Ibarat Roket, Karier Barty Meluncur Kencang Menembus Batas

Selasa, 25 Juni 2019 - 07:27 WIB
Ibarat Roket, Karier...
Ibarat Roket, Karier Barty Meluncur Kencang Menembus Batas
A A A
BIRMINGHAM - Perjalanan karier Ashleigh Barty seperti roller coaster alias komidi putar. Petenis asal Australia itu, sempat berada pada titik terendah dalam hidupnya. Pada tahun 2014, Barty memutuskan berhenti sementara dari tenis. Dia merasa kariernya sudah tidak bisa diselamatkan lagi.

Untuk mengisi waktu luang, petenis kelahiran Ipswich, Queensland, Australia, 24 April 1996 itu, alih profesi menjadi atlet kriket profesional. Dia menandatangani kontrak untuk Brisbane Heat di Liga Big Bash Wanita. Namun nalurinya sebagai petenis yang olahraga tersebut sudah ia tekuni sejak masih kecil, memanggilnya untuk kembali ke lapangan.

Pada pertengan tahun 2016, Barty memutuskan kembali tenis. Meski menjalani semuanya dari nol lagi, namun dia tidak patah semangat. Petenis berusia 23 tahun itu, tidak pernah absen disetiap event tenis. Perjuangan keras Barty akhirnya menuai hasil manis. Pada tahun 2017, Barty memenangkan gelar WTA pertamanya di Malaysia Terbuka. Posisinya pun naik ke peringkat 17 dunia, itu posisi terbaiknya sejak berkarier di tenis profesional.

Kurun waktu dua tahun, kariernya terus menanjak. Barty meraih gelar juara WTA Elite Trophy 2018, dilanjutkan Miami Terbuka 2019. Puncaknya, dia berhasil meraih prestasi puncak dengan menjuarai Prancis Terbuka 2019 atau Roland Garros. Prestasi ini membuat posisinya meroket ke posisi dua dunia. Belum cukup, Barty terus menampilkan performa terbaiknya.

Ibarat roket, dia terus meluncur kencang menembus batas. Pada Minggu (23/6) Barty meraih trofi Birmingham Classic 2019, setelah di final mengalahkan Julia Gorges 6-3, 7-5. Imbalan setimpal atas prestasi tersebut, posisinya naik menjadi nomor satu dunia menggusur petenis Jepang Naomi Osaka.

Yah, kerja keras dan semangat super tinggi telah mengantarkan Barty pada posisi puncak di tenis. Di usia yang masih muda, dia tidak hanya sukses meraih prestasi hebat, tapi menang melawan ketakutan dalam diri sendiri. Ashleigh Barty menjadi petenis Australia pertama dalam 43 tahun yang mencapai puncak peringkat tunggal dunia.

"Saya sedikit terdiam saat ini. Sudah beberapa minggu saya mengalami diterjang angin puyuh, Anda tahu kan angin puyuh. Saya berhasil melaluinya, itu sungguh luar biasa. Tetapi, prestasi belum apa-apa dibandingkan Evonne (Fay Goolagong Cawley),” ujar Barty saat presentasi trofi di lapangan setelah memperpanjang kemenangannya menjadi 12 pertandingan dilansir The Guardian.

“Apa yang Evonne lakukan untuk olahraga kita, untuk orang Australia di seluruh dunia, dia menempatkan kita di peta dan apa yang dia lakukan untuk penduduk asli Australia juga sangat luar biasa. Sebagai anak kecil, Anda selalu memimpikan menjadi nomor 1 dunia, tetapi untuk menjadi kenyataan itu luar biasa,” pungkas Barty.

Evonne Fay Goolagong Cawley adalah wanita Austalia pertama yang meraih posisi nomor satu dunia pada tahun 1976. Petenis kelahiran Griffith, New South Wales, Australia, 31 Juli 1951 itu, sukses meriah gelar Australia Terbuka (1974, 1975, 1976, 1977), Prancis Terbuka (1971), dan Wimbledon tahun 1971 dan 1980.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8393 seconds (0.1#10.140)