Cerita di Balik Sejarah Indonesia Juara Dunia Bulu Tangkis Junior

Minggu, 06 Oktober 2019 - 18:37 WIB
Cerita di Balik Sejarah Indonesia Juara Dunia Bulu Tangkis Junior
Cerita di Balik Sejarah Indonesia Juara Dunia Bulu Tangkis Junior
A A A
KAZAN - Ada cerita di balik kemenangan Indonesia atas China dengan skor 3-1 di final Piala Suhandinata 2019 di Kazan, Rusia. Saat Indonesia unggul 2-0, bayang-bayang terulangnya kegagalan menjadi juara Asia muncul.

Juara bertahan China sempat mencuri poin setelah tunggal putra, Liu Liang menang atas Bobby Setiabudi di partai ketiga. Kejadian itu mengingatkan final Kejuaraan Asia Junior melawan Thailand. Indonesia yang sempat unggul 2-0 akhirnya gagal juara setelah kalah 2-3.

"Perjuangan anak-anak betul-betul luar biasa. Sebenarnya kami bisa menang 3-0. Waktu kejadian Bobby (Setiabudi), sempat kepikiran jangan-jangan keulang lagi final AJC (Asia Junior Championships 2019), sudah unggul 2-0 akhirnya kalah. Tapi saya langsung singkirkan pikiran begitu. Saya yakin kalau kita tetap bisa, yakin terus, akhirnya bisa menang 3-1," ujar Susy Susanti, Manajer Tim Indonesia seperti dikutip dari Badmintonindonesia.org.

Ganda putri Febriana Dwipuji Kusuma/Putri Syaikah menjadi penentu kemenangan Indonesia setelah mengalahkan Li Yi Jing/Tan Ning dengan skor 16-21, 25-23, 21-13. Duet Putri/Febriana merupakan pasangan dadakan.Putri biasanya berpasangan dengan Nita Violina.

"Ganda putri kita waktu lawan Thailand di semifinal kemarin masih agak kurang maksimal. Jadi kami pikir harus ada gebrakan-gebrakan lain, jadi musuh tidak menyangka. Kami sudah melihat gebrakan di ganda campuran itu berhasil di semifinal, akhirnya kami memberanikan diri untuk ubah strategi di ganda putri di final, ternyata berhasil juga," jelas Susy.

Poin pertama disumbangkan ganda campuran Daniel Marthin/Indah Cahya Sari Jamil etelah mengalahkan Feng Yan Zhe/Lin Fang Ling dengan skor 21-18, 18-21, 21-11. Duet Daniel/Indah juga pasangan dadakan. Biasanya, Indah berduet dengan Leo Rolly Carnando.

"Strategi utak-atik pasangan berhasil karena para pelatih sudah menyiapkan. Para pemain kan sudah sering ketemu lawannya, sudah dipelajari mainnya," kata Susy.

Di partai kedua, Putri Kusuma Wardani meraih kemenangan atas Zhou Meng dengan skor 21-18, 20-22, 21-14. Indonesia nyaris menang sempurna 3-0 setelah Bobby Setiabudi berhasil menciptakan kedudukan 20-16 dan hanya butuh satu lagi champion point. Sayangnya, Bobby harus mengakui keunggulan Liu Liang dengan skor 17-21, 21-17, 20-22.

Sukses merebut Piala Suhandinata adalah yang pertama bagi Indonesia sejak pertama kali digelar pada tahun 2000. Setelah tiga kali gagal di final pada tahun 2013, 2014 dan 2015, Indonesia akhirnya naik podium tertinggi dan menjadi tim beregu terbaik dunia di kelas U-19.
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4618 seconds (0.1#10.140)