PB Lemkari Berkomitmen Setia Bersama Sang Pendiri Anton Lesiangi

Sabtu, 09 November 2019 - 18:00 WIB
PB Lemkari Berkomitmen...
PB Lemkari Berkomitmen Setia Bersama Sang Pendiri Anton Lesiangi
A A A
BANDUNG - Munculnya organisasi baru bernama Perkumpulan Karate Do Indonesia yang menggunakan akronim Lemkari dan mengklaim sebagai anggota PB FORKI yang sah tak menggoyahkan sikap dan pendirian dari keluarga besar Perguruan Lembaga Karate Do Indonesia (PB Lemkari) pimpinan Ketua Umum Jeannie Monoarfa.

Keluarga besar Perguruan Besar Lembaga Karate Do Indonesia (PB Lemkari) berikrar akan selalu setia pada sang pendiri yang sesungguhnya yakni Saiko Shihan, Anton Lesiangi. Mereka juga bertekad akan berjuang total untuk meluruskan sejarah sekaligus menegakkan eksistensi PB Lemkari sebagai perguruan yang sah dan diakui oleh Pengurus Besar Federasi Olahraga Karate Do Indonesia (PB FORKI).

Tekad tersebut dicetuskan oleh seluruh peserta kegiatan Sarasehan PB Lemkari di Hotel Isola Bandung, Jumat (8/11) yang terdiri dari atlet, pelatih hingga para Dewan Guru yang bernaung di bawah PB Lemkari yang didirikan pada 1970 oleh Anton Lesiangi.

Hadir Ketua Dewan Guru, William Mantiri dan seluruh anggota yakni Erwin Rofik, Gustav Leneleyan, Rosi Nurasjati, La Zaari, Nuke, Ragiel, Faris dan Toetoes. Turut hadir legenda karate Saleh Alhabsy yang memutuskan kembali ke PB Lemkari Anton Lesiangi.

Sarasehan yang sekaligus menjadi ajang reuni bagi keluarga besar PB Lemkari berlangsung khidmat. Secara bergantian Ketua Dewan Guru, William Mantiri, Anggota Dewan Guru Erwin Rofik dan Gustav Leneleyan dan Pelatih Kombes Pol Toetoes membeberkan fakta sejarah perjuangan Anton Lesiangi mendirikan PB Lemkari yang dirintis sejak 1965.

Momen bersejarah ini diawali dengan sambutan sekaligus pengantar dari Sekretaris Jenderal PB Lemkari yang juga legenda karate Indonesia, Rosi Nurasjati. Dengan perasaan yang campur aduk antara sedih, bangga dan terharu, juara Asia dua kali berturut-turut itu mengungkapkan persoalan organisasi yang sempat membelit perguruan berlambang macan tersebut.

"Sejarah tidak bisa diubah apalagi dimanipulasi. Siapapun tahu pendiri PB Lemkari yang sesungguhnya adalah Saiko Shihan Anton Lesiangi. Dan PB Lemkari merupakan anggota PB FORKI yang sah sesuai AD/ART sejak pertama kali bergabung menjadi anggota pada 1972 dalam Kongres PB FORKI ke-4 di Pandaan Malang, Jawa Timur," tegas Rosi Nurasjati.

"Jadi kalau belakangan ada pihak-pihak yang mengklaim sebagai pendiri PB Lemkari, jelas ngawur. Apalagi berdasarkan dukomen negara di Kemenkumham, nama organisasi mereka adalah Perkumpulan Karate Do Indonesia bukan Lembaga Karate Do Indonesia. Tetapi karena mereka tahu nama PB Lemkari yang didirikan oleh Saiko Shihan Anton Lesiangi merupakan salah satu perguruan terbaik dan terbesar di Indonesia, kemudian mereka menggunakan akronim Lemkari dengan tujuan menguasai Lemkari yang sesungguhnya.

Padahal bagaimana mungkin Perkumpulan Karate Indonesia bisa diakronimkan menjadi Lemkari. Itu namanya Jaka Sembung bawa odol, Ga nyambung dodol," seloroh Rosi.

Meski sempat terkesan tidak netral, sambung Rosi, namun belakangan PB FORKI telah bersikap bijak dan obyektif menghadapi persoalan organisasi yang terjadi di tubuh Pengurus Besar Lembaga Karate Do Indonesia (PB Lemkari) pasca munculnya organisasi baru bernama Perkumpulan Karate Do Indonesia yang didirikan oleh Yuddy Chrisnandi (mantan Menpan RB). Sikap bijak dan objek tersebut ditunjukkan PB FORKI di era kepemimpinan Marsekal TNI Hadi Tjahjanto yang juga Panglima TNI.

Melalui surat resmi PB FORKI menyatakan bahwa perguruan yang sah dan diakui sebagai anggota PB FORKI adalah Perguruan Besar Lembaga Karate Do Indonesia (PB Lemkari). Dengan demikian, surat tersebut secara otomatis menggugurkan surat yang pernah dibuat oleh Sekjen PB FORKI (era Ketua Umum Gatot Nurmantyo), Lumban Sianipar yang isinya mengakui 'kubu sebelah' yaitu Perkumpulan Karate Do Indonesia (menggunakan akronim Lemkari).

