Air Mata Baghdad Bounedjah Berubah Jadi Suka Cita
A
A
A
KAIRO - Timnas Aljazair pastinya merasa senang dan bangga akhirnya jadi juara di Piala Afrika 2019. Namun di antara pemain, tentunya Baghdad Bounedjah bisa dibilang yang paling bahagia. Kenapa?
Ia tak hanya menjadi pahlawan Aljazair merengkuh gelar kedua sepanjang 29 tahun buat negaranya. Ada kisah dibalik sukses tim asuhan Djamel Belmadi itu. Air mata berujung suka cita, mungkin kata-kata tersebut pas untuk menggambarkan perasaan Bounedjah. (Baca juga : Menang Tipis, Aljazair Juara Piala Afrika 2019 )
Bagaimana tidak, pemain klub Al Sadd, Qatar itu sempat mendapatkan kritikan pedas sejak tampil di laga pembuka Piala Afrika 2019. Ia memang mencetak gol pembuka saat Aljazair bertemu Kenya. Tapi upaya pemain 27 tahun tersebut tetap mendapat sorotan miring karena dianggap membuang kesempatan.
Hal paling tidak mengenakan terjadi di perempat final ketika melawan Pantai Gading. Bounedjah kembali dihajar kritikan setelah tak bisa menyelesaikan sejumlah peluang yang nyaris berbuah gol. Kalau saja, Bounedjah bisa memanfaatkan salah satu peluang tersebut, sudah pasti Aljazair tak perlu memainkan adu penalti.
Air mata Bounedjah akhirnya tak terbendung setelah Belmadi meminta keluar lapangan dan digantikan pemain lain. Saat itu, Bounedjah sempat berpikir inilah momen terburuk dalam karier sepak bolanya. Beruntung Aljazair bisa memenangkan pertandingan lolos ke semifinal.
Belmadi usai pertandingan di Cairo Internasional Stadium, Mesir, Sabtu (20/7/2019) dinihari, mengatakan punya alasan sendiri memasang Bounedjah di partai final.
"Saya memilih Bounedjah karena dia banyak bekerja. Dia membantu kami dalam mencetak gol dan membuat gol. kualifikasi. Dia adalah pencetak gol yang luar biasa, pekerja yang sangat besar. Penalti gagal, tidak perlu kuatir," ungkap Belmadi dikutip Reuters.
Bounedjah membayar kepercayaan tersebut dengan sebuah aksi menawan di laga pamungkas. Aksinya dari sisi kanan pertahanan Senegal diakhiri dengan tendangan keras. Bola memang sempat ditahan pemain Senegal. Namun sial, bola malah melambung dan membuat kiper Senegal terpaku melihat bola melewati kepalanya sebelum masuk ke gawang.
"Saya datang ke sini untuk memperjuangkan Aljazair, tidak ada tujuan lain. Saya akan selalu berjuang untuk Aljazair," tegas Bounedjah.
Ia tak hanya menjadi pahlawan Aljazair merengkuh gelar kedua sepanjang 29 tahun buat negaranya. Ada kisah dibalik sukses tim asuhan Djamel Belmadi itu. Air mata berujung suka cita, mungkin kata-kata tersebut pas untuk menggambarkan perasaan Bounedjah. (Baca juga : Menang Tipis, Aljazair Juara Piala Afrika 2019 )
Bagaimana tidak, pemain klub Al Sadd, Qatar itu sempat mendapatkan kritikan pedas sejak tampil di laga pembuka Piala Afrika 2019. Ia memang mencetak gol pembuka saat Aljazair bertemu Kenya. Tapi upaya pemain 27 tahun tersebut tetap mendapat sorotan miring karena dianggap membuang kesempatan.
Hal paling tidak mengenakan terjadi di perempat final ketika melawan Pantai Gading. Bounedjah kembali dihajar kritikan setelah tak bisa menyelesaikan sejumlah peluang yang nyaris berbuah gol. Kalau saja, Bounedjah bisa memanfaatkan salah satu peluang tersebut, sudah pasti Aljazair tak perlu memainkan adu penalti.
Air mata Bounedjah akhirnya tak terbendung setelah Belmadi meminta keluar lapangan dan digantikan pemain lain. Saat itu, Bounedjah sempat berpikir inilah momen terburuk dalam karier sepak bolanya. Beruntung Aljazair bisa memenangkan pertandingan lolos ke semifinal.
Belmadi usai pertandingan di Cairo Internasional Stadium, Mesir, Sabtu (20/7/2019) dinihari, mengatakan punya alasan sendiri memasang Bounedjah di partai final.
"Saya memilih Bounedjah karena dia banyak bekerja. Dia membantu kami dalam mencetak gol dan membuat gol. kualifikasi. Dia adalah pencetak gol yang luar biasa, pekerja yang sangat besar. Penalti gagal, tidak perlu kuatir," ungkap Belmadi dikutip Reuters.
Bounedjah membayar kepercayaan tersebut dengan sebuah aksi menawan di laga pamungkas. Aksinya dari sisi kanan pertahanan Senegal diakhiri dengan tendangan keras. Bola memang sempat ditahan pemain Senegal. Namun sial, bola malah melambung dan membuat kiper Senegal terpaku melihat bola melewati kepalanya sebelum masuk ke gawang.
"Saya datang ke sini untuk memperjuangkan Aljazair, tidak ada tujuan lain. Saya akan selalu berjuang untuk Aljazair," tegas Bounedjah.
(bbk)