Mayoritas Karateka Pelatnas SEA Games Lolos ke PON 2020
A
A
A
JAKARTA - Para karateka Pelatnas SEA Games 2019 menguasai Kejurnas Pra-Kualifikasi PON 2020. Dari 17 karateka, 16 di antaranya lolos ke Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2020 setelah merebut tiket PON melalui seleksi ketat pada kejurnas di Hall Basket Senayan Jakarta, yang berakhir Rabu (6/11/2019).
Satu-satunya karateka pelatnas yang tidak lolos ke Papua adalah Rifki Ardiansyah Arrosyiid asal Jawa Timur. Karateka peraih medali emas Asian Games 2018 Jakarta tersebut gagal merebut tiket PON 2020 Papua setelah dikalahkan Kadek Krisna Dwi Antara asal Bali pada babak utama. Begitu pula pada kesempatan kedua dia kalah hantai dari karateka Sulawesi Tenggara Nyondris Puamalo.
Di luar Rifki, seluruhnya menunjukkan performa terbaik. Sebut saja Ahmad Zigi Zaresta Yuda asal Nusa Tenggara mampu menjadi yang terbaik di nomor kata perorangan putra.
Begitu juga Sandy Firmansyah asal Jawa Barat (kumite -75 kg putra), Cokorda Istri Agung Sanistyarani dari Bali (kumite -55 kg putri), Ceyco Georgia asal DKI Jakarta (kumite -68 kg putri), Daniel Hutapea asal Sumatera Utara (kumite +84 kg putra), dan Tebing Hutapea asal DKI Jakarta di kumite -67 kg putra, mampu menjadi nomor satu. Sementara sebagian lainnya, meski tidak menjadi peringkat pertama, tapi masuk dalam delapan besar di kelasnya, sehingga mereka tetap lolos ke PON 2020 Papua.
“Pada Kejurnas Pra-PON 2019 ini, target kami bukan mengharuskan mereka berada peringkat satu. Tapi, memang hampir seluruhnya atlet pelatnas ada di peringkat satu. Yang penting mereka mampu menjaga ritme di pelatnas, sehingga tetap siap di SEA Games yang tinggal tersisa 25 hari lagi,” ujar Sekretaris Jenderal PB Forki Raja Sapta Ervian, seusai penutupan Pra-PON.
Menurut Eyi, panggilan akrab Raja Sapta Ervian, saat ini kondisi pelatnas masuk pada bulan prakompetisi. Karena itu, dia berharap kondisi atlet yang berada di aura bertanding itu bisa dipertahankan.
“Kalaupun pada sisa 25 hari ini mereka butuh treatmen khusus atau sedikit recovery, tetapi secara keseluruhan tidak ada yang major. Tapi yang namanya bertanding, benturan-benturan itu biasa, karena mereka dilatih untuk itu,” tegas bos OSO Group tersebut.
Yang jelas, secara keseluruhan tuan rumah DKI Jakarta mampu mengoleksi 4 medali emas, 2 perak, dan 2 perunggu pada Kejurnas Pra-PON 2019 tersebut. Sementara Jawa Barat berada di posisi kedua dengan 3 emas, 1 perak, dan 5 perunggu. Diikuti Sulawesi Selatan dengan 2 emas, 2 perak, dan 2 perunggu.
”Alhamdulillah dari 19 karateka asal DKI yang ikut pada Pra-PON ini, yang lolos (ke Papua) 14 orang. Dan kami juga bangga bisa menyelenggarakan event dengan maksimal,” ujar Ketua Umum Forki Provinsi DKI Jakarta Meitra Mivida yang juga Ketua Pelaksana Kejuaraan Pra-PON 2019.
Satu-satunya karateka pelatnas yang tidak lolos ke Papua adalah Rifki Ardiansyah Arrosyiid asal Jawa Timur. Karateka peraih medali emas Asian Games 2018 Jakarta tersebut gagal merebut tiket PON 2020 Papua setelah dikalahkan Kadek Krisna Dwi Antara asal Bali pada babak utama. Begitu pula pada kesempatan kedua dia kalah hantai dari karateka Sulawesi Tenggara Nyondris Puamalo.
Di luar Rifki, seluruhnya menunjukkan performa terbaik. Sebut saja Ahmad Zigi Zaresta Yuda asal Nusa Tenggara mampu menjadi yang terbaik di nomor kata perorangan putra.
Begitu juga Sandy Firmansyah asal Jawa Barat (kumite -75 kg putra), Cokorda Istri Agung Sanistyarani dari Bali (kumite -55 kg putri), Ceyco Georgia asal DKI Jakarta (kumite -68 kg putri), Daniel Hutapea asal Sumatera Utara (kumite +84 kg putra), dan Tebing Hutapea asal DKI Jakarta di kumite -67 kg putra, mampu menjadi nomor satu. Sementara sebagian lainnya, meski tidak menjadi peringkat pertama, tapi masuk dalam delapan besar di kelasnya, sehingga mereka tetap lolos ke PON 2020 Papua.
“Pada Kejurnas Pra-PON 2019 ini, target kami bukan mengharuskan mereka berada peringkat satu. Tapi, memang hampir seluruhnya atlet pelatnas ada di peringkat satu. Yang penting mereka mampu menjaga ritme di pelatnas, sehingga tetap siap di SEA Games yang tinggal tersisa 25 hari lagi,” ujar Sekretaris Jenderal PB Forki Raja Sapta Ervian, seusai penutupan Pra-PON.
Menurut Eyi, panggilan akrab Raja Sapta Ervian, saat ini kondisi pelatnas masuk pada bulan prakompetisi. Karena itu, dia berharap kondisi atlet yang berada di aura bertanding itu bisa dipertahankan.
“Kalaupun pada sisa 25 hari ini mereka butuh treatmen khusus atau sedikit recovery, tetapi secara keseluruhan tidak ada yang major. Tapi yang namanya bertanding, benturan-benturan itu biasa, karena mereka dilatih untuk itu,” tegas bos OSO Group tersebut.
Yang jelas, secara keseluruhan tuan rumah DKI Jakarta mampu mengoleksi 4 medali emas, 2 perak, dan 2 perunggu pada Kejurnas Pra-PON 2019 tersebut. Sementara Jawa Barat berada di posisi kedua dengan 3 emas, 1 perak, dan 5 perunggu. Diikuti Sulawesi Selatan dengan 2 emas, 2 perak, dan 2 perunggu.
”Alhamdulillah dari 19 karateka asal DKI yang ikut pada Pra-PON ini, yang lolos (ke Papua) 14 orang. Dan kami juga bangga bisa menyelenggarakan event dengan maksimal,” ujar Ketua Umum Forki Provinsi DKI Jakarta Meitra Mivida yang juga Ketua Pelaksana Kejuaraan Pra-PON 2019.
(bbk)