"Syukur alhamdullilah PB FORKI akhirnya dapat bersikap bijak dan obyektif dan telah memutuskan bahwa yang sah dan diakui sebagai anggota adalah Perguruan Besar Lembaga Karate Do Indonesia yang didirikan pada 1970 oleh Saiko Shihan, Anton Lesiangi," tandas peraih Medali Perak Dunia ini.

Rosi mengimbau kepada seluruh peserta untuk ikut berperan meluruskan sejarah PB Lemkari dengan cara menyebarluaskan informasi yang sebenarnya tentang sejarah pendirian PB Lemkari. Salah satu cara yang paling efektif, kata Rosi adalah dengan memanfaatkan media sosial.

"Kita jangan diam. Karena kalau kita diam mereka akan terus merajalela dengan seluruh aksi-aksinya untuk merebut PB Lemkari dari tangan kita. Ayo kita lawan menyebarluaskan informasi sejarah pendiri PB Lemkari oleh Anton Lesiangi di medsos masing-masing, misalnya lewat instagram. Agar masyarakat luas mengetahui fakta yang sebenarnya bahwa pendiri PB Lemkari adalah Anton Lesiangi. Tetapi ingat harus tetap menggunakan bahasa yang santun dan tidak melanggar UU ITE," imbau Rosi,"

Menanggapi Ketua Bidang Organisasi Pengcab Lemkari Jeneponto, Sulawesi Selatan, Wayan Sujati yang meminta petunjuk dari PB Lemkari untuk 'membersihkan' Pengcab Lemkari Jeneponto dari pengaruh kubu sebelah, Rosi menyarankan untuk segera menyelenggarakan Musorprovlub seperti yg dilakukan oleh Jawa Barat, Lampung dan Jatim guna membentuk kepengurusan yang baru yang komit dan setia bersama PB Lemkari yang didirikan oleh Anton Lesiangi.

Hal senada dikatakan Ketua dan anggota Dewan Guru PB Lemkari, yaitu William Mantiri, Erwin Rofik dan Gustav Leneleyan. Sebagai saksi hidup sejarah pendirian PB Lemkari, mereka bertiga menegaskan hanya ada satu Pengurus Besar Lembaga Karate Do Indonesia yaitu PB. LEMKARI yang didirikan oleh Anton Lesiangi pada 1970 dan disahkan serta diterima menjadi anggota PB FORKI pada Kongres IV PB FORKI 1972 di Pandaan Malang sekaligus Kongres I bagi PB Lemkari.

"Sejarah tidak bisa diubah apalagi dihapus. Fakta sejarah pendiri Lemkari adalah Anton Lesiangi. Pada 1965 sekembalinya Pak Anton Lesiangi dari pendidikan di Jepang, beliau membawa karate beraliran "Shoto" (Shotokan) ke Indonesia.

Kemudian mendirikan Perkumpulan Olahraga Karate Indonesia (PORKI) yang menjadi cikal bakal lahirnya PB FORKI. Setelah itu pada 1972 mendirikan Pengurus Besar Lembaga Karate Do Indonesia. Itulah fakta sejarah yang sebenarnya. Jadi jangan melupakan sejarah. Karena barang siapa yang melupakan sejarah akan kualat," tukas anggota Dewan Guru PB Lemkari, Erwin Rofik.

Dualisme kepengurusan di PB Lemkari bermula dari Kongres Lemkari di Ancol Jakarta pada 20 Februari 2016. Kongres yang mengangkat Ketua Umum PB Lemkari Yuddy Chrisnandi, tersebut dinilai tidak sah karena selain tidak kuorum juga sarat dengan ketidaksepakatan dan dihujani interupsi yang terus menerus.
Persoalan semakin meruncing karena dalam perjalanannya Yuddy bersama kepengurusannya secara sepihak merubah AD/ART tanpa sepengetahuan pendiri Lemkari berdasarkan akta notaris yang dibuat pada 1970 yaitu Anton Lesiangi.

Yuddy juga melakukan pelanggaran lain yaitu mencabut gelar Saiko Sihan dari Sang Pendiri, serta memecat beberap sabuk hitam termasuk William Mantiri, Rosi Nurasjati, La Zaari dan masih banyak yang lainnya, yang justru mereka adalah pelaku sejarah Karate, bahkan kemudian mendirikan badan hukum melalui Kemenkumham dengan nama Perkumpulan Karate-Do Indonesia dengan tetap menggunakan akronim Lemkari.Singkat cerita berdasarkan kewenangannya sebagaimana tercantum dalam akta pendirian Anton Lesiangi kemudian memutuskan membekukan kepengurusan Ketua Umum Yuddy Chrisnandi dan membentuk Care Taker hingga diadakan Munaslub Lemkari di Sidoarjo Jawa Timur pada 6 Agustus 2017.

Pada Munaslub tersebut terpilih secara aklamasi Ketua Umum PB Lemkari Jeannie Z Monoarfa. Meski telah diturunkan dari jabatan Ketua Umum Lemkari namun Yuddy Chrisnandi masih tetap mengklaim sebagai kepengurusan yang sah. Bahkan Yuddy melayangkan gugatan secara organisatoris ke Pengadilan Negeri dan secara hukum ke Kemenkumham untuk mencabut SK pendiri Lemkari atas nama Anton Lesiangi. Perkembangan terbaru kedua kubu sama-sama mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung.
(sha)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1048 seconds (0.1#10.140)