Race Ultra 'Tambora Challenge 320K 2020' Diharapkan Jadi Ikon Pariwisata di Sumbawa
A
A
A
JAKARTA - Memasuki tahun ke 6, ajang lari ultra maraton bertajuk 'Kompas Tambora Challenge 320K 2020' akan kembali digelar pada 22-25 Juli 2020 di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Race ultra maraton dengan rute terekstrim dan terpanjang se-Asia Tengaara ini, diharapkan mampu menjadi ikon yang mengangkat pariwisata di Sumbawa.
Tahun ini, Kompas Tambora Challenge 320K akan melewati rute yang sama dengan tahun sebelumnya, dimulai dari Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat dan berakhir di Doro Ncanga, Kabupaten Dompu. Sepanjang rute, para pelari akan melalui rute jalan provinsi yang sepi dan tenang dengan pemandangan yang indah di sepanjang pesisir pantai dengan rata-rata ketinggian di bawah 80 meter dengan kondisi geografis dan cuaca yang ekstrim di Pulau Sumbawa, yang tentunya akan membuat race ini lebih menantang untuk ditaklukkan.
Race ultra maraton ini masih akan mempertandingkan 2 kategori yaitu, individual dan relay baik putra maupun putri. Peserta kategori individual akan menempuh jarak 320 KM seorang diri, sedangkan peserta dalam kategori relay akan terdiri dari dua pelari yang secara bergantian akan menempuh jarak masing-masing 160 KM.
Berdasarkan evaluasi, kemampuan peserta semakin meningkat setiap tahunnya. Terbukti dengan mampunya mereka mencapai garis finis kurang dari 65 jam, sehingga tahun ini cut off time (COT) atau batas waktu tempuh pelari diperpendek dari 68 jam menjadi 64 jam untuk kategori individu, dan 60 jam untuk kategori relay/beranting. Perubahan COT di Kompas Tambora Challenge 320K tahun ini tentunya akan semakin menantang para peserta untuk mempersiapkan diri lebih baik lagi.
Selain tantangan batas waktu yang semakin dipersempit, tahun ini Kompas Tambora Challenge 320K akan memberikan apresiasi tambahan berupa hadiah bagi para pelari yang berhasil memecahkan rekor catatan waktu tahun sebelumnya. Diharapkan akan lebih banyak peserta yang berpartisipasi di tahun ini, dan tidak akan menutup kemungkinan untuk membuka kesempatan bagi pelari elite internasional untuk mengikuti ajang lomba ulta maraton ini.
Di luar tantangan yang akan dihadapi, pelari sebenarnya diharapkan dapat tetap menikmati indahnya pesona tana samawa. Seperti yang diungkapkan Hendra Siswanto, podium pertama kategori individu putra tahun 2019, “Race adalah saatnya selebrasi, kita nikmati perjalanannya, kita sapa para penduduknya, dan kita nikmati keindahan bumi Sumbawa," dalam konferensi pers di Papa Ron's Pizza Cafe, TVRI Senayan, Jakarta, Jumat (21/2/2020).
Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkieflimansyah yang hadir dalam konferensi pers tersebut mengatakan, Kompas Tambora Challenge 320K diharapkan mampu menjadi ikon yang mengangkat pariwisata di Sumbawa. Pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat siap untuk mendukung Pelaksanaan Kompas Tambora Challenge 320K tahun ini.
"Kalau di Lombok kami sudah punya Mandalika Sirkuit, semoga Kompas Tambora Challenge 320K ini dapat menjadi olahraga yang digemari oleh masyarakat. Kami akan mengangkat budaya juga di sini. Saya akan koordinasi dengan kepala dinas pariwisata kami, sehingga nantinya dapat meningkatkan pariwisata di Sumbawa," ujar Zulkieflimansyah.
Ia juga siap membantu pihak penyelenggara untuk memeriahkan Kompas Tambora Challenge tahun ini. Tak hanya itu, ia pun mengharapkan event tersebut dapat menginspirasi masyarakat NTB serta masyarakat Indonesia nantinya.
Senada juga diungkapkan Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas, Budiman Tanuredjo. Menurutnya, ajang lari ultra maraton 'Kompas Tambora Challenge 320K' akan menghadirkan tantangan baru dalam pelaksanaan keenam kalinya, yakni .waktu tempuh (cut off time) yang dipersingkat sekitar empat jam serta kondisi suhu yang lebih ekstrim dari pelaksanaan tahun 2019.
"Tahun lalu COT di nomor individu 68 jam, di tahun ini menjadi 64 jam. Sedangkan untuk nomor individu menjadi 60 jam. Ada hadiah tambahan bagi peserta yang bisa menuntaskan batasan maksimal ini," kata Budiman Tanuredjo.
