Jelang Inter Milan vs Slavia Praha, Ujian Kedua Antonio Conte
A
A
A
MILAN - Kemampuan Antonio Conte sebagai pelatih anyar Inter Milan akan kembali mendapat ujian. Nakhoda asal Italia itu ditantang untuk menularkan hegemoni positif I Nerazzurridi Seri A ke Liga Champions.
Diangkat menggantikan Luciano Spalletti pada 31 Mei 2019 setelah dipecat Chelsea, Conte mampu meningkatkan kinerja Inter. Berbekal pengalaman serta kejeliannya merekrut pemain baru seperti Matteo Politano, Eddie Salcedo, Valentino Lazaro, Andrei Radu hingga Romelu Lukaku dan Alexis Sanchez, Inter kini menjadi cukup kompetitif.
Reformasi Inter terlihat jelas di Serie A dengan memenangkan tiga pertandingan awal. Mereka sukses melibas Lecce (4-0), Cagliari (2-1), dan yang terbaru Udinese (1-0). Selain menjadi satu-satunya klub Italia yang masih mencatat rekor sempurna musim ini, Inter juga kini memuncaki klasemen sementara.
Kehadiran Lukaku secara nyata menambah daya serang Inter yang musim lalu dianggap lemah. Terbukti, Inter bisa mencetak tujuh gol dan hanya kemasukan satu kali di kompetisi domestik. Lukaku untuk saat ini menjadi pemain tersubur Inter dengan sumbangan dua gol.
Tapi, bukan berarti kapasitas Conte telah diakui sepenuhnya. Karena, masih ada tantangan yang menghadang, yakni kompetisi Eropa. Pria berusia 50 tahun itu diharapkan bisa membantu pasukannya meraih kemenangan saat menjamu Slavia Praha pada laga pertama penyisihan Grup F Liga Champions, Rabu (18/9/2019) dini hari di Giuseppe Meazza.
Laga kandang itu sangat penting karena menjadi kesempatan terbaik mendulang poin penuh untuk memudahkan langkah ke fase gugur. Pasalnya, Inter tergabung di grup berat karena ditemani pula Barcelona dan Borussia Dortmund.
Artinya, bila gagal menjinakkan Slavia Praha, Inter bakal langsung terdesak. Karena, mereka tidak bisa berharap dapat mengalahkan Barcelona maupun Dortmund.
“Kami terus tumbuh. Saya gembira karena tim ini semakin dewasa. Tapi, kami harus tetap menginjak bumi dan melanjutkan kerja keras,” ujar Conte, dilansir Reuters.
Tugas berat itu membebani Conte karena catatan Inter di Liga Champions musim lalu mengecewakan. Saat itu mereka juga masuk grup neraka karena harus bersaing dengan Barcelona, Tottenham Hotspur, dan PSV Eindhoven.
Saat itu, Inter hanya mampu merebut urutan ketiga walau perolehannya setara dengan Tottenham, yakni delapan poin. Disinyalir ini terjadi karena Samir Handanovic dkk tidak mampu memenangkan seluruh pertandingan melawan Barcelona dan Tottenham.
Jelas ini bukan tugas mudah bagi Conte. Terlebih dia tidak punya rekor bagus di kancah Eropa. Pencapaian terbaiknya di Liga Champions hanya sampai perempat final bersama Juventus pada 2012/2013.
Selama membesut Juventus dan Chelsea, Conte sudah memimpin 23 pertandingan Liga Champions dengan catatan sem bilan menang, delapan imbang, dan enam kalah. Soal produktivitas, taktik Conte memang bisa berbuah total 42 gol, namun itu tidak diimbangi pertahanan lantaran kebobolan 28 kali.
(M Mirza)
Diangkat menggantikan Luciano Spalletti pada 31 Mei 2019 setelah dipecat Chelsea, Conte mampu meningkatkan kinerja Inter. Berbekal pengalaman serta kejeliannya merekrut pemain baru seperti Matteo Politano, Eddie Salcedo, Valentino Lazaro, Andrei Radu hingga Romelu Lukaku dan Alexis Sanchez, Inter kini menjadi cukup kompetitif.
Reformasi Inter terlihat jelas di Serie A dengan memenangkan tiga pertandingan awal. Mereka sukses melibas Lecce (4-0), Cagliari (2-1), dan yang terbaru Udinese (1-0). Selain menjadi satu-satunya klub Italia yang masih mencatat rekor sempurna musim ini, Inter juga kini memuncaki klasemen sementara.
Kehadiran Lukaku secara nyata menambah daya serang Inter yang musim lalu dianggap lemah. Terbukti, Inter bisa mencetak tujuh gol dan hanya kemasukan satu kali di kompetisi domestik. Lukaku untuk saat ini menjadi pemain tersubur Inter dengan sumbangan dua gol.
Tapi, bukan berarti kapasitas Conte telah diakui sepenuhnya. Karena, masih ada tantangan yang menghadang, yakni kompetisi Eropa. Pria berusia 50 tahun itu diharapkan bisa membantu pasukannya meraih kemenangan saat menjamu Slavia Praha pada laga pertama penyisihan Grup F Liga Champions, Rabu (18/9/2019) dini hari di Giuseppe Meazza.
Laga kandang itu sangat penting karena menjadi kesempatan terbaik mendulang poin penuh untuk memudahkan langkah ke fase gugur. Pasalnya, Inter tergabung di grup berat karena ditemani pula Barcelona dan Borussia Dortmund.
Artinya, bila gagal menjinakkan Slavia Praha, Inter bakal langsung terdesak. Karena, mereka tidak bisa berharap dapat mengalahkan Barcelona maupun Dortmund.
“Kami terus tumbuh. Saya gembira karena tim ini semakin dewasa. Tapi, kami harus tetap menginjak bumi dan melanjutkan kerja keras,” ujar Conte, dilansir Reuters.
Tugas berat itu membebani Conte karena catatan Inter di Liga Champions musim lalu mengecewakan. Saat itu mereka juga masuk grup neraka karena harus bersaing dengan Barcelona, Tottenham Hotspur, dan PSV Eindhoven.
Saat itu, Inter hanya mampu merebut urutan ketiga walau perolehannya setara dengan Tottenham, yakni delapan poin. Disinyalir ini terjadi karena Samir Handanovic dkk tidak mampu memenangkan seluruh pertandingan melawan Barcelona dan Tottenham.
Jelas ini bukan tugas mudah bagi Conte. Terlebih dia tidak punya rekor bagus di kancah Eropa. Pencapaian terbaiknya di Liga Champions hanya sampai perempat final bersama Juventus pada 2012/2013.
Selama membesut Juventus dan Chelsea, Conte sudah memimpin 23 pertandingan Liga Champions dengan catatan sem bilan menang, delapan imbang, dan enam kalah. Soal produktivitas, taktik Conte memang bisa berbuah total 42 gol, namun itu tidak diimbangi pertahanan lantaran kebobolan 28 kali.
(M Mirza)
(bbk)