Teknologi VAR Belum Sepenuhnya Diterima di Liga Inggris
A
A
A
LONDON - Bahkan, Mauricio Pochettino tidak suka dengan kemenangan Tottenham Hotspur atas Chelsea pada leg pertama semifinal Piala Liga di Stadion London, Rabu (9/1). Senang timnya menang, tapi tidak untuk prosesnya.
Kemenangan Tottenham melalui gol tunggal Harry Kane dari titik penalti pada menit ke-26 memang memunculkan kontroversi. Salah satunya tentang penggunaan video assistant referee (VAR) yang ternyata tak sesuai harapan. Saat kubu Chelsea melalui pelatih Maurizio Sarri menganggap Kane dalam posisi offside, VAR ternyata lain.
Setidaknya, itu terlihat dari tetap lajunya Kane yang kemudian berbuah pelanggaran dan penalti yang bisa dikonversi menjadi gol. "Saya melihat video dari kamera kami beberapa menit yang lalu, itu offside. Kamera kami sejalan dengan Kane, dan itu offside, tapi itu (sebenarnya) tidak penting,” kata Sarri dikutip sky sports.
Mantan pelatih Napoli itu bahkan berani mengatakan jika kepala dan engkel Kane sudah dalam posisi offside. Selain itu, wasit juga tidak mengikuti ola dan Kane yang menjadi indikasi jika penyerang timnas Inggris tersebut masuk perangkat offside.
“Terpenting bahwa hakim garis menghentikan lari, dia tidak mengikuti bola, jadi dia memiliki pengaruh besar pada pemain belakang kami (tidak mengejar Kane), dan saat ini saya pikir wasit Inggris tidak dapat menggunakan sistem," tambah Sarri.
Sistem VAR memang kembali kepada penggunanya. Dimana, teknologi ini hanya sebatas membantu wasit di lapangan dan di ruang VAR dalam memberikan prespektif lain untuk mengambil keputusan. Dalam kasus Kane misalnya.
Ada dua cara yang dilakukan berdasarkan VAR. Pertama, dari wasit VAR yang bisa memberi tahu kepada wasit lapangan untuk meninjau ulang keputusannya. Dari saran wasit VAR, maka wasit lapangan bisa menghentikan pertandingan dan memberi kode untuk melihat monitor.
Setelah melihat tayangan ulang yang disajikan wasit dan asisten wasit VAR dari ruang kontrol, maka wasit lapangan mengambil keputusan. Cara kedua, inisiatif wasit lapangan. Jika ragu atau untuk meredam protes pemain tim yang merasa dirugikan, wasit bisa memberi kode melihat tayangan ulang.
Kode ini akan direspons wasit dan asisten wasit VAR di ruang kontrol untuk menyajikan tayangan ulang yang diperdebatkan. Dari situ, keputusan akhir tetap ada di wasit lapangan.
“Hari ini kami mendapatkan keuntungan, tapi saya tidak suka. Jika kita menonton Piala Dunia dan Primera Liga tidak ada yang senang (VAR). Mendapatkan keuntungan tentu bagus tapi saya tidak senang memenangkan pertandingan (dengan cara) seperti ini,” tutur Pochettino.
Pelatih asal Argentina tersebut mengatakan jika penggunaan teknologi harusnya diatur dan digunakan dengan jelas. Dia mengaku setuju dengan penggunaan teknologi karena tidak mungkin menghindari evolusi dalam sepak bola.
“Tapi kapan Anda akan menggunakannya? Saya tidak berpikir semua sudah jelas. Sebelum kita menggunakannya semua klub harus setuju dengan ide-ide. Jika tidak, itu akan sulit,” tandas mantan pelatih Espanyol tersebut.
Kane memilih tak mau disalahkan. Dia terus berlalu karena tidak ada peluit dari wasit. Sedangkan untuk penaltinya sendiri mutlak benar. “Soal apakah saya offside atau tidak, saya tidak yakin. VAR ada di sana dan saya yakin mengambil keputusan tepat," tandasnya.