Budiman menjelaskan, pemotongan COT ini disesuaikan dengan capaian yang diraih peserta pada tahun-tahun sebelumnya yang sebagian besar bisa menyelesaikan larinya di bawah batas waktu yang sudah ditentukan.
Bahkan, pada nomor individu putri tahun 2019 sempat terjadi perebutan peringkat kedua, yang menandakan ajang lari maraton sejauh 320 kilometer yang dimulai dari Desa Poto Tano dan berakhir di Sabana Doro Ncanga Sumbawa ini berlangsung secara kompetitif.
"Semakin ke sini makin banyak yang bisa masuk finis, bahkan sempat terjadi perebutan podium, hal ini tentu membanggakan untuk ajang lari ultra maraton. Selain itu, kami lihat waktu finis yang diselesaikan peserta pun bisa semakin pendek," pungkas Budiman menjelaskan.
Selain waktu tempuh yang dikurangi, Tambora Challenge 2020 juga mengandung tantangan baru dari aspek cuaca. Jika sebelumnya digelar pada bulan Mei, Tambora Challenge tahun ini mundur menjadi Juli dengan suhu malam hari yang lebih dingin dibanding Mei.
Race Director Tambora Challenge Lexi Rohi menjelaskan pada Juli suhu di Pulau Sumbawa dan sekitarnya akan lebih ekstrim akibat pengaruh angin musim dari Benua Australia. Dampaknya, suhu di siang hari akan lebih panas dan akan menjadi lebih dingin pada malam hari jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.
"Terkait cuaca juga agak ekstrim karena dingin pengaruh dari Australia. Semoga finisher tahun ini cukup banyak. Untuk start, dulu jam tiga sore (WITA), sekarang menjadi jam empat sore. Waktunya kami mundurkan satu jam semoga bisa membuat peserta terpancing agar bisa lebih mematangkan strategi," kata Lexi.
Dia berharap dengan adanya perubahan tantangan terhadap pelari di tahun ini, peserta yang akan ikut bertanding nanti akan lebih siap menyusun strategi menaklukkan “jalur neraka” Sumbawa. Hal lain yang menarik dari Pelaksanaan lomba ultra-marathon ini, masyarakat luas dapat mengikuti perjalanan pelari-pelari tangguh yang mereka dukung melalui fitur live tracking yang dapat diakses di official website Kompas Tambora Challenge 320K.
Ultra Maraton Tambora Challenge 320K berhadiah Rp35 juta bagi peringkat satu nomor individu, peringkat dua Rp28 juta, dan peringkat tiga Rp21 juta. Sedangkan di nomor relay, peringkat satu sebesar Rp30 juta, peringkat dua Rp25 juta, dan peringkat tiga Rp20 juta.
Tahun ini, Kompas Tambora Challenge 320K akan melewati rute yang sama dengan tahun sebelumnya, dimulai dari Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat dan berakhir di Doro Ncanga, Kabupaten Dompu. Sepanjang rute, para pelari akan melalui rute jalan provinsi yang sepi dan tenang dengan pemandangan yang indah di sepanjang pesisir pantai dengan rata-rata ketinggian di bawah 80 meter dengan kondisi geografis dan cuaca yang ekstrim di Pulau Sumbawa, yang tentunya akan membuat race ini lebih menantang untuk ditaklukkan.
Race ultra maraton ini masih akan mempertandingkan 2 kategori yaitu, individual dan relay baik putra maupun putri. Peserta kategori individual akan menempuh jarak 320 KM seorang diri, sedangkan peserta dalam kategori relay akan terdiri dari dua pelari yang secara bergantian akan menempuh jarak masing-masing 160 KM.
Berdasarkan evaluasi, kemampuan peserta semakin meningkat setiap tahunnya. Terbukti dengan mampunya mereka mencapai garis finis kurang dari 65 jam, sehingga tahun ini cut off time (COT) atau batas waktu tempuh pelari diperpendek dari 68 jam menjadi 64 jam untuk kategori individu, dan 60 jam untuk kategori relay/beranting. Perubahan COT di Kompas Tambora Challenge 320K tahun ini tentunya akan semakin menantang para peserta untuk mempersiapkan diri lebih baik lagi.
Selain tantangan batas waktu yang semakin dipersempit, tahun ini Kompas Tambora Challenge 320K akan memberikan apresiasi tambahan berupa hadiah bagi para pelari yang berhasil memecahkan rekor catatan waktu tahun sebelumnya. Diharapkan akan lebih banyak peserta yang berpartisipasi di tahun ini, dan tidak akan menutup kemungkinan untuk membuka kesempatan bagi pelari elite internasional untuk mengikuti ajang lomba ulta maraton ini.
