Kisah Hidup Anja Vreg Dari Petenis Jadi Wasit Tenis Wanita Sukses
A
A
A
Kisah Anja Vreg bisa menginspirasi siapapun yang tidak menyerah pada nasib dengan terus belajar hingga meraih sukses dari petenis menjadi umpire atau wasit tenis terkenal. Selama satu dekade menjadi wasit tenis, Anja Vreg merefleksikan perjalanan karirnya yang di masa lalunya adalah seorang petenis.
Petenis Slovenia itu melakukan transisi dari lapangan ke belakang layar menjelang akhir musim 2019. Sebuah perubahan karir terbaru untuk pemain berusia 29 tahun, yang jago berbicara enam bahasa, memiliki dua gelar master, dan terjun pertama ke tenis sebagai bakat yang menjanjikan di Eropa Tengah.
Cedera punggung yang menerpanya di masa remaja langsung mengubah jalan hidupnya. Cedera punggung itu sebagian besar menggagalkan rencana-rencana di masa remajanya yang bercita-cita menjadi petenis hebat. Lebih dari itu, dia bahkan sempat ingin meninggalkan tenis selamanya.
"Ketika saya kembali, saya tidak bisa meraih hasil sesuai yang saya inginkan. Jadi, motivasi saya menurun. Saya berkata kepada orang tua saya, ’’Saya tidak berpikir ini sesuatu untuk saya,’’ dan bahwa saya ingin berhenti,’’ujarnya mengenang masa sulit ketika diterpa cedera.
Dalam situasi tekanan mental karena cedera, sang ibu mengusulkan kepada dirinya untuk sekolah wasit tenis. Tidak ada terbersit dalam benak wanita cantik ini untuk menjadi wasit tenis. Namun, orang taunya terus mendorong dirinya mencoba menjalani sekolah wasit.
"Aku pergi ke sekolah seperti orang lain, dan ibuku berkata, 'Oh, ada sekolah resmi di kota kita - kamu harus pergi. Kamu tidak pernah tahu ke mana bisa pergi.' Dan aku berkata, 'Aku tidak ingin pergi. Siapa yang ingin menjadi wasit? "Anda dimarahi, dan semua hal itu - saya tidak tertarik,"ungkapnya.
Sang ibu terus memotivasi dirinya untuk mencoba menjalani sekolah tenis. Hingga akhirnya dengan berat hati dia memenuhi keinginan ibunya. "Kamu harus pergi, kamu harus mencobanya,"kata Anja menirukan perintah ibunya ketika itu.
’’Jadi aku pergi. Saya berusia 15 tahun pada waktu itu, tetapi karena saya tidak tertarik pada sesuatu yang resmi, saya memiliki lencana saya tetapi saya tidak benar-benar mewasiti. Kemudian, ketika saya mungkin 17, 18, saya mulai melakukan lebih banyak, dan saya pikir mungkin saya bisa mendapatkan uang tambahan, melakukan perjalanan ... untuk melihat dunia sambil bermain tenis. "
Dilahirkan di Slovenia dari orang tua Slovenia dan Kroasia, Vreg menghabiskan sebagian besar masa mudanya di Kroasia bersama ibunya - dan disertifikasi sebagai wasit nasional oleh asosiasi tenis kedua negara pada awal karirnya - sebelum dikirim oleh Federasi Tenis Slovenia untuk mendapatkan lencana putih ITF-nya, langkah pertama dalam karir wasit internasional, pada tahun 2009.
Di ATP Challenger [di Rijeka, Kroasia], saya berbicara dengan seseorang yang merupakan teman saya yang sangat baik, dan dia berkata, ’’Oh, kamu menjalani lebih banyak turnamen, dan kamu memimpin lebih banyak dan lebih banyak - apa akan menjadi minat Anda, tujuan Anda? Ke mana Anda ingin pergi - Grand Slam yang mana?,"papar Vreg mengenang tahun-tahun pertamanya sebagai wasit, yang membawanya ke negara-negara di luar negeri termasuk Austria, Qatar dan Swiss.
"Dan saya seperti, 'Ayolah, saya tidak akan memimpin di Grand Slam - saya masih jauh - tetapi jika saya bisa memilih satu, Australia Terbuka. Pagi berikutnya, saya bangun, dan saya terpilih untuk memimpin di Australia Terbuka berikutnya.
