Kehidupan Super Sang Superman
A
A
A
Shaquille O’Neal tidak memiliki kekuatan super seperti Superman. Namun, berkat kemampuannya di dunia basket dan bisnis membuatnya seperti manusia super.
Dalam hidup semua orang pasti terselip sebuah penyesalan. Jika hal itu ditanyakan ke legendaris bola basket NBA, Shaquille O’Neal, satu penyesalan yang tidak pernah dia lupakan adalah saat pertama kalinya memegang uang USD1 juta di tangan.
Uang sebesar itu diberikan ke Shaq, panggilan akrabnya, saat dia untuk pertama kalinya menandatangani kontrak dengan Orlando Magics untuk berkiprah di NBA.
Usia yang muda membuat dia gelap mata menerima uang sebesar itu. Satu hal yang dia bayangkan saat uang itu ada di tangannya adalah membeli sebuah Mercedes-Benz. “Yang warnanya semua hitam,” kenang Shaq.
Sambil mengajak temannya, Shaq langsung pergi ke sebuah dealer mobil dan membeli Mercedes-Benz berwarna hitam yang langsung dia kendarai pulang ke rumah. Begitu sampai ke rumah, kedua orang tuanya kaget bukan kepalang. Mereka tidak menyangka kalau Shaq langsung membeli sebuah Mercedes-Benz.
Ayah tirinya, Phillip A Harrison, langsung bercanda melihat anaknya pulang dengan Mercedes-Benz. “Buat ayah mana?” tanyanya. Wajah Shaq langsung berubah mendengar candaan tersebut. Dia tertegun dan terlihat serius. “Benar juga, kalau bukan karena ayah saya, saya tidak akan sampai seperti ini,” batinnya.
Dia pun langsung mengajak ayahnya pergi ke dealer yang sama. Di sana dia meminta dealer tersebut mengeluarkan mobil yang sama dengan yang dia miliki. Shaq tidak berhenti di situ, dia juga tidak lupa membelikan ibunya, Lucille O’Neal, mobil Mercedes-Benz yang ukurannya lebih kecil.
Begitu urusan dengan ayah dan ibunya selesai, Shaq menghabiskan satu malam itu dengan menghamburhamburkan uang. Dia membeli pakaian serbamahal, juga perhiasan yang harganya bakal membelalakkan mata.
“Tidak ada yang tersisa dari uang yang saya terima saat itu. Lagi pula saya percaya besok-besok saya dapat lagi uangnya. Karier saya masih panjang,” kata Shaq.
Beruntung saat mabuk kepayang dengan gelimang uang, Shaq masih dikelilingi orang-orang yang peduli dengannya. Salah satunya adalah manajer bank tempat Shaq menyimpan uang. Saat melihat uang jutaan dolar menguap hanya dalam waktu kurang dari satu jam, manajer bank tersebut menelepon Shaq.
Dia berharap agar Shaq lebih memikirkan masa depannya. Terutama saat dia berhenti main basket saat usianya sudah tua. “Dia bilang banyak atlet NBA hidup sengsara ketika tidak bermain basket lagi,” cerita Shaq.
Kenyataannya memang demikian, pada 2009 majalah Sport Illustrated merilis sebuah penelitian yang mengatakan sebanyak 60 persen atlet NBA yang telah pensiun jatuh bangkrut setelah lima tahun tidak bermain basket. Angka tersebut makin membesar jika dibandingkan dengan atlet sepak bola Amerika, NFL.
Dari penelitian tersebut 70 persen pensiunan atlet NFL sama sekali tidak bisa dikatakan mapan usai berhenti main sepak bola Amerika. Beruntun saat itu Shaq mendengarkan teguran tersebut.
Badan dan ego Shaq memang besar namun dia sudah pernah merasakan bagaimana susahnya jadi orang miskin. Dia tahu benar bagaimana ibunya harus jatuh bangun menyekolahkan dirinya seorang diri tanpa bantuan ayah kandung yang menghilang entah ke mana.
Saat itulah Shaq perlahan-lahan mulai menata diri. Setiap kali mendapatkan gaji atau pendapatan lainnya, dia selalu berusaha untuk tidak jor-joran menghabiskannya. “70 persen untuk ditabung, sisanya untuk biaya sehari-hari,” kata Shaq.
Kemampuan Shaq menata keuangan membuatnya mampu membantu ibunya meneruskan jenjang akademik yang pernah dia cita-citakan. Shaq membiayai ibunya hingga lulus master.
Bagi Shaq, pendidikan bukan hal yang bisa dipandang remeh. Pria yang memiliki tato logo Superman itu malah mengancam anakanaknya akan hilang dari daftar ahli waris jika tidak berpendidikan.
“Saya bilang ke mereka, kalian tidak akan bisa masuk dalam daftar ahli waris saya kecuali bisa punya dua gelar akademik. Sarjana dan Master,” kata Shaq.
