Pertarungan Keras di Asian Chess Champioship Fide Zone 3.3 Mongolia

Selasa, 09 April 2019 - 22:29 WIB
Pertarungan Keras di...
Pertarungan Keras di Asian Chess Champioship Fide Zone 3.3 Mongolia
A A A
ULAANBATOR - Pertandingan babak kedua Kejuaraan Catur Zona 3.3 Asia Timur Jauh sejumlah kejutan. Salah satunya datang dari tumbangnya andalan tuan rumah GM Tsegmed Batchuluun (2547) usai dikalahkan pecatur muda Filipina, IM Paulo Bersamina (2444) pada kategori Open di di Hotel Premium Palace, Ulaanbaatar, Mongolia.

Sementara Indonesia yang mengirimkan enam wakilnya di kejuaraan ini hanya ada dua pecatur yang sukses meraih kemenangan. Keduanya yakni WGM Medina Warda Aulia (2362) menang atas WGM Le Thanh Tu (2220, Vietnam) dan IM Irene Kharisma Sukandar (2384) tumbangkan WFM Shania Mae Mendoza (2156, Filipina)

Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Percasi, Kristianus Liem, menambahkan selain WGM Medina Warda Aulia dan IM Irene Kharisma Sukandar, dua pecatur Indonesia ditahan remis. Keduanya adalah WIM Chelsie Monica Sihite (2227) yang melawan WGM Hoang Thi Bao Tram (2298, Vietnam) dan GM Susanto Megaranto (2523) melawan IM Nguyen Van Huy (2436, Vietnam).

Sedangkan di dua papan lainnya pecatur Indonesia terpaksa menelan kekalahan yakni IM Novendra Priasmoro (2479) kalah dari IM Damsuren Batsuren (2444, Mongolia) dan Surya Wahyudi (2197) tumbang saat berhadapan melawan Uursaikh Agibileg (2403, Mongolia).

"Medina membalaskan sakit hati Irene. WGM le Thanh Tu yang pernah menjuarai turnamen sejenis pada tahun 2007, dihantam dengan bijak oleh Medina. Lawan memainkan pertahanan Alekhine yang kurang populer. Artinya Le sudah mempersiapkan sesuatu kejutan," beber Kris dalam keterangan pers, Selasa (9/4/2019).

Ditambahkan Kris, pertarungan srikandi Indonesia tersebut lebih kepada adu pemahaman catur dan bukan adu teori. Medina menjawab pertahanan Alekhine dengan langkah konvensional 6.h3. Sebagai pengendali buah putih Medina melepaskan peluang menguasi inisiatif permainan. Pada langkah 16 Tu punya kesempatan mengambilalih inisiatif jika berani mengorbankan kualitas di petak e3. Tapi Tu tidak seberani itu. Medina mulai berupaya mengendalikan serangan dengan mengorbankan satu bidak di petak a6.

"Tu menerima nya. Antisipasi yang keliru. Medina mulai unggul terutama setelah berhasil merebut kembali bidak yang dikorbankannya di a6 pada langkah 32. Bayang-bayang kemenangan mulai tampak ketika Medina unggul satu bidak pada langkah 44! Medina merebut satu bidak lagi di b6 empat langkah kemudian. Tu menyerah langkah ke-52," sambung Kris.

Senada dengan Media, Irene yang bermain dengan buah putih memilih pembukaan London System yang cenderung tidak ada pertarungan teori pembukaan dan lebih banyak mengandalkan pada adu pemahaman permainan catur.

"Dalam hal ini pengalaman dan pemahaman mengenai posisi, kerangka bidak dan kerja sama buah lebih penting dan menentukan, Pada langkah ke-16 Mendoza membuat kesalahan posisional dengan menaruh Menterinya di petak d7 sehingga Irene bisa unggul satu bidak tanpa lawan mendapatkan kompensasi serangan,” jelas kris. “Keunggulan satu bidak itu yang dipakai Irene untuk menekan perlahan-lahan hingga menang pada langkah ke-55” tambahnya.

Hasil babak kedua yang cukup keras membuat Tim Indonesia tidak boleh terburu berbangga diri. Pertarungan yang semakin keras nampaknya akan muncul pada babak-babak selanjutnya. Tumbangnya unggulan tuan rumah menjadi bukti utamanya.

"Pertandingan catur tidak mudah diprediksi. Elo Rating dan posisi unggulan tidak selalu bisa menjadi pijakan. Perjuangan tim Indonesia masih panjang dan pertarungan nampaknya semakin keras. Meski demikian peluang masih terbuka lebar dan pemahaman posisi bidaklah yang nantinya akan menentukan," pungkas R. Artsanti Alif selaku Head of Social Investment JAPFA dan juga Chief de Mission Tim Catur Indonesia kali ini.
(sha)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8457 seconds (0.1#10.140)