Revolusi Zidane Setengah Jalan
A
A
A
MADRID - Real Madrid berupaya merevolusi skuat musim 2019/2020. Kembalinya Zinedine Zidane ke kursi kepelatihan Los Blancos merupakan langkah taktis untuk memimpin klub ke era baru. Namun, proyek itu tidak berjalan mulus.
Sejak ditinggal Zidane diakhir musim 2017/2018, Los Blancos secara drastis mengalami keterpurukan di bawah asuhan nakhoda baru saat itu Julen Lopetegui. Mantan pelatih timnas Spanyol itu gagal membawa performa ke level tinggi, dan rentetan kekalahan membuat Madrid berada di papan tengah saat itu.
Tentu itu bukan yang diharapkan manajemen klub, khususnya sang Presiden Florentino Perez. Alhasil, Lopetegui dipecat dan digantikan caretaker Santiago Solari.
Namun, Solari pun tidak mampu menyelamatkan Madrid. Pada akhirnya sang presiden memutuskan memanggil kembali Zidane menjelang akhir musim lalu. Dalam perjanjiannya dengan Perez, pelatih berkepala plontos itu minta diberi kebebasan untuk membentuk skuat.
Saat kembalinya ke Santiago Bernabeu pada Maret lalu, Zidane secara tegas langsung menyerukan revolusi yang akan diciptakan. "Kami akan mengubah banyak hal," kata Zidane dikutip Marca, Rabu (4/9/2019).
Tapi, sekarang jendela transfer musim panas telah selesai. Lebih dari 300 juta euro dihabiskan namun revolusi Real Madrid masih hanya setengahnya. Kesempatan kedua Zidane di bangku pelatih Madrid tidak berjalan seperti yang direncanakan.
Saat musim 2018/2019 berlalu, Zidane cepat beralih ke perencanaan untuk 2019/2020. Tetapi hasilnya butuh waktu lama untuk tiba. Eden Hazard adalah satu-satunya tambahan bintang. Yang lain memang masuk, tetapi bukan pemain yang mengangkat mood para fans Los Blancos.
Tren belum berubah. Dua puluh satu pertandingan dalam masa tugasnya di kesempatan kedua, Zidane hanya mencetak delapan kemenangan, enam imbang, dan tujuh kekalahan. Empat dari kekalahan itu datang musim lalu, tiga di pramusim dan mereka belum kalah secara kompetitif sejak kampanye 2019/2020 berlangsung.
Yang lebih mengkhawatirkan adalah keseimbangan gol. Dalam 21 pertandingan, mereka telah mencetak 36 gol dan kebobolan 35. Bahkan, Thibaut Courtois tidak mencatatkan clean sheet sejak Februari.
Statistik tersebut menarik perhatian karena jauh berbeda dibanding tugas pertama Zidane antara Januari 2015 dan Mei 2018. Real Madrid memainkan 158 pertandingan saat itu (termasuk pramusim). Dari situ, mereka menang 108 (hampir 69% dibandingkan saat ini 38%- 31 pertandingan imbang dan mereka kalah 19 (12% dibandingkan dengan angka saat ini 33%).
Dengan skuat yang dimiliki Madrid saat ini, Los Blancos bisa meraih hasil imbang dengan tim medioker pada dua laga terakhirnya di La Liga. Kini Los Blancos harus tertahan di peringkat lima klasemen sementara dengan jumlah 5 poin. (Celvin Moniaga Sipahutar)
Sejak ditinggal Zidane diakhir musim 2017/2018, Los Blancos secara drastis mengalami keterpurukan di bawah asuhan nakhoda baru saat itu Julen Lopetegui. Mantan pelatih timnas Spanyol itu gagal membawa performa ke level tinggi, dan rentetan kekalahan membuat Madrid berada di papan tengah saat itu.
Tentu itu bukan yang diharapkan manajemen klub, khususnya sang Presiden Florentino Perez. Alhasil, Lopetegui dipecat dan digantikan caretaker Santiago Solari.
Namun, Solari pun tidak mampu menyelamatkan Madrid. Pada akhirnya sang presiden memutuskan memanggil kembali Zidane menjelang akhir musim lalu. Dalam perjanjiannya dengan Perez, pelatih berkepala plontos itu minta diberi kebebasan untuk membentuk skuat.
Saat kembalinya ke Santiago Bernabeu pada Maret lalu, Zidane secara tegas langsung menyerukan revolusi yang akan diciptakan. "Kami akan mengubah banyak hal," kata Zidane dikutip Marca, Rabu (4/9/2019).
Tapi, sekarang jendela transfer musim panas telah selesai. Lebih dari 300 juta euro dihabiskan namun revolusi Real Madrid masih hanya setengahnya. Kesempatan kedua Zidane di bangku pelatih Madrid tidak berjalan seperti yang direncanakan.
Saat musim 2018/2019 berlalu, Zidane cepat beralih ke perencanaan untuk 2019/2020. Tetapi hasilnya butuh waktu lama untuk tiba. Eden Hazard adalah satu-satunya tambahan bintang. Yang lain memang masuk, tetapi bukan pemain yang mengangkat mood para fans Los Blancos.
Tren belum berubah. Dua puluh satu pertandingan dalam masa tugasnya di kesempatan kedua, Zidane hanya mencetak delapan kemenangan, enam imbang, dan tujuh kekalahan. Empat dari kekalahan itu datang musim lalu, tiga di pramusim dan mereka belum kalah secara kompetitif sejak kampanye 2019/2020 berlangsung.
Yang lebih mengkhawatirkan adalah keseimbangan gol. Dalam 21 pertandingan, mereka telah mencetak 36 gol dan kebobolan 35. Bahkan, Thibaut Courtois tidak mencatatkan clean sheet sejak Februari.
Statistik tersebut menarik perhatian karena jauh berbeda dibanding tugas pertama Zidane antara Januari 2015 dan Mei 2018. Real Madrid memainkan 158 pertandingan saat itu (termasuk pramusim). Dari situ, mereka menang 108 (hampir 69% dibandingkan saat ini 38%- 31 pertandingan imbang dan mereka kalah 19 (12% dibandingkan dengan angka saat ini 33%).
Dengan skuat yang dimiliki Madrid saat ini, Los Blancos bisa meraih hasil imbang dengan tim medioker pada dua laga terakhirnya di La Liga. Kini Los Blancos harus tertahan di peringkat lima klasemen sementara dengan jumlah 5 poin. (Celvin Moniaga Sipahutar)
(sha)