Dalam perjalanan awal karirnya, Vreg tidak mau terlalu ambisius memimpin turnamen besar. Dia realistis dengan peluangnya dan latar belakangnya yang berasal dari Negara kecil.
"Saya menerapkan pemikiran bahwa saya tidak memiliki peluang - pada waktu itu, saya sudah memiliki lencana putih, melakukan cukup banyak dialog, dan saya melamar, tetapi saya berkata, 'Saya tidak punya peluang. Saya berasal dari Slovenia kecil, Anda tahu lah, tidak ada yang mengenal saya. "
"Saya hanya tidak percaya bahwa sehari sebelumnya, saya berbicara dengan seseorang dan saya katakan itu adalah keinginan saya tetapi itu tidak akan pernah menjadi kenyataan, dan kemudian saya terbangun dan mendapatkan sebuah email ... dari sana, saya mendapatkan semakin banyak ke dalamnya, dan itu mulai menjadi satu minggu demi satu.Saya sudah mendapatkan cukup turnamen, dan saya memutuskan bahwa saya akan mengajukan permohonan untuk sekolah [lisensi ITF] ini di Turki.
Karir Vreg semakin berkembang seiring dengan bertambahnya ilmu perwasitan yang dipelajarinya di Turki. "Saya terpilih dan saya berkata bahwa saya akan mempersiapkan dengan sangat baik sehingga tidak ada yang salah. Saya belajar banyak, saya banyak bertanya kepada rekan-rekan saya. Saya pikir ini penting juga, karena Anda tidak dapat mempelajari semuanya dari buku. - jadi mereka menyampaikan pengalaman mereka kepada saya, yang saya sangat syukuri dan itu membantu saya,"paparnya.
Anja Vreg ketika memimpin pertandingan turnamen tenis pria di Brisbane.
Dalam karir resminya, Vreg, terpilih untuk memimpin Grand Slam, Olimpiade London 2012, Paralimpiade 2016 di Rio - tempat ia memimpin pertandingan medali emas di ganda putri. – Dia juga memimpin Piala Fed dan Piala Davis, dan ratusan turnamen WTA dan ATP.
Dia juga memainkan perannya dalam memimpin tenis selama dekade terakhir. Sebagai salah satu dari lebih dari selusin wasit wanita yang secara teratur tampil sebagai umpire dalam tur, Vreg melihat mengalami evolusi yang berbeda selama waktunya sebagai wasit.
"Ada lebih banyak perempuan - kami masih minoritas, tetapi jauh, jauh lebih baik daripada sebelumnya. Ada lebih banyak peluang. WTA ... mereka telah melakukan pekerjaan yang fantastis dengan cara itu,’’katanya.
Dia mendapat dukungan dari wasit WTA lain dalam karirnya dan program tur untuk membantu dan mendukung wasit baru. "Saya pikir sekarang, semakin banyak, semua orang mulai menyadari bahwa apakah Anda seorang wanita atau pria dalam pekerjaan itu, itu tidak benar-benar membuat perbedaan,’’ungkapnya.
Tidak ada lagi perbedaan antara wasit pria atau wanita saat memimpin sebuah pertandingan resmi. Ini berbeda dengan sebelum era modern di mana ada perbedaan gender dalam penentuan wasit ketika akan memimpin turnamen pria dan wanita.
"Sebelumnya, itu sangat, sangat terpisah - para lelaki memimpin pertandingan pria, para wanita memimpin pertandingan para wanita, tetapi sekarang, semua orang mulai menyadari bahwa jika Anda pandai melakukan apa yang Anda lakukan, tidak masalah perbedaan gender, jenis kelamin Anda,’’jelasnya.
Dia meyakini jika semua wasit memiliki kemampuan sama sesuai dengan ilmu yang dimilikinya. Menurutnya, setiap wasit pria atau wanita memiliki kesempatan yang sama. Semua bergantung pada kualitas kepemimpinannya di lapangan.
"Jika wanita tidak melakukan pekerjaan dengan baik, itu tidak akan terjadi. Ada alasan untuk itu, saya percaya. Jika Anda baik, Anda dapat menangani pertandingan pria juga, karena Anda memiliki rasa hormat dari para pemain - Anda memiliki rasa hormat jika Anda melakukan pekerjaan dengan baik, dan apa pun jenis kelamin Anda,’’terangnya.
