Alasan Pelatih Ganda Putri Coret Ketut/Tania dari Indonesia Open 2019
A
A
A
JAKARTA - Kepala pelatih ganda putri PBSI, Eng Hian membeberkan alasannya untuk mencoret Ni Ketut Mahadewi Istarani/Tania Oktaviani Kusumah dari turnamen Indonesia Open 2019. Menurutnya, mereka lebih berpeluang untuk merebut gelar di Rusia.
"Ketut/Tania lebih berpeluang dapat gelar di Rusia Open, saya harap mereka dapat pedenya, feel-nya dan poinnya bertambah. Sebetulnya dengan kualitas mereka, kalau ikut Indonesia Open dan misalnya kalah di babak awal, mereka nggak akan kalah mudah, tapi saya rasa untuk psikologis mereka yang baru dipasangkan akan lebih baik untuk ikut di Rusia Open dulu," ujar Eng dikutip dari Badmintonindonesia, Kamis (3/7/2019).
Eng juga menjelaskan bahwa ia dan tim PBSI harus bisa memilih level turnamen mana yang sebaiknya diikuti para atlet. Tak hanya mengejar poin di turnamen level tinggi, tetapi dilihat pula peluang si atlet untuk meraih gelar, dengan catatan, mereka pun juga harus dapat memenuhi target poin yang ingin dicapai jika ingin mengamankan tempat di olimpiade.
Berbeda dengan Eng, Ketua Umum PP PBSI Wiranto menuturkan bahwa Blibli Indonesia Open 2019 (BIO) menjadi salah satu tantangan bagi para pebulu tangkis jelang Olimpiade Tokyo 2020. BIO memang menjadi salah satu turnamen yang sudah masuk dalam penghitungan poin olimpiade.
Tak heran jika di turnamen level Super 1000 ini, para pebulu tangkis dunia akan berlomba-lomba untuk meraih gelar yang artinya akan menambah perolehan poin yang berpengaruh pada peringkat dunia mereka. "Untuk penyelenggaraan, Indonesia dikenal sebagai tuan rumah yang baik. Selalu dapat acungan jempol atau pujian, seperti di Asian Games. Begitu juga Indonesia Open, banyak dapat pujian, well organized, para atlet asing pun sangat senang main di Indonesia karena penontonnya antusias dan fair, tepuk tangan untuk yang (main) bagus, bukan cuma pemain Indonesia," kata Wiranto.
"Ketut/Tania lebih berpeluang dapat gelar di Rusia Open, saya harap mereka dapat pedenya, feel-nya dan poinnya bertambah. Sebetulnya dengan kualitas mereka, kalau ikut Indonesia Open dan misalnya kalah di babak awal, mereka nggak akan kalah mudah, tapi saya rasa untuk psikologis mereka yang baru dipasangkan akan lebih baik untuk ikut di Rusia Open dulu," ujar Eng dikutip dari Badmintonindonesia, Kamis (3/7/2019).
Eng juga menjelaskan bahwa ia dan tim PBSI harus bisa memilih level turnamen mana yang sebaiknya diikuti para atlet. Tak hanya mengejar poin di turnamen level tinggi, tetapi dilihat pula peluang si atlet untuk meraih gelar, dengan catatan, mereka pun juga harus dapat memenuhi target poin yang ingin dicapai jika ingin mengamankan tempat di olimpiade.
Berbeda dengan Eng, Ketua Umum PP PBSI Wiranto menuturkan bahwa Blibli Indonesia Open 2019 (BIO) menjadi salah satu tantangan bagi para pebulu tangkis jelang Olimpiade Tokyo 2020. BIO memang menjadi salah satu turnamen yang sudah masuk dalam penghitungan poin olimpiade.
Tak heran jika di turnamen level Super 1000 ini, para pebulu tangkis dunia akan berlomba-lomba untuk meraih gelar yang artinya akan menambah perolehan poin yang berpengaruh pada peringkat dunia mereka. "Untuk penyelenggaraan, Indonesia dikenal sebagai tuan rumah yang baik. Selalu dapat acungan jempol atau pujian, seperti di Asian Games. Begitu juga Indonesia Open, banyak dapat pujian, well organized, para atlet asing pun sangat senang main di Indonesia karena penontonnya antusias dan fair, tepuk tangan untuk yang (main) bagus, bukan cuma pemain Indonesia," kata Wiranto.
(sha)