Mengubah Persepsi Penyandang Disabilitas

Minggu, 07 Oktober 2018 - 10:28 WIB
Mengubah Persepsi Penyandang Disabilitas
Mengubah Persepsi Penyandang Disabilitas
A A A
Asian Para Games (APG) 2018 menjadi momentum bagi para penyandang disabilitas untuk membuktikan kemampuan di hadapan masyarakat dunia dan mengubah persepsi negatif tentang mereka.

Tantangan itu disampaikan Presiden Asian Paralympic Committee (APC) Majid Rashed dalam pembukaan ajang olahraga penyandang disabilitas yang mengusung slogan The Inspiring Spirit and Energy of Asia ini di Gelora Bung Karno, Jakarta, tadi malam.

Perhelatan APG ketiga yang digelar di Jakarta ini akan menjadi pesta olahraga penyandang disabilitas terbesar yang pernah digelar di Asia. Selama tujuh hari ke depan, hampir 3.000 atlet dari 43 negara akan bertanding memperebutkan lebih dari 500 medali di 18 cabang olahraga.

“Kita tahu banyak penyandang disabilitas di Asia bergumul dengan masalah mobilitas, apalagi akses olahraga. Namun kami sangat percaya pada kekuatan para olahragawan untuk mengubah kehidupan dan menantang persepsi disabilitas,” kata Majid yang memberi sambutan di atas kursi rodanya.

APG 2018 ini akan menghadirkan banyak atlet yang pertama kali tampil di ajang internasional. Majid meminta mereka percaya diri.
”Kami ingin penampilan para atlet untuk mendorong dan membangkitkan para penyandang disabilitas muda di seluruh Asia, kami ingin mereka percaya bahwa tidak ada batasan untuk apa yang bisa mereka capai. Saya yakin event di Indonesia pada 2018 ini akan punya efek yang sama,” ungkap Majid.

Pria asal Uni Emirat Arab itu pun berharap kesetaraan dengan penyandang disabilitas dapat diruntuhkan agar masyarakat menjadi inklusif.

Dalam pandangannya, hal tersebut mulai terwujud di APG 2018. Bahkan dia mengakui ketika pertama kali datang ke Indonesia merasakan banyak perubahan dalam kesadaran dan sikap terhadap penyandang disabilitas.

Menurut dia, kondisi demikian terwujud berkat dukungan besar yang ditunjukkan Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi), Pemerintah Indonesia, dan Kota Jakarta. Selain itu upaya besar-besaran dari Panitia Pengorganisasian juga menjadi salah satu hal penting dalam perubahan itu.

“Tidak ada masalah yang terlalu sulit, semua rintangan telah diatasi. Indonesia telah menunjukkan bahwa The Inspiring Spirit and Energy of Asia adalah nyata, bukan hanya sebuah slogan. Jadi, terima kasih semua untuk berbagi visi kami dan bekerja sangat keras untuk membuat game ini sukses.

Indonesia harus sangat bangga dengan apa yang telah dicapai. Indonesia hebat!” ungkap Majid. Lebih jauh dia juga memasang harapan tinggi agar APG 2018 menjadi ajang bagi para atlet penyandang disabilitas, terutama dari Asia, untuk menunjukkan kekuatan terbaiknya.

Apalagi Asia yang menyumbang 60% dari populasi dunia masih tertinggal di panggung dunia dalam olahraga. Tercatat hanya 20% dari pesaing di Rio Paralympic Games 2016 yang berasal dari wilayah Asia.

Presiden Jokowi yang membuka ajang APG 2018 mengaku bangga Indonesia bisa menggelar APG 2018. Pasalnya dia menilai ajang ini menjadi salah satu tempat untuk mempererat persaudaraan antarwarga Asia, khususnya atlet penyandang disabilitas.

”Atas nama seluruh rakyat Indonesia, saya bangga menyambut bapak-bakap, ibu-ibu, tamu-tamu istimewa dari 43 negara melalui APG 2018. Kita ingin merayakan persaudaraan, kegigihan, prestasi, dan menjunjung tinggi kemanuasian,” ucap Jokowi.

Ketua Panitia Asian Para Games 2018 Raja Sapta Oktohari siap memberikan kenangan manis untuk para atlet APG selama bertanding di Jakarta. Dia pun sangat menyambut baik kehadiran para atlet yang bertanding demi kemenangan dan mengharumkan nama baik negara masing-masing.

Meski begitu Okto-sapaan akrab Raja Sapta Oktohari-mengingatkan para atlet yang bertanding agar tetap menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas. Selain itu dia mengimbau untuk tetap menunjukkan kemampuankemampuan diri yang sungguhsungguh menginspirasi untuk para penyandang disabilitas di Asia, khususnya Indonesia.

Okto yang juga Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Sports Sepeda Indonesia (PB ISSI) mengatakan, pihaknya akan memberikan yang terbaik untuk menjamu para tamu negara agar bisa merasakan keajaiban, keramahan, persaudaraan maupun kelezatan sentuhan-sentuhan khas Indonesia.

Namun Okto juga tak ingin memungkiri bahwa bantuan dari semua anggota INAPGOC, relawan, dan pekerja lapangan serta seluruh masyarakat Indonesia juga menjadi salah satu hal paling penting untuk Indonesia bisa menunjukkan kepada dunia bahwa pergelaran Asian Para Games 2018 merupakan yang terbaik.

“Semua akan menjadi saksi sejarah baru, Indonesia untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah Asian Para Games. Inilah kegiatan olahraga penyandang disabilitas yang terbesar di Asia.

Ini bukan soal menang dan kalah, tapi kita tinggikan sportivitas, dan hubungan bangsa-bangsa,” ucap Okto yang juga anak dari Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Oesman Sapta Odang.

APG kali ini akan menggelar 18 cabang olahraga yang diikuti 43 negara, 2.832 atlet, dan lebih dari 1.900 ofisial akan bertarung memperebutkan 500 medali di 18 cabang olahraga yang berlangsung di Jakarta, 6-13 Oktober.

Pembukaan APG 2018 berlangsung meriah. Tema We Are One yang diusung gmerupakan perwujudan dari Bhinneka Tunggal Ika. Keberagaman Indonesia, acara yang disajikan merepresentasikan wajah Indonesia.

Wujud kebinekaan itu ditampilkan oleh ratusan penari yang dibalut dengan berbagai busana terlihat sepanjang acara. Mereka juga memanggul miniatur berbagai rumah ibadah, antara lain masjid, gereja, pura, wihara.

Pembukaan diwarnai dengan sejumlah kejutan. Di antara suguhan yang menarik perhatian adalah penampilan lima penari penyandang disabilitas. Meski memiliki keterbatasan, mereka mampu melakukan aksi breakdance dengan sangat apik.

Presiden Jokowi, Ibu Negara Iriana Jokowi, Wapres Jusuf Kalla, Ibu Mufidah Kalla dan sejumlah pejabat yang hadiri terlihat tidak berhenti memberi tepuk tangan atas aksi kelima penari penyandang disabilitas tersebut.

Kejutan lain adalah saat Presiden Jokowi turun dari area royal box untuk menghampiri Bulan Karunia Rudianti yang berada di panggung. Bocah 10 tahun tersebut adalah penyandang disabilitas yang tak memiliki sepasang kaki.

“Di mana Pak Jokowi?” kata Bulan. Gemuruh pun menggema saat Jokowi melangkah menemui Bulan dan kemudian memeluknya. Bersama Bulan pula Joko melakukan aksi memanah.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4512 seconds (0.1#10.140)