Rafael Nadal di Jalur Aman Menuju Gelar Prancis Terbuka
A
A
A
Ambisi Rafael Nadal mempertahankan gelar Prancis Terbuka 2019 kian mendekati kenyataan. Pasalnya, rival terberatnya, Novak Djokovic, berhasil dikalahkan pada laga final Italia Terbuka di Foro Italico, dini hari kemarin.
Dengan hasil itu, Nadal kini berada di zona aman. Menghadapi Djokovic, Nadal bermain luar biasa dengan mengusai jalannya pertandingan, khususnya pada set kedua dan ketiga. Terbukti, petenis asal Spanyol itu sukses mengakhiri permainan dengan kemenangan cukup telak 6-0, 4-6, 6-1 atas Djokovic. Pencapaian ini sekaligus membuatnya menjadi petenis peraih gelar Masters terbanyak dengan 34 trofi.
Bagi Nadal, ini merupakan pertama kali memasuki Roma tanpa memenangkan satu gelar pun sejak 2004. Tapi, itu tidak berlaku di Roma. Apalagi, dia mempertajam rekor menjadi 9-2 di final Italia Terbuka dan setidaknya memenangkan satu gelar dalam satu musim untuk kali ke-16 secara beruntun. Jelas, catatan itu menunjukkan bahwa dirinya masih sangat kuat di lapangan tanah liat.
“Hal yang paling berarti bagi saya adalah trofi ini. Roma adalah salah satu turnamen paling penting dalam setiap musim. Turnamen ini menjadi salah satu bagian penting dalam sejarah dunia tenis. Bisa menang lagi di sini adalah hal yang utama,” kata Nadal, dilansir atpworldtour. Sepanjang pekan di Roma, Nadal hanya kehilangan dua servis dari 43 servis game-nya sendiri.
Bahkan, dia berhasil mengamankan 13 dari 15 break pointyang dihadapinya. Atas kemenangan ini, Nadal mendapatkan 1.000 poin dan hadiah uang sebesar 958.055 euro. Sementara Djokovic menerima 600 poin dan hadiah uang sebesar 484.950 euro. Gelar ini tentu menjadi hal yang paling khusus pada musim ini.
Apalagi, Nadal mendapatkannya di permukaan favoritnya, tanah liat. Ini salah satu modal paling berharga untuknya mempertahankan gelar di Prancis Terbuka. Namun, mantan petenis nomor satu dunia itu ingin fokus mengembalikan kebugarannya lebih baik lagi.
“Senang bisa mencapai level yang tinggi di turnamen terakhir sebelum grand slam. Tapi, saya tidak ingin membicarakan grand slam. Saya tidak pernah melakukannya di masa lalu. Gelar memang sangat penting. Sekarang, saatnya untuk terus maju. Yang pasti, saya sudah tidak sabar untuk bermain di Roland Garros,” sebutnya.
Bagi Djokovic, ini kegagalan ketiga dari empat tahun terakhir meraih kemenangan di laga final Italia Terbuka. Namun, dia masih unggul headtoheadmelawan Nadal dengan 28-26. Terakhir kali kedua petenis bertemu di final Australia Terbuka. Saat itu, Djokovic sukses merebut kemenangan.
Sementara di Roma, dia tak berdaya dengan kehebatan Nadal di lapangan tanah liat. Djokovic berharap bisa bangkit di Prancis Terbuka. Dia mengakui ambisinya meraih gelar tampaknya akan kembali berat. “Nadal tetap favorit nomor satu. Itu tidak diragukan lagi. Tapi, saya merasa ini akan menjadi turnamen yang bagus. Dominic Thiem juga bermain baik di permukaan itu. Jadi, ini akan menjadi ajang yang sangat menarik,” ungkapnya.
Dengan hasil itu, Nadal kini berada di zona aman. Menghadapi Djokovic, Nadal bermain luar biasa dengan mengusai jalannya pertandingan, khususnya pada set kedua dan ketiga. Terbukti, petenis asal Spanyol itu sukses mengakhiri permainan dengan kemenangan cukup telak 6-0, 4-6, 6-1 atas Djokovic. Pencapaian ini sekaligus membuatnya menjadi petenis peraih gelar Masters terbanyak dengan 34 trofi.
Bagi Nadal, ini merupakan pertama kali memasuki Roma tanpa memenangkan satu gelar pun sejak 2004. Tapi, itu tidak berlaku di Roma. Apalagi, dia mempertajam rekor menjadi 9-2 di final Italia Terbuka dan setidaknya memenangkan satu gelar dalam satu musim untuk kali ke-16 secara beruntun. Jelas, catatan itu menunjukkan bahwa dirinya masih sangat kuat di lapangan tanah liat.
“Hal yang paling berarti bagi saya adalah trofi ini. Roma adalah salah satu turnamen paling penting dalam setiap musim. Turnamen ini menjadi salah satu bagian penting dalam sejarah dunia tenis. Bisa menang lagi di sini adalah hal yang utama,” kata Nadal, dilansir atpworldtour. Sepanjang pekan di Roma, Nadal hanya kehilangan dua servis dari 43 servis game-nya sendiri.
Bahkan, dia berhasil mengamankan 13 dari 15 break pointyang dihadapinya. Atas kemenangan ini, Nadal mendapatkan 1.000 poin dan hadiah uang sebesar 958.055 euro. Sementara Djokovic menerima 600 poin dan hadiah uang sebesar 484.950 euro. Gelar ini tentu menjadi hal yang paling khusus pada musim ini.
Apalagi, Nadal mendapatkannya di permukaan favoritnya, tanah liat. Ini salah satu modal paling berharga untuknya mempertahankan gelar di Prancis Terbuka. Namun, mantan petenis nomor satu dunia itu ingin fokus mengembalikan kebugarannya lebih baik lagi.
“Senang bisa mencapai level yang tinggi di turnamen terakhir sebelum grand slam. Tapi, saya tidak ingin membicarakan grand slam. Saya tidak pernah melakukannya di masa lalu. Gelar memang sangat penting. Sekarang, saatnya untuk terus maju. Yang pasti, saya sudah tidak sabar untuk bermain di Roland Garros,” sebutnya.
Bagi Djokovic, ini kegagalan ketiga dari empat tahun terakhir meraih kemenangan di laga final Italia Terbuka. Namun, dia masih unggul headtoheadmelawan Nadal dengan 28-26. Terakhir kali kedua petenis bertemu di final Australia Terbuka. Saat itu, Djokovic sukses merebut kemenangan.
Sementara di Roma, dia tak berdaya dengan kehebatan Nadal di lapangan tanah liat. Djokovic berharap bisa bangkit di Prancis Terbuka. Dia mengakui ambisinya meraih gelar tampaknya akan kembali berat. “Nadal tetap favorit nomor satu. Itu tidak diragukan lagi. Tapi, saya merasa ini akan menjadi turnamen yang bagus. Dominic Thiem juga bermain baik di permukaan itu. Jadi, ini akan menjadi ajang yang sangat menarik,” ungkapnya.
(don)