak di kelas -67 kg.
"Saya sebenarnya berharap bisa meraih prestasi lebih baik, minimal masuk final. Tapi, saya tetap bersyukur bisa mempersembahkan medali perunggu untuk Indonesia,” kata Coki.
Pada kumite putri -55 kg, medali emas direbut karateka China Taipeh Tzuyun Wen setelah mengalahkan karateka putri Iran Taravat Khaksar di final. Alhasil, Taravat pun berhak mendapatkan medali perak. Sedangkan satu medali perunggu lainnya diperoleh karateka putri Macau China Sok I Wong.
Ketua Umum PB Forki Gatot Nurmantyo mengaku bangga dengan prestasi yang dipersembahkan karateka Indonesia pada Asian Games ke-18 ini. Apalagi sebelumnya, karateka Indonesia, Ahmad Zigi Zaresta Yuda, meraih medali perunggu pada nomor kata putra.
"Keberhasilan ini tak lepas dari proses pembinaan sejak dini. Kami tahu Rifki sejak kecil merupakan juara karate. Terima kasih juga kepada orang tua, pelatih, manajer, pengurus karate Indonesia, dan doa seluruh rakyat Indonesia," katanya.
Mantan Panglima TNI ini menambahkan, prestasi karateka Indonesia di ajang Asian Games menjadi pelecut meraih prestasi lebih tinggi lagi. Sebab, target selanjutnya karateka Indonesia bisa berlaga pada ajang Olimpiade 2020.
"Kami akan terus mengikutsertakan karateka Indonesia pada berbagai event internasional agar bisa mendapat poin sehingga mendapat peringkat dunia. Target kami selanjutnya karateka Indonesia bisa masuk Olimpiade," sebutnya.
Karate sendiri masih memiliki peluang karena hari ini masih akan menurunkan tiga karatekanya. Mereka adalah Ceyco Georgia Zefanya di nomor kumite kelas -68 kg putri, Srunita Sari Sukatendel di kelas -50 kg putri, dan Sandy Firmansyah di kelas -75 kg putra. Pada babak pertama, Ceyco akan menghadapi atlet Vietnam Nguyen TN, Srunita akan menghadapi karateka Srilangka Badalgie Don Paulu, dan Sandy akan berhadapan dengan karateka China Taipei W Hsu.
(sha)