"Itu pendapat saya, dan itu semakin banyak terjadi, karena kita memiliki beberapa wasit wanita yang baik. Mereka secara konsisten melakukan pekerjaan dengan baik, dan itu membuka pintu bagi wanita lain dan juga cara orang berpikir tentang itu, cara itu diterima dan cara itu berkembang."
Anja Vreg menunjukkan plakat setelah memimpin pertandingan di Rabat, Maroko.
Selama berminggu-minggu di mana dia tidak bekerja sebagai wasit di lapangan, Vreg juga bisa secara rutin bisa ditemui di ruang monitor Hawk-Eye atau sistem mata elang yang membantu wasit dalam pertandingan dan tayangan ulang pertandingan di televisi.
"Saya selalu meminta (Hawk-Eye) karena itu memberi saya waktu istirahat beberapa saat di lapangan. Saya merasa itu akan bermanfaat bagi saya dan untuk pekerjaan saya, bahwa saya bisa lebih baik jika saya mengombinasikannya dan tidak berada di kursi terus-menerus,"katanya.
"Saya pikir salah satu bagian yang baik dari melakukan pekerjaan itu untuk ketua wasit masa depan dan yang datang adalah kenyataan bahwa Anda bisa melihat banyak wasit lainnya, dan Anda bisa melihat banyak situasi dari mana Anda bisa belajar."
Keinginan untuk terus belajar inilah yang menyebabkan perubahan karier terbarunya: bekerja dengan grup manajemen turnamen APG atau Ace Pro Group.
APG adalah organisasi manajemen acara yang memiliki dan mengoperasikan beberapa acara tenis di seluruh Asia sepanjang tahun ini, termasuk Zhengzhou Open tingkat Utama, yang memulai debutnya dalam tur minggu lalu. Ini juga menyediakan layanan konsultasi, selain mewakili sejumlah pemain tenis dari seluruh dunia.
’’Saya sangat bangga menjadi bagian dari tim APG yang hebat, dengan siapa kami bekerja keras setiap hari untuk memberikan acara-acara ini dengan standar tertinggi. Kami adalah tim multi-nasional di sini, dibentuk menjadi satu, dengan tujuan dan visi yang sama,"jelas Vreg.
’’Anda tidak menyadari, ketika Anda tidak bekerja di belakang layar, seberapa banyak sebenarnya pekerjaan itu dan itulah yang saya minati: untuk mencari tahu, dan untuk belajar, berapa banyak pekerjaan yang dilakukan selama minggu-minggu ini. Bahwa kita baru saja datang - di mana semuanya disuguhkan, selesai, dan Anda hanya melihat paket terakhir.’’
’’Saya ingin merasakan berapa banyak orang yang perlu diinput, dan apa yang perlu mereka lakukan agar semuanya bekerja untuk kita semua yang baru muncul di sana selama seminggu.’’
Anja Vreg di tengah jeda memimpin pertandingan di Roma, Italia.
Dari pemain menjadi pejabat hingga manajer operasi, Vreg telah melihat lebih banyak sisi lapangan tenis daripada sebagian besar selama dekade terakhir - dan ingin menyebarkannya ke generasi berikutnya.
’’Saya pikir tenis adalah olahraga yang hebat dan sebagian besar orang yang ada di dalamnya, mereka melakukannya untuk hasrat dan cinta," katanya.
’’Ada banyak emosi yang terlibat di dalamnya, dan itu adalah olahraga yang sangat emosional. Saya pikir itu dapat memberi Anda banyak peluang besar baik dalam perspektif, pribadi dan profesional, dalam karir apa pun yang Anda kejar.’’
Berbekal pengalaman sebagai petenis, wasit tenis, Vreg mengirimkan pesan kepada generasi muda yang tertarik tenis. ’’Hal paling penting yang bisa saya katakan untuk kaum muda yang memutuskan untuk terlibat dalam tenis sejak dini adalah untuk melanjutkan pendidikan. Saya yakin sangat penting untuk mendapatkan pendidikan tinggi dan memperluas wawasan Anda, karena itu memberi Anda pilihan di kemudian hari dalam hidup, jika Anda ingin melakukan perubahan,’’paparnya.
