Tantangan Tunggal Putra Akhiri Penantian Gelar 25 Tahun
A
A
A
JAKARTA - Jalan terjal harus dilalui para pejuang bulu tangkis Indonesia untuk bisa sampai ke tangga juara di Kejuaraan Bulu Tangkis All England 2019. Dari hasil drawing kejuaraan bulu tangkis BWF World Tour Super 1000 berhadiah total USD 1 juta tersebut, pemain Indonesia berjumpa lawan tangguh di babak pertama.
Bagaimana peluang juara para pemain Indonesia? Bicara peluang, dari lima nomor yang diikuti Indonesia, kans paling besar tetap berada di ganda putra melalui Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo. Selain ganda putra, empat nomor lainnya, pebulu tangkis Indonesia lainnya sepertinya harus menguras keringat bertemu pemain unggulan di babak pertama All England yang dimulai 6 hingga 10 Maret di National Indoor Arena, Birmingham, Inggris, mendatang..
Seri pertama bedah peluang Indonesia di All England 2019 dimulai dari tunggal putra. Di All England 2019, Indonesia diwakili tiga pemain; Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, dan Tommy Sugiarto. Komposisi ini sama dengan All England 2018.
Ada misi khusus bagi trio tunggal putra Indonesia di All England 2019. Apa? Ketiganya ditantang untuk mengakhiri dahaga gelar selama 25 tahun di All England. Kali terakhir tunggal putra Indonesia juara All England adalah Heryanto Arbi. Pemailik smash 1000 watt itu dua kali juara edisi 1993 dan 1994. Setelah era Heryanto Arbi berakhir, tidak satu pun tunggal putra Indonesia berjaya. Taufik Hidayat yang berjaya di era 2000an pun tak kuasa menghadapi angkernya All England.
Di atas kertas, trio Anthony, Jonatan dan Tommy sangat kecil peluangnya untuk juara tahun ini. Berkaca dari hasil All England 2018, Tommy dan Jonatan hanya sanggup bertahan di babak kedua.
Di babak pertama, Tommy menghentikan Anthony dalam perang sesama pemain Indonesia dalam dua game 21-14, 21-19. Di babak kedua, anak kandung Icuk Sugiarto itu, tak mampu menahan pemain India, Prannoy H.S. dan menyerah dua game, 21-10, 21-19.
Langkah Jonatan juga hanya sampai babak kedua. Di babak pertama, peraih emas Asian Games 2018 itu, mengeliminasi pemain Hong Kong, Wong Wing Ki Vincent, 21-7, 21-13. Namun, di babak kedua, Jonatan gagal membendung unggulan kelima Son Wan Ho, dalam dua game, 16-21, 12-21.
Bagaimana di All England tahun ini? Dari ketiga pemain tersebut, kali ini, hanya Anthony yang mendapat predikat unggulan kedelapan. Yang cukup disayangkan, sama seperti halnya tahun lalu, ketiga pemain Indonesia tersebut berada dalam satu drawing atas yang akan saling bertemu hingga semifinal.
Di babak pertama, Anthony mendapat lawan asal Hong Kong, Ng Ka Long Angus. Tahun lalu, Ng Ka Long lolos hingga babak kedua. Secara prestasi, Ng yang berperingkat 15 BWF dalam grafik turun dengan tiga kali main dua kali kalah dan sekali menang di awal 2019. Terakhir, Ng tersisih di babak kedua Jerman Terbuka. Sedangkan Anthony yang kini di posisi 7 BWF memiliki rekor 4 kali menang dan 2 kalah dari enam laga. Jadi, cukup menarik diikuti apakah Anthony mampu melewati Ng.
Jika mampu melewati Ng, Anthony bisa bentrok dengan rekan senegaranya di perempat final dan semifinal. Di perempat final, jika semuanya berjalan sesuai skenario, Anthony bisa bertemu lagi dengan Tommy di perempat final. Dengan catatan, Tommy di babak pertama harus menang atas pemain senior Inggris, Rajiv Ouseph.