Selama berkiprah hampir dua dekade di NBA, Shaq berhasil meraih pendapatan hingga USD280 juta atau setara Rp4,18 triliun. Namun, pendapatan tersebut tidak serta-merta didapatkan Shaq dengan bermain basket saja.
Shaq ternyata memiliki penciuman bisnis yang tajam. Keinginannya berbisnis bermula ketika bertemu dengan pebasket legendaris Earvin “Magic” Johnson. Dia takjub melihat Magic memiliki kemampuan magis bertahan dengan kehidupan yang mapan meskipun tidak lagi bermain basket.
“Saat saya pindah ke Los Angeles Lakers, saya melihatnya lebih dekat bagaimana dia berbisnis. Dari situ saya mulai percaya bahwa saya harus punya sesuatu yang bisa saya lakukan selain basket,” sebutnya.
Dia langsung mencoba menyalurkan tabungannya dengan berinvestasi ke beberapa perusahaan. Namun, tidak sembarang perusahaan yang dia lirik. Dia selalu melihat investasi yang tepat adalah investasi pada kegiatan bisnis yang bisa memengaruhi gaya hidup dan kebutuhan banyak orang.
Boleh percaya atau tidak, investasi yang pertama kali dilakukan Shaq adalah investasi ke Google. Investasi itu bermula dengan tidak sengaja. Suatu saat Shaq yang tengah berada di sebuah hotel di California tengah asyik bermain dengan beberapa anak-anak.
Cukup lama Shaq bermain dengan anak-anak tersebut. Nyatanya anakanak tersebut adalah anak dari seorang petinggi Google. Dari situlah Shaq mengetahui tentang Google, jauh sebelum orang mengenal perusahaan tersebut.
“Dia bilang kamu investasi ke sini saja. Suatu saat Google akan digunakan oleh banyak orang. Saat itu saya langsung tertarik dan hasilnya luar biasa,” tutur Shaq.
Sejak saat itulah Shaq terus keranjingan berinvestasi. Dia tidak hanya menanam saham di Google, juga di Apple. Setelah Shaq berhasil menghindari diri dari kebangkrutan, kini sang Superman punya misi baru.
Dia kini membuka lembaga konseling bagi atlet-atlet muda yang berhasil menembus liga profesional. Alasannya mudah, dia tidak ingin ada lagi atlet muda yang menghambur-hamburkan uang tanpa perhitungan seperti dia muda dulu.
“Masa depan itu memang tidak pernah kita tahu seperti apa, tapi kita bisa merancangnya,” pungkas Shaq.
Dalam hidup semua orang pasti terselip sebuah penyesalan. Jika hal itu ditanyakan ke legendaris bola basket NBA, Shaquille O’Neal, satu penyesalan yang tidak pernah dia lupakan adalah saat pertama kalinya memegang uang USD1 juta di tangan.
Uang sebesar itu diberikan ke Shaq, panggilan akrabnya, saat dia untuk pertama kalinya menandatangani kontrak dengan Orlando Magics untuk berkiprah di NBA.
Usia yang muda membuat dia gelap mata menerima uang sebesar itu. Satu hal yang dia bayangkan saat uang itu ada di tangannya adalah membeli sebuah Mercedes-Benz. “Yang warnanya semua hitam,” kenang Shaq.
Sambil mengajak temannya, Shaq langsung pergi ke sebuah dealer mobil dan membeli Mercedes-Benz berwarna hitam yang langsung dia kendarai pulang ke rumah. Begitu sampai ke rumah, kedua orang tuanya kaget bukan kepalang. Mereka tidak menyangka kalau Shaq langsung membeli sebuah Mercedes-Benz.
Ayah tirinya, Phillip A Harrison, langsung bercanda melihat anaknya pulang dengan Mercedes-Benz. “Buat ayah mana?” tanyanya. Wajah Shaq langsung berubah mendengar candaan tersebut. Dia tertegun dan terlihat serius. “Benar juga, kalau bukan karena ayah saya, saya tidak akan sampai seperti ini,” batinnya.
Dia pun langsung mengajak ayahnya pergi ke dealer yang sama. Di sana dia meminta dealer tersebut mengeluarkan mobil yang sama dengan yang dia miliki. Shaq tidak berhenti di situ, dia juga tidak lupa membelikan ibunya, Lucille O’Neal, mobil Mercedes-Benz yang ukurannya lebih kecil.
Begitu urusan dengan ayah dan ibunya selesai, Shaq menghabiskan satu malam itu dengan menghamburhamburkan uang. Dia membeli pakaian serbamahal, juga perhiasan yang harganya bakal membelalakkan mata.
“Tidak ada yang tersisa dari uang yang saya terima saat itu. Lagi pula saya percaya besok-besok saya dapat lagi uangnya. Karier saya masih panjang,” kata Shaq.
