Inilah Deretan Penyerang Tua Diperempat Final Copa America

Sabtu, 29 Juni 2019 - 12:02 WIB
Inilah Deretan Penyerang...
Inilah Deretan Penyerang Tua Diperempat Final Copa America
A A A
SALVADOR - Dibandingkan pemain lain, perjalanan karier penyerang Paolo Guerrero bersama timnas lebih berwarna layaknya cerita di film Hollywood. Mengalami pasang surut dengan banyak drama yang mungkin tak semua pemain bisa melewatinya.

Berusia 35 tahun, Guerrero memulai perjalanan bersama La Blanquirroja dimulai pada 2004 di kualifikasi Piala Dunia 2006. Gagal membawa timnya lolos ke Jerman sebagai tuan rumah, dia berhasil membuat dua gol di babak kualifikasi masing-masing ke gawang Cile dan Ekuador. Pada Piala Dunia 2010 cerita duka dimulai. Pemain yang mengawali karier profesional bersama Bayern Muenchen itu gagal berpartisipasi di dua laga awal kualifikasi karena mengalami cedera. Lebih buruk, dia mendapat sanksi dari FIFA berupa larangan enam pertandingan karena dianggap menghina wasit pada laga melawan Uruguay, Juni 2008.

Absennya Guerrero berimbas pada penampilan Peru di fase kualifikasi. Namun, dia membalasnya dengan penampilan apik pada Copa America 2011. Dia sukses membawa Peru ke urutan ketiga dengan lima gol sepanjang turnamen sekaligus menempatkan namanya sebagai pencetak gol terbanyak di Peru. Empat tahun kemudian, tepatnya di Copa America 2015, Guerrero kembali bermain gemilang. Membawa timnya back to backke urutan ketiga dan lagi-lagi tampil sebagai pencetak gol terbanyak bersama Eduardo Vargas dengan empat gol. Satu tahun kemudian, dia resmi menjadi top skor sepanjang masa Peru saat mencetak gol di ajang Copa America Centenario melawan Haiti. Tapi, di tengah kariernya bersama timnas yang menanjak, pemain yang memperkuat Corinthians, Flamingo, dan Internacional itu kembali mendapat ujian.

Dia gagal menjalani tes doping setelah bermain luar biasa sepanjang Kualifikasi Piala Dunia 2018. Dari 17 kali penampilan, dia mencetak lima gol sepanjang kualifikasi. Sampel Guerrero positif mengandung kokain dan metabolite benzoylecgonine. Imbasnya, FIFA menjatuhkan skors setahun sehingga penyerang kelahiran 1 Januari 1984 ini terancam tidak bisa tampil pada Piala Dunia 2018. Hukuman tersebut sempat dikurangi setelah melakukan banding dengan alasan zat terlarang tersebut masuk ke tubuh karena konsumsi teh tradisional, bukan karena sengaja.

Selesai? Belum. Pengadilan Arbitrase Olahraga justru menguatkan banding yang diajukan Badan Antidoping Dunia dan memperpanjang larangan hingga 14 bulan. Kariernya di Piala Dunia 2018 kembali terancam. Di tengah ketidakpastian, Guerrero mendapat kabar menyenangkan.

Dia tetap diizinkan bermain di Piala Dunia FIFA 2018 setelah Pengadilan Federal Swiss mencabut larangan tersebut dan baru dijalani setelah Piala Dunia. Setelah menjalani skorsing, dia bisa ke timnas Peru untuk memperkuat negaranya di Copa America. Tahun ini bisa jadi adalah kesempatan terakhirnya memberikan hasil terbaik buat negaranya dengan usia yang tidak muda lagi. Dia akan memimpin rekan-rekannya menghadapi Uruguay di Arena Fonte Nova, dini hari nanti.

“Kami memiliki kesempatan melakukan rematchuntuk menebus kesalahan. Kami bisa melakukan yang lebih baik dan memperbaiki kesalahan kami,” kata Guerrero tentang pertemuannya melawan Uruguay.

Maksud Guerrero adalah kekalahan Peru pada Copa America 2011 di partai semifinal. Peru menyerah 0-2 yang membuat mereka harus puas di urutan ketiga dan melihat Uruguay menjadi juara. Saat itu, dua gol La Celeste diciptakan Luis Suarez pada menit ke- 52 dan ke-57.

Di perempat final dini hari nanti, Suarez dan Edinson Cavani kembali menjadi pesaingnya. Dua pemain yang menurut Pelatih Uruguay Oscar Tabarez tak akan tergantikan di posisi starting line-up.

“Suarez dan Cavani tidak tergantikan. Mengingat tingkat penampilan mereka yang sangat tinggi, kami dapat berharap mencapai lebih banyak lagi,” tutur Tabarez.

Hanya tuan rumah Brasil yang mencetak lebih banyak gol daripada Uruguay di babak penyisihan grup. Uruguay hanya menelan 16 kekalahan dari 66 pertandingan.

Statistik yang membuat Suarez optimistis bisa mendapatkan kemenangan dan melangkah sampai ke tangga juara. “Uruguay adalah tim yang paling sering memenangkan Copa America dan kami perlu menunjukkan ini dengan memenangkan pertandingan,” tandas Suarez.

Sementara tuan rumah Brasil sudah memastikan satu tempat di semifinal setelah mengalahkan Paraguay melalui drama adu penalti.

Bermain imbang tanpa gol di waktu normal dan perpanjangan waktu, pasukan Tite lolos dengan skor 4-3. Tite beralasan timnya sulit meraih kemenangan karena kondisi lapangan. “Ini bener-benar absurd. Dengan turnamen level tinggi seperti ini, tapi lapangan sulit dipakai untuk bermain. Butuh sampai tiga sentuhan,” keluh Tite.

Brasil mendominasi jalannya pertandingan. Mereka memiliki beberapa peluang yang gagal dimanfaatkan. Kemenangan penalti ini sekaligus memperbaiki catatan mereka atas Paraguay.

Sedangkan terkait potensi lawan Argentina di semifinal, Tite menilai jika Tim Tango sebagai lawan berat. Mereka memiliki kualitas individu yang merata di tim. “Soal Messi, tidak perlu ditanyakan lagi,” tandasnya. (Ma’ruf)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0732 seconds (0.1#10.140)