Dari catatan prestasinya, Tommy yang berperingkat 10 BWF masih berpeluang menang atas Rajiv yang kini tercecer di peringkat 33 BWF. Hanya, di awal 2019, Tommy baru sekali bertanding dengan hasil kalah. Sedangkan Rajiv sudah bermain enam kali dengan rekor menang kalah 3-3.
Nah, di semifinal, Anthony bisa saja bentrok dengan Jonatan. Tentu saja, jika Jonatan mampu melenggang hingga semifinal. Pasalnya, Jonatan masuk dalam jalur bertemu unggulan teratas Kento Momota dari Jepang. Di babak pertama, Kento ditantang pemain Thailand, Khosit Phetradab. Menurut drawing, Jonatan baru bertemu Kento di perempat final.
Di babak pertama, Jonatan yang kini berperingkat 9 BWF akan meladeni pemain Korea Selatan, Lee Dong Keun. Secara teknis, permainan Jonatan tidak stabil. Dia tercatat membukukan empat kali menang dan dua kali kalah dari enam kali bermain selama 2019.
Namun, peluang Jo untuk bisa menang atas Lee sangat terbuka. Dari data prestasi 2019, Lee belum pernah turun bertanding. Dari total bertanding, peringkat 21 BWF itu prestasinya naik turun dengan rekor menang kalah 168-125.
Jika ketiga tunggal putra Indonesia itu mampu bertahan hingga ke final, peluang juara masih cukup terbuka. Namun, di final, sejumlah nama siap menghadang mereka seperti unggulan kedua sekaligus juara bertahan asal China, Shi Yuqi, unggulan keempat, Chen Long, Lin Dan runner-up 2018 dan juara edisi 2016, hingga Son Wan Ho dari Korea Selatan yang unggulan kelima.
Semoga trio pejuang tunggal putra Indonesia menunjukkan prestasi terbaik di All England 2019. Pasalnya, tunggal putra Indonesia terlalu lama tidak juara di All England sejak Heryanto Arbi juara edisi 1993 dan 1994. Akankah, dahaga gelar 25 tahun tersebut akan terobati tahun ini? Ataukah penantian gelar tersebut terus berlanjut? Kita tunggu bersama.
Bagaimana peluang juara para pemain Indonesia? Bicara peluang, dari lima nomor yang diikuti Indonesia, kans paling besar tetap berada di ganda putra melalui Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo. Selain ganda putra, empat nomor lainnya, pebulu tangkis Indonesia lainnya sepertinya harus menguras keringat bertemu pemain unggulan di babak pertama All England yang dimulai 6 hingga 10 Maret di National Indoor Arena, Birmingham, Inggris, mendatang..
Seri pertama bedah peluang Indonesia di All England 2019 dimulai dari tunggal putra. Di All England 2019, Indonesia diwakili tiga pemain; Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, dan Tommy Sugiarto. Komposisi ini sama dengan All England 2018.
Ada misi khusus bagi trio tunggal putra Indonesia di All England 2019. Apa? Ketiganya ditantang untuk mengakhiri dahaga gelar selama 25 tahun di All England. Kali terakhir tunggal putra Indonesia juara All England adalah Heryanto Arbi. Pemailik smash 1000 watt itu dua kali juara edisi 1993 dan 1994. Setelah era Heryanto Arbi berakhir, tidak satu pun tunggal putra Indonesia berjaya. Taufik Hidayat yang berjaya di era 2000an pun tak kuasa menghadapi angkernya All England.
Di atas kertas, trio Anthony, Jonatan dan Tommy sangat kecil peluangnya untuk juara tahun ini. Berkaca dari hasil All England 2018, Tommy dan Jonatan hanya sanggup bertahan di babak kedua.
Di babak pertama, Tommy menghentikan Anthony dalam perang sesama pemain Indonesia dalam dua game 21-14, 21-19. Di babak kedua, anak kandung Icuk Sugiarto itu, tak mampu menahan pemain India, Prannoy H.S. dan menyerah dua game, 21-10, 21-19.