Kekalahan Chelsea ini membuat mereka menjadi tim kedua setelah Sheffield Wednesday yang menelan dua kekalahan di Wembley. Sebelumnya Sheffield kalah dari Arsenal pada 1992/93, dan final Piala Liga dan dan replay Piala FA.
Kemenangan Tottenham melalui gol tunggal Harry Kane dari titik penalti pada menit ke-26 memang memunculkan kontroversi. Salah satunya tentang penggunaan video assistant referee (VAR) yang ternyata tak sesuai harapan. Saat kubu Chelsea melalui pelatih Maurizio Sarri menganggap Kane dalam posisi offside, VAR ternyata lain.
Setidaknya, itu terlihat dari tetap lajunya Kane yang kemudian berbuah pelanggaran dan penalti yang bisa dikonversi menjadi gol. "Saya melihat video dari kamera kami beberapa menit yang lalu, itu offside. Kamera kami sejalan dengan Kane, dan itu offside, tapi itu (sebenarnya) tidak penting,” kata Sarri dikutip sky sports.
Mantan pelatih Napoli itu bahkan berani mengatakan jika kepala dan engkel Kane sudah dalam posisi offside. Selain itu, wasit juga tidak mengikuti ola dan Kane yang menjadi indikasi jika penyerang timnas Inggris tersebut masuk perangkat offside.
“Terpenting bahwa hakim garis menghentikan lari, dia tidak mengikuti bola, jadi dia memiliki pengaruh besar pada pemain belakang kami (tidak mengejar Kane), dan saat ini saya pikir wasit Inggris tidak dapat menggunakan sistem," tambah Sarri.
Sistem VAR memang kembali kepada penggunanya. Dimana, teknologi ini hanya sebatas membantu wasit di lapangan dan di ruang VAR dalam memberikan prespektif lain untuk mengambil keputusan. Dalam kasus Kane misalnya.
Ada dua cara yang dilakukan berdasarkan VAR. Pertama, dari wasit VAR yang bisa memberi tahu kepada wasit lapangan untuk meninjau ulang keputusannya. Dari saran wasit VAR, maka wasit lapangan bisa menghentikan pertandingan dan memberi kode untuk melihat monitor.
Setelah melihat tayangan ulang yang disajikan wasit dan asisten wasit VAR dari ruang kontrol, maka wasit lapangan mengambil keputusan. Cara kedua, inisiatif wasit lapangan. Jika ragu atau untuk meredam protes pemain tim yang merasa dirugikan, wasit bisa memberi kode melihat tayangan ulang.
Kode ini akan direspons wasit dan asisten wasit VAR di ruang kontrol untuk menyajikan tayangan ulang yang diperdebatkan. Dari situ, keputusan akhir tetap ada di wasit lapangan.
“Hari ini kami mendapatkan keuntungan, tapi saya tidak suka. Jika kita menonton Piala Dunia dan Primera Liga tidak ada yang senang (VAR). Mendapatkan keuntungan tentu bagus tapi saya tidak senang memenangkan pertandingan (dengan cara) seperti ini,” tutur Pochettino.
Pelatih asal Argentina tersebut mengatakan jika penggunaan teknologi harusnya diatur dan digunakan dengan jelas. Dia mengaku setuju dengan penggunaan teknologi karena tidak mungkin menghindari evolusi dalam sepak bola.
“Tapi kapan Anda akan menggunakannya? Saya tidak berpikir semua sudah jelas. Sebelum kita menggunakannya semua klub harus setuju dengan ide-ide. Jika tidak, itu akan sulit,” tandas mantan pelatih Espanyol tersebut.
Kane memilih tak mau disalahkan. Dia terus berlalu karena tidak ada peluit dari wasit. Sedangkan untuk penaltinya sendiri mutlak benar. “Soal apakah saya offside atau tidak, saya tidak yakin. VAR ada di sana dan saya yakin mengambil keputusan tepat," tandasnya.
Kekalahan Chelsea ini membuat mereka menjadi tim kedua setelah Sheffield Wednesday yang menelan dua kekalahan di Wembley. Sebelumnya Sheffield kalah dari Arsenal pada 1992/93, dan final Piala Liga dan dan replay Piala FA.
(don)