Akibat Pandemi Virus Corona, Ancelotti : Sepak Bola di Titik Nadir
A
A
A
LIVERPOOL - Pelatih Everton Carlo Ancelotti tak yakin kompetisi Liga Primer Inggris bisa dirampungkan di tengah ancaman virus corona. Menurutnya sekarang ini sepak bola ada di titik nadir akibat gempuran COVID-19.
"Kami sama sekali tidak mengisolasi diri, tetapi beberapa tindakan pencegahan datang setelah seorang pemain demam. Terpenting sekarang suhu para pemain sudah menurun," katanya kepada La Gazzetta dello Sport, Minggu (15/3).
"Liga Primer akhirnya berhenti, dan ini soal waktu. Itu adalah keputusan yang tepat untuk menghadapi skenario. Kami tidak bisa melanjutkan. Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi semua orang, tim, penggemar, media, semua orang yang bekerja di sepak bola."
"Secara teori, kami harus kembali bekerja pada 22 Maret, tetapi jika situasinya memburuk, bagaimana kami bisa memikirkannya? Jika virus corona masih menyebar dengan cepat, sepak bola tidak dapat dilanjutkan," paparnya.
"Sepak bola terhitung nol saat ini dan membuat saya jengkel untuk membicarakannya, dihadapkan dengan tragedi yang terjadi di depan mata kita. Ini adalah pandemi, situasi yang belum pernah kita alami sebelumnya."
Ada lebih dari 21.000 kasus virus corona yang dikonfirmasi di Italia, dengan hampir 1.500 berujung kematian. Sementara 21 orang telah meninggal di Inggris.
Pelatih asal Italia itu tidak yakin dengan komentar dari Perdana Menteri Inggris Boris Johnson yang menyarankan bahwa kehidupan harus berlanjut seperti biasa. "Jumlah kematian di Italia mengerikan. Dalam satu hari, 250 orang meninggal. Prioritasnya adalah berkonsentrasi pada pertarungan ini, sisanya tidak masalah," kata Ancelotti.
"Italia dipaksa untuk memahami bahwa sudah waktunya untuk berhenti. Mereka harus menghormati perintah dan tinggal di rumah, untuk menghormati diri sendiri dan orang lain selama perang ini."
"Saya menonton pidato Boris Johnson di TV dan tampaknya seseorang di sini belum menyadari gawatnya situasi. Hidup berlanjut seperti biasa, sampai taraf tertentu," pungkas Ancelotti.
"Kami sama sekali tidak mengisolasi diri, tetapi beberapa tindakan pencegahan datang setelah seorang pemain demam. Terpenting sekarang suhu para pemain sudah menurun," katanya kepada La Gazzetta dello Sport, Minggu (15/3).
"Liga Primer akhirnya berhenti, dan ini soal waktu. Itu adalah keputusan yang tepat untuk menghadapi skenario. Kami tidak bisa melanjutkan. Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi semua orang, tim, penggemar, media, semua orang yang bekerja di sepak bola."
"Secara teori, kami harus kembali bekerja pada 22 Maret, tetapi jika situasinya memburuk, bagaimana kami bisa memikirkannya? Jika virus corona masih menyebar dengan cepat, sepak bola tidak dapat dilanjutkan," paparnya.
"Sepak bola terhitung nol saat ini dan membuat saya jengkel untuk membicarakannya, dihadapkan dengan tragedi yang terjadi di depan mata kita. Ini adalah pandemi, situasi yang belum pernah kita alami sebelumnya."
Ada lebih dari 21.000 kasus virus corona yang dikonfirmasi di Italia, dengan hampir 1.500 berujung kematian. Sementara 21 orang telah meninggal di Inggris.
Pelatih asal Italia itu tidak yakin dengan komentar dari Perdana Menteri Inggris Boris Johnson yang menyarankan bahwa kehidupan harus berlanjut seperti biasa. "Jumlah kematian di Italia mengerikan. Dalam satu hari, 250 orang meninggal. Prioritasnya adalah berkonsentrasi pada pertarungan ini, sisanya tidak masalah," kata Ancelotti.
"Italia dipaksa untuk memahami bahwa sudah waktunya untuk berhenti. Mereka harus menghormati perintah dan tinggal di rumah, untuk menghormati diri sendiri dan orang lain selama perang ini."
"Saya menonton pidato Boris Johnson di TV dan tampaknya seseorang di sini belum menyadari gawatnya situasi. Hidup berlanjut seperti biasa, sampai taraf tertentu," pungkas Ancelotti.
(bbk)