Di luar tantangan yang akan dihadapi, pelari sebenarnya diharapkan dapat tetap menikmati indahnya pesona tana samawa. Seperti yang diungkapkan Hendra Siswanto, podium pertama kategori individu putra tahun 2019, “Race adalah saatnya selebrasi, kita nikmati perjalanannya, kita sapa para penduduknya, dan kita nikmati keindahan bumi Sumbawa," dalam konferensi pers di Papa Ron's Pizza Cafe, TVRI Senayan, Jakarta, Jumat (21/2/2020).
Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkieflimansyah yang hadir dalam konferensi pers tersebut mengatakan, Kompas Tambora Challenge 320K diharapkan mampu menjadi ikon yang mengangkat pariwisata di Sumbawa. Pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat siap untuk mendukung Pelaksanaan Kompas Tambora Challenge 320K tahun ini.
"Kalau di Lombok kami sudah punya Mandalika Sirkuit, semoga Kompas Tambora Challenge 320K ini dapat menjadi olahraga yang digemari oleh masyarakat. Kami akan mengangkat budaya juga di sini. Saya akan koordinasi dengan kepala dinas pariwisata kami, sehingga nantinya dapat meningkatkan pariwisata di Sumbawa," ujar Zulkieflimansyah.
Ia juga siap membantu pihak penyelenggara untuk memeriahkan Kompas Tambora Challenge tahun ini. Tak hanya itu, ia pun mengharapkan event tersebut dapat menginspirasi masyarakat NTB serta masyarakat Indonesia nantinya.
Senada juga diungkapkan Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas, Budiman Tanuredjo. Menurutnya, ajang lari ultra maraton 'Kompas Tambora Challenge 320K' akan menghadirkan tantangan baru dalam pelaksanaan keenam kalinya, yakni .waktu tempuh (cut off time) yang dipersingkat sekitar empat jam serta kondisi suhu yang lebih ekstrim dari pelaksanaan tahun 2019.
"Tahun lalu COT di nomor individu 68 jam, di tahun ini menjadi 64 jam. Sedangkan untuk nomor individu menjadi 60 jam. Ada hadiah tambahan bagi peserta yang bisa menuntaskan batasan maksimal ini," kata Budiman Tanuredjo.
Budiman menjelaskan, pemotongan COT ini disesuaikan dengan capaian yang diraih peserta pada tahun-tahun sebelumnya yang sebagian besar bisa menyelesaikan larinya di bawah batas waktu yang sudah ditentukan.
Bahkan, pada nomor individu putri tahun 2019 sempat terjadi perebutan peringkat kedua, yang menandakan ajang lari maraton sejauh 320 kilometer yang dimulai dari Desa Poto Tano dan berakhir di Sabana Doro Ncanga Sumbawa ini berlangsung secara kompetitif.
"Semakin ke sini makin banyak yang bisa masuk finis, bahkan sempat terjadi perebutan podium, hal ini tentu membanggakan untuk ajang lari ultra maraton. Selain itu, kami lihat waktu finis yang diselesaikan peserta pun bisa semakin pendek," pungkas Budiman menjelaskan.
Selain waktu tempuh yang dikurangi, Tambora Challenge 2020 juga mengandung tantangan baru dari aspek cuaca. Jika sebelumnya digelar pada bulan Mei, Tambora Challenge tahun ini mundur menjadi Juli dengan suhu malam hari yang lebih dingin dibanding Mei.
Race Director Tambora Challenge Lexi Rohi menjelaskan pada Juli suhu di Pulau Sumbawa dan sekitarnya akan lebih ekstrim akibat pengaruh angin musim dari Benua Australia. Dampaknya, suhu di siang hari akan lebih panas dan akan menjadi lebih dingin pada malam hari jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.
"Terkait cuaca juga agak ekstrim karena dingin pengaruh dari Australia. Semoga finisher tahun ini cukup banyak. Untuk start, dulu jam tiga sore (WITA), sekarang menjadi jam empat sore. Waktunya kami mundurkan satu jam semoga bisa membuat peserta terpancing agar bisa lebih mematangkan strategi," kata Lexi.
Dia berharap dengan adanya perubahan tantangan terhadap pelari di tahun ini, peserta yang akan ikut bertanding nanti akan lebih siap menyusun strategi menaklukkan “jalur neraka” Sumbawa. Hal lain yang menarik dari Pelaksanaan lomba ultra-marathon ini, masyarakat luas dapat mengikuti perjalanan pelari-pelari tangguh yang mereka dukung melalui fitur live tracking yang dapat diakses di official website Kompas Tambora Challenge 320K.
Ultra Maraton Tambora Challenge 320K berhadiah Rp35 juta bagi peringkat satu nomor individu, peringkat dua Rp28 juta, dan peringkat tiga Rp21 juta. Sedangkan di nomor relay, peringkat satu sebesar Rp30 juta, peringkat dua Rp25 juta, dan peringkat tiga Rp20 juta.
(mir)