"Jika sedang dalam tur, dan bepergian serta menjadi aktif, pergi dari satu tempat ke tempat lain adalah sesuatu yang sesuai dengan profil dan karakter Anda, maka tenis jelas merupakan sesuatu yang dapat dijelajahi. Ini bisa memberi Anda begitu banyak manfaat, begitu banyak kenangan dan pengalaman yang sulit untuk dilalui melalui pekerjaan lain.’’
Petenis Slovenia itu melakukan transisi dari lapangan ke belakang layar menjelang akhir musim 2019. Sebuah perubahan karir terbaru untuk pemain berusia 29 tahun, yang jago berbicara enam bahasa, memiliki dua gelar master, dan terjun pertama ke tenis sebagai bakat yang menjanjikan di Eropa Tengah.
Cedera punggung yang menerpanya di masa remaja langsung mengubah jalan hidupnya. Cedera punggung itu sebagian besar menggagalkan rencana-rencana di masa remajanya yang bercita-cita menjadi petenis hebat. Lebih dari itu, dia bahkan sempat ingin meninggalkan tenis selamanya.
"Ketika saya kembali, saya tidak bisa meraih hasil sesuai yang saya inginkan. Jadi, motivasi saya menurun. Saya berkata kepada orang tua saya, ’’Saya tidak berpikir ini sesuatu untuk saya,’’ dan bahwa saya ingin berhenti,’’ujarnya mengenang masa sulit ketika diterpa cedera.
Dalam situasi tekanan mental karena cedera, sang ibu mengusulkan kepada dirinya untuk sekolah wasit tenis. Tidak ada terbersit dalam benak wanita cantik ini untuk menjadi wasit tenis. Namun, orang taunya terus mendorong dirinya mencoba menjalani sekolah wasit.
"Aku pergi ke sekolah seperti orang lain, dan ibuku berkata, 'Oh, ada sekolah resmi di kota kita - kamu harus pergi. Kamu tidak pernah tahu ke mana bisa pergi.' Dan aku berkata, 'Aku tidak ingin pergi. Siapa yang ingin menjadi wasit? "Anda dimarahi, dan semua hal itu - saya tidak tertarik,"ungkapnya.
Sang ibu terus memotivasi dirinya untuk mencoba menjalani sekolah tenis. Hingga akhirnya dengan berat hati dia memenuhi keinginan ibunya. "Kamu harus pergi, kamu harus mencobanya,"kata Anja menirukan perintah ibunya ketika itu.
’’Jadi aku pergi. Saya berusia 15 tahun pada waktu itu, tetapi karena saya tidak tertarik pada sesuatu yang resmi, saya memiliki lencana saya tetapi saya tidak benar-benar mewasiti. Kemudian, ketika saya mungkin 17, 18, saya mulai melakukan lebih banyak, dan saya pikir mungkin saya bisa mendapatkan uang tambahan, melakukan perjalanan ... untuk melihat dunia sambil bermain tenis. "
Dilahirkan di Slovenia dari orang tua Slovenia dan Kroasia, Vreg menghabiskan sebagian besar masa mudanya di Kroasia bersama ibunya - dan disertifikasi sebagai wasit nasional oleh asosiasi tenis kedua negara pada awal karirnya - sebelum dikirim oleh Federasi Tenis Slovenia untuk mendapatkan lencana putih ITF-nya, langkah pertama dalam karir wasit internasional, pada tahun 2009.
Di ATP Challenger [di Rijeka, Kroasia], saya berbicara dengan seseorang yang merupakan teman saya yang sangat baik, dan dia berkata, ’’Oh, kamu menjalani lebih banyak turnamen, dan kamu memimpin lebih banyak dan lebih banyak - apa akan menjadi minat Anda, tujuan Anda? Ke mana Anda ingin pergi - Grand Slam yang mana?,"papar Vreg mengenang tahun-tahun pertamanya sebagai wasit, yang membawanya ke negara-negara di luar negeri termasuk Austria, Qatar dan Swiss.
"Dan saya seperti, 'Ayolah, saya tidak akan memimpin di Grand Slam - saya masih jauh - tetapi jika saya bisa memilih satu, Australia Terbuka. Pagi berikutnya, saya bangun, dan saya terpilih untuk memimpin di Australia Terbuka berikutnya.
Dalam perjalanan awal karirnya, Vreg tidak mau terlalu ambisius memimpin turnamen besar. Dia realistis dengan peluangnya dan latar belakangnya yang berasal dari Negara kecil.
