Peserta Akan Berlari di Perkampungan Karst Terindah di Dunia
A
A
A
MAROS - Keragaman kawasan karts menjadi daya tarik yang ditawarkan Maros Half Marathon 2019 yang digelar 14 Juli mendatang di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Pada kejuaraan yang digelar untuk pertama kalinya itu, pelari akan disuguhkan pemandangan pegunungan terluas kedua di dunia tersebut.
Mengusung konsep sport tourism, MHM akan mengambil titik start dan finish di kawasan objek wisata air terjun Bantimurung yang letaknya sekitar 29 kilometer dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin. Ada tiga kategori yang diperlombakan yakni half marathon (21K), 10K, dan 5K untuk umum.
MHM juga membuka kelas master untuk kategori 21K. Pelari yang berumur 40 tahun keatas akan berlomba di kelas master untuk pria dan wanita. Pendaftaran MHM 2019 akan ditutup 31 Mei atau hingga kuota habis. Race Director MHM 2019 Safar Sadol mengungkapkan, kejuaraan ini akan menyajikan pengalaman berlari yang berbeda dari deretan major marathon Indonesia lainnya.
Tidak hanya memperkenalkan keindahan alam melalui rute yang dilalui peserta, seperti gugusan karst Maros-Pangkep yang membentang, peserta juga akan melalui area persawahan hijau yang memanjakan mata. “Kami menawarkan konsep perpaduan persawahan hijau, gugusan karst Maros-Pangkep yang terpanjang dan terindah kedua di dunia, serta kearifan lokal Maros, seperti keramahan dan antusiasme warga kepada pelari nantinya,” jelasnya dalam rilisnya, kemarin.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Maros M Ferdiansyah mengatakan, lomba ini merupakan rangkaian dari event serupa yang digelar tahun lalu. Hanya, saat itu masih kategori fun run dengan jarak terjauh 10K. "Harapannya olahraga lari dapat menjadi gaya hidup serta bermunculan bibit baru dalam dunia atletik, khususnya di Kota Maros,” ujarnya.
Ferdy menambahkan saat ini konsep wisata telah bergeser. Tidak hanya sekadar travelling, tapi juga melibatkan unsur olahraga. Beberapa kota besar di Indonesia menjadikan wisata olahraga sebagai bagian dari meningkatkan kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara. “Kota wisata seperti Bali, Bandung, Yogyakarta bahkan Jakarta menjadikan agenda wisata olahraga sebagai salah satu potensi mendatangkan wisatawan,” ujarnya.
Ketua panitia MHM 2019 Chaidir Syam menambahkan pendaftaran MHM telah dibuka sejak 1 Maret 2019, secara daring melalui laman www.maroshalfmarathon.id. Lomba lari ini sendiri digelar atas kerja sama Disbudpar Maros dengan komunitas pelari lokal, Maros Runners.
“Tahun lalu kita sudah memfokuskan titik start dan finish di Maros kota, sehingga tahun ini kita mau menggiring pelari sekalian berwisata di objek wisata andalan Maros, di Bantimurung. Jika pelari sudah finish dapat langsung mandi mandi air segar Bantimurung,” tambahnya.
Mengusung konsep sport tourism, MHM akan mengambil titik start dan finish di kawasan objek wisata air terjun Bantimurung yang letaknya sekitar 29 kilometer dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin. Ada tiga kategori yang diperlombakan yakni half marathon (21K), 10K, dan 5K untuk umum.
MHM juga membuka kelas master untuk kategori 21K. Pelari yang berumur 40 tahun keatas akan berlomba di kelas master untuk pria dan wanita. Pendaftaran MHM 2019 akan ditutup 31 Mei atau hingga kuota habis. Race Director MHM 2019 Safar Sadol mengungkapkan, kejuaraan ini akan menyajikan pengalaman berlari yang berbeda dari deretan major marathon Indonesia lainnya.
Tidak hanya memperkenalkan keindahan alam melalui rute yang dilalui peserta, seperti gugusan karst Maros-Pangkep yang membentang, peserta juga akan melalui area persawahan hijau yang memanjakan mata. “Kami menawarkan konsep perpaduan persawahan hijau, gugusan karst Maros-Pangkep yang terpanjang dan terindah kedua di dunia, serta kearifan lokal Maros, seperti keramahan dan antusiasme warga kepada pelari nantinya,” jelasnya dalam rilisnya, kemarin.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Maros M Ferdiansyah mengatakan, lomba ini merupakan rangkaian dari event serupa yang digelar tahun lalu. Hanya, saat itu masih kategori fun run dengan jarak terjauh 10K. "Harapannya olahraga lari dapat menjadi gaya hidup serta bermunculan bibit baru dalam dunia atletik, khususnya di Kota Maros,” ujarnya.
Ferdy menambahkan saat ini konsep wisata telah bergeser. Tidak hanya sekadar travelling, tapi juga melibatkan unsur olahraga. Beberapa kota besar di Indonesia menjadikan wisata olahraga sebagai bagian dari meningkatkan kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara. “Kota wisata seperti Bali, Bandung, Yogyakarta bahkan Jakarta menjadikan agenda wisata olahraga sebagai salah satu potensi mendatangkan wisatawan,” ujarnya.
Ketua panitia MHM 2019 Chaidir Syam menambahkan pendaftaran MHM telah dibuka sejak 1 Maret 2019, secara daring melalui laman www.maroshalfmarathon.id. Lomba lari ini sendiri digelar atas kerja sama Disbudpar Maros dengan komunitas pelari lokal, Maros Runners.
“Tahun lalu kita sudah memfokuskan titik start dan finish di Maros kota, sehingga tahun ini kita mau menggiring pelari sekalian berwisata di objek wisata andalan Maros, di Bantimurung. Jika pelari sudah finish dapat langsung mandi mandi air segar Bantimurung,” tambahnya.
(don)