Langkah Jonatan juga hanya sampai babak kedua. Di babak pertama, peraih emas Asian Games 2018 itu, mengeliminasi pemain Hong Kong, Wong Wing Ki Vincent, 21-7, 21-13. Namun, di babak kedua, Jonatan gagal membendung unggulan kelima Son Wan Ho, dalam dua game, 16-21, 12-21.
Bagaimana di All England tahun ini? Dari ketiga pemain tersebut, kali ini, hanya Anthony yang mendapat predikat unggulan kedelapan. Yang cukup disayangkan, sama seperti halnya tahun lalu, ketiga pemain Indonesia tersebut berada dalam satu drawing atas yang akan saling bertemu hingga semifinal.
Di babak pertama, Anthony mendapat lawan asal Hong Kong, Ng Ka Long Angus. Tahun lalu, Ng Ka Long lolos hingga babak kedua. Secara prestasi, Ng yang berperingkat 15 BWF dalam grafik turun dengan tiga kali main dua kali kalah dan sekali menang di awal 2019. Terakhir, Ng tersisih di babak kedua Jerman Terbuka. Sedangkan Anthony yang kini di posisi 7 BWF memiliki rekor 4 kali menang dan 2 kalah dari enam laga. Jadi, cukup menarik diikuti apakah Anthony mampu melewati Ng.
Jika mampu melewati Ng, Anthony bisa bentrok dengan rekan senegaranya di perempat final dan semifinal. Di perempat final, jika semuanya berjalan sesuai skenario, Anthony bisa bertemu lagi dengan Tommy di perempat final. Dengan catatan, Tommy di babak pertama harus menang atas pemain senior Inggris, Rajiv Ouseph.
Dari catatan prestasinya, Tommy yang berperingkat 10 BWF masih berpeluang menang atas Rajiv yang kini tercecer di peringkat 33 BWF. Hanya, di awal 2019, Tommy baru sekali bertanding dengan hasil kalah. Sedangkan Rajiv sudah bermain enam kali dengan rekor menang kalah 3-3.
Nah, di semifinal, Anthony bisa saja bentrok dengan Jonatan. Tentu saja, jika Jonatan mampu melenggang hingga semifinal. Pasalnya, Jonatan masuk dalam jalur bertemu unggulan teratas Kento Momota dari Jepang. Di babak pertama, Kento ditantang pemain Thailand, Khosit Phetradab. Menurut drawing, Jonatan baru bertemu Kento di perempat final.
Di babak pertama, Jonatan yang kini berperingkat 9 BWF akan meladeni pemain Korea Selatan, Lee Dong Keun. Secara teknis, permainan Jonatan tidak stabil. Dia tercatat membukukan empat kali menang dan dua kali kalah dari enam kali bermain selama 2019.
Namun, peluang Jo untuk bisa menang atas Lee sangat terbuka. Dari data prestasi 2019, Lee belum pernah turun bertanding. Dari total bertanding, peringkat 21 BWF itu prestasinya naik turun dengan rekor menang kalah 168-125.
Jika ketiga tunggal putra Indonesia itu mampu bertahan hingga ke final, peluang juara masih cukup terbuka. Namun, di final, sejumlah nama siap menghadang mereka seperti unggulan kedua sekaligus juara bertahan asal China, Shi Yuqi, unggulan keempat, Chen Long, Lin Dan runner-up 2018 dan juara edisi 2016, hingga Son Wan Ho dari Korea Selatan yang unggulan kelima.
Semoga trio pejuang tunggal putra Indonesia menunjukkan prestasi terbaik di All England 2019. Pasalnya, tunggal putra Indonesia terlalu lama tidak juara di All England sejak Heryanto Arbi juara edisi 1993 dan 1994. Akankah, dahaga gelar 25 tahun tersebut akan terobati tahun ini? Ataukah penantian gelar tersebut terus berlanjut? Kita tunggu bersama.
(aww)