"Saya menerapkan pemikiran bahwa saya tidak memiliki peluang - pada waktu itu, saya sudah memiliki lencana putih, melakukan cukup banyak dialog, dan saya melamar, tetapi saya berkata, 'Saya tidak punya peluang. Saya berasal dari Slovenia kecil, Anda tahu lah, tidak ada yang mengenal saya. "
"Saya hanya tidak percaya bahwa sehari sebelumnya, saya berbicara dengan seseorang dan saya katakan itu adalah keinginan saya tetapi itu tidak akan pernah menjadi kenyataan, dan kemudian saya terbangun dan mendapatkan sebuah email ... dari sana, saya mendapatkan semakin banyak ke dalamnya, dan itu mulai menjadi satu minggu demi satu.Saya sudah mendapatkan cukup turnamen, dan saya memutuskan bahwa saya akan mengajukan permohonan untuk sekolah [lisensi ITF] ini di Turki.
Karir Vreg semakin berkembang seiring dengan bertambahnya ilmu perwasitan yang dipelajarinya di Turki. "Saya terpilih dan saya berkata bahwa saya akan mempersiapkan dengan sangat baik sehingga tidak ada yang salah. Saya belajar banyak, saya banyak bertanya kepada rekan-rekan saya. Saya pikir ini penting juga, karena Anda tidak dapat mempelajari semuanya dari buku. - jadi mereka menyampaikan pengalaman mereka kepada saya, yang saya sangat syukuri dan itu membantu saya,"paparnya.
Anja Vreg ketika memimpin pertandingan turnamen tenis pria di Brisbane.
Dalam karir resminya, Vreg, terpilih untuk memimpin Grand Slam, Olimpiade London 2012, Paralimpiade 2016 di Rio - tempat ia memimpin pertandingan medali emas di ganda putri. – Dia juga memimpin Piala Fed dan Piala Davis, dan ratusan turnamen WTA dan ATP.
Dia juga memainkan perannya dalam memimpin tenis selama dekade terakhir. Sebagai salah satu dari lebih dari selusin wasit wanita yang secara teratur tampil sebagai umpire dalam tur, Vreg melihat mengalami evolusi yang berbeda selama waktunya sebagai wasit.
"Ada lebih banyak perempuan - kami masih minoritas, tetapi jauh, jauh lebih baik daripada sebelumnya. Ada lebih banyak peluang. WTA ... mereka telah melakukan pekerjaan yang fantastis dengan cara itu,’’katanya.
Dia mendapat dukungan dari wasit WTA lain dalam karirnya dan program tur untuk membantu dan mendukung wasit baru. "Saya pikir sekarang, semakin banyak, semua orang mulai menyadari bahwa apakah Anda seorang wanita atau pria dalam pekerjaan itu, itu tidak benar-benar membuat perbedaan,’’ungkapnya.
Tidak ada lagi perbedaan antara wasit pria atau wanita saat memimpin sebuah pertandingan resmi. Ini berbeda dengan sebelum era modern di mana ada perbedaan gender dalam penentuan wasit ketika akan memimpin turnamen pria dan wanita.
"Sebelumnya, itu sangat, sangat terpisah - para lelaki memimpin pertandingan pria, para wanita memimpin pertandingan para wanita, tetapi sekarang, semua orang mulai menyadari bahwa jika Anda pandai melakukan apa yang Anda lakukan, tidak masalah perbedaan gender, jenis kelamin Anda,’’jelasnya.
Dia meyakini jika semua wasit memiliki kemampuan sama sesuai dengan ilmu yang dimilikinya. Menurutnya, setiap wasit pria atau wanita memiliki kesempatan yang sama. Semua bergantung pada kualitas kepemimpinannya di lapangan.
"Jika wanita tidak melakukan pekerjaan dengan baik, itu tidak akan terjadi. Ada alasan untuk itu, saya percaya. Jika Anda baik, Anda dapat menangani pertandingan pria juga, karena Anda memiliki rasa hormat dari para pemain - Anda memiliki rasa hormat jika Anda melakukan pekerjaan dengan baik, dan apa pun jenis kelamin Anda,’’terangnya.
"Itu pendapat saya, dan itu semakin banyak terjadi, karena kita memiliki beberapa wasit wanita yang baik. Mereka secara konsisten melakukan pekerjaan dengan baik, dan itu membuka pintu bagi wanita lain dan juga cara orang berpikir tentang itu, cara itu diterima dan cara itu berkembang."