Beruntung saat mabuk kepayang dengan gelimang uang, Shaq masih dikelilingi orang-orang yang peduli dengannya. Salah satunya adalah manajer bank tempat Shaq menyimpan uang. Saat melihat uang jutaan dolar menguap hanya dalam waktu kurang dari satu jam, manajer bank tersebut menelepon Shaq.
Dia berharap agar Shaq lebih memikirkan masa depannya. Terutama saat dia berhenti main basket saat usianya sudah tua. “Dia bilang banyak atlet NBA hidup sengsara ketika tidak bermain basket lagi,” cerita Shaq.
Kenyataannya memang demikian, pada 2009 majalah Sport Illustrated merilis sebuah penelitian yang mengatakan sebanyak 60 persen atlet NBA yang telah pensiun jatuh bangkrut setelah lima tahun tidak bermain basket. Angka tersebut makin membesar jika dibandingkan dengan atlet sepak bola Amerika, NFL.
Dari penelitian tersebut 70 persen pensiunan atlet NFL sama sekali tidak bisa dikatakan mapan usai berhenti main sepak bola Amerika. Beruntun saat itu Shaq mendengarkan teguran tersebut.
Badan dan ego Shaq memang besar namun dia sudah pernah merasakan bagaimana susahnya jadi orang miskin. Dia tahu benar bagaimana ibunya harus jatuh bangun menyekolahkan dirinya seorang diri tanpa bantuan ayah kandung yang menghilang entah ke mana.
Saat itulah Shaq perlahan-lahan mulai menata diri. Setiap kali mendapatkan gaji atau pendapatan lainnya, dia selalu berusaha untuk tidak jor-joran menghabiskannya. “70 persen untuk ditabung, sisanya untuk biaya sehari-hari,” kata Shaq.
Kemampuan Shaq menata keuangan membuatnya mampu membantu ibunya meneruskan jenjang akademik yang pernah dia cita-citakan. Shaq membiayai ibunya hingga lulus master.
Bagi Shaq, pendidikan bukan hal yang bisa dipandang remeh. Pria yang memiliki tato logo Superman itu malah mengancam anakanaknya akan hilang dari daftar ahli waris jika tidak berpendidikan.
“Saya bilang ke mereka, kalian tidak akan bisa masuk dalam daftar ahli waris saya kecuali bisa punya dua gelar akademik. Sarjana dan Master,” kata Shaq.
Selama berkiprah hampir dua dekade di NBA, Shaq berhasil meraih pendapatan hingga USD280 juta atau setara Rp4,18 triliun. Namun, pendapatan tersebut tidak serta-merta didapatkan Shaq dengan bermain basket saja.
Shaq ternyata memiliki penciuman bisnis yang tajam. Keinginannya berbisnis bermula ketika bertemu dengan pebasket legendaris Earvin “Magic” Johnson. Dia takjub melihat Magic memiliki kemampuan magis bertahan dengan kehidupan yang mapan meskipun tidak lagi bermain basket.
“Saat saya pindah ke Los Angeles Lakers, saya melihatnya lebih dekat bagaimana dia berbisnis. Dari situ saya mulai percaya bahwa saya harus punya sesuatu yang bisa saya lakukan selain basket,” sebutnya.
Dia langsung mencoba menyalurkan tabungannya dengan berinvestasi ke beberapa perusahaan. Namun, tidak sembarang perusahaan yang dia lirik. Dia selalu melihat investasi yang tepat adalah investasi pada kegiatan bisnis yang bisa memengaruhi gaya hidup dan kebutuhan banyak orang.
Boleh percaya atau tidak, investasi yang pertama kali dilakukan Shaq adalah investasi ke Google. Investasi itu bermula dengan tidak sengaja. Suatu saat Shaq yang tengah berada di sebuah hotel di California tengah asyik bermain dengan beberapa anak-anak.
Cukup lama Shaq bermain dengan anak-anak tersebut. Nyatanya anakanak tersebut adalah anak dari seorang petinggi Google. Dari situlah Shaq mengetahui tentang Google, jauh sebelum orang mengenal perusahaan tersebut.
“Dia bilang kamu investasi ke sini saja. Suatu saat Google akan digunakan oleh banyak orang. Saat itu saya langsung tertarik dan hasilnya luar biasa,” tutur Shaq.
Sejak saat itulah Shaq terus keranjingan berinvestasi. Dia tidak hanya menanam saham di Google, juga di Apple. Setelah Shaq berhasil menghindari diri dari kebangkrutan, kini sang Superman punya misi baru.
Dia kini membuka lembaga konseling bagi atlet-atlet muda yang berhasil menembus liga profesional. Alasannya mudah, dia tidak ingin ada lagi atlet muda yang menghambur-hamburkan uang tanpa perhitungan seperti dia muda dulu.
“Masa depan itu memang tidak pernah kita tahu seperti apa, tapi kita bisa merancangnya,” pungkas Shaq.
(don)