Anja Vreg menunjukkan plakat setelah memimpin pertandingan di Rabat, Maroko.
Selama berminggu-minggu di mana dia tidak bekerja sebagai wasit di lapangan, Vreg juga bisa secara rutin bisa ditemui di ruang monitor Hawk-Eye atau sistem mata elang yang membantu wasit dalam pertandingan dan tayangan ulang pertandingan di televisi.
"Saya selalu meminta (Hawk-Eye) karena itu memberi saya waktu istirahat beberapa saat di lapangan. Saya merasa itu akan bermanfaat bagi saya dan untuk pekerjaan saya, bahwa saya bisa lebih baik jika saya mengombinasikannya dan tidak berada di kursi terus-menerus,"katanya.
"Saya pikir salah satu bagian yang baik dari melakukan pekerjaan itu untuk ketua wasit masa depan dan yang datang adalah kenyataan bahwa Anda bisa melihat banyak wasit lainnya, dan Anda bisa melihat banyak situasi dari mana Anda bisa belajar."
Keinginan untuk terus belajar inilah yang menyebabkan perubahan karier terbarunya: bekerja dengan grup manajemen turnamen APG atau Ace Pro Group.
APG adalah organisasi manajemen acara yang memiliki dan mengoperasikan beberapa acara tenis di seluruh Asia sepanjang tahun ini, termasuk Zhengzhou Open tingkat Utama, yang memulai debutnya dalam tur minggu lalu. Ini juga menyediakan layanan konsultasi, selain mewakili sejumlah pemain tenis dari seluruh dunia.
’’Saya sangat bangga menjadi bagian dari tim APG yang hebat, dengan siapa kami bekerja keras setiap hari untuk memberikan acara-acara ini dengan standar tertinggi. Kami adalah tim multi-nasional di sini, dibentuk menjadi satu, dengan tujuan dan visi yang sama,"jelas Vreg.
’’Anda tidak menyadari, ketika Anda tidak bekerja di belakang layar, seberapa banyak sebenarnya pekerjaan itu dan itulah yang saya minati: untuk mencari tahu, dan untuk belajar, berapa banyak pekerjaan yang dilakukan selama minggu-minggu ini. Bahwa kita baru saja datang - di mana semuanya disuguhkan, selesai, dan Anda hanya melihat paket terakhir.’’
’’Saya ingin merasakan berapa banyak orang yang perlu diinput, dan apa yang perlu mereka lakukan agar semuanya bekerja untuk kita semua yang baru muncul di sana selama seminggu.’’
Anja Vreg di tengah jeda memimpin pertandingan di Roma, Italia.
Dari pemain menjadi pejabat hingga manajer operasi, Vreg telah melihat lebih banyak sisi lapangan tenis daripada sebagian besar selama dekade terakhir - dan ingin menyebarkannya ke generasi berikutnya.
’’Saya pikir tenis adalah olahraga yang hebat dan sebagian besar orang yang ada di dalamnya, mereka melakukannya untuk hasrat dan cinta," katanya.
’’Ada banyak emosi yang terlibat di dalamnya, dan itu adalah olahraga yang sangat emosional. Saya pikir itu dapat memberi Anda banyak peluang besar baik dalam perspektif, pribadi dan profesional, dalam karir apa pun yang Anda kejar.’’
Berbekal pengalaman sebagai petenis, wasit tenis, Vreg mengirimkan pesan kepada generasi muda yang tertarik tenis. ’’Hal paling penting yang bisa saya katakan untuk kaum muda yang memutuskan untuk terlibat dalam tenis sejak dini adalah untuk melanjutkan pendidikan. Saya yakin sangat penting untuk mendapatkan pendidikan tinggi dan memperluas wawasan Anda, karena itu memberi Anda pilihan di kemudian hari dalam hidup, jika Anda ingin melakukan perubahan,’’paparnya.
"Jika sedang dalam tur, dan bepergian serta menjadi aktif, pergi dari satu tempat ke tempat lain adalah sesuatu yang sesuai dengan profil dan karakter Anda, maka tenis jelas merupakan sesuatu yang dapat dijelajahi. Ini bisa memberi Anda begitu banyak manfaat, begitu banyak kenangan dan pengalaman yang sulit untuk dilalui melalui pekerjaan lain.’’
(aww)