Pesta bola di tengah kemurungan krisis

Jum'at, 08 Juni 2012 - 13:09 WIB
Pesta bola di tengah kemurungan krisis
Pesta bola di tengah kemurungan krisis
A A A
Sindonews.com - Piala Eropa yang dimulai nanti malam adalah sebuah pesta besar. Sebuah extravaganza.Tentang ini, kita semua sudah tahu.

Kita bersiap menyambut tontonan mengasyikkan dari para seniman bola, mulai dari Cristiano Ronaldo, Mario Gomez, Robin van Persie, sampai Wayne Rooney. Perhelatan akbar sepak bola, sebagaimana halnya perhelatan musik, selalu bisa menembus sekat-sekat bangsa, suku, agama, bahasa, kebudayaan, dan seterusnya. Pendeknya, sepak bola adalah hal yang universal. Namun, pesta bola kali ini agak berbeda.

Di balik kemegahan turnamen, sesungguhnya Eropa sedang murung, karena terlanda krisis ekonomi yang akut. Di balik gemerlap La Liga Spanyol yang kita tonton di televisi pada dini hari setiap akhir pekan, sebenarnya Spanyol sedang didera pengangguran yang dahsyat. Angka penganggurannya mencapai 24%, atau lebih tinggi daripada Yunani (21%). Sementara pengangguran di Zona Eropa, rata-rata sekitar 10%. Lebih dahsyat lagi adalah pengangguran anakanak muda (youth unemployment) Spanyol yang mencapai 40%. Sungguh merupakan deretan angka yang menyeramkan.

Padahal, Spanyol adalah juara bertahan Piala Eropa, di samping juara Piala Dunia 2010. Dalam berbagai seminar, saya sering bercanda, Indonesia harus bersyukur tidak memiliki kesebelasan nasional yang berprestasi. Mengapa? Karena, negara-negara di zona euro yang kini terkena krisis hebat, semuanya memiliki prestasi sepak bola hebat.Yunani adalah juara Eropa 2004, Italia adalah negaranya AC Milan, Juventus, dan Inter Milan yang gemerlap, Spanyol juara dunia, dan Portugal memiliki Ronaldo.

Dengan logika ini, perekonomian Indonesia akan kebal terhadap krisis, dengan alasan prestasi PSSI sangat minim, bahkan nyaris kalah saat uji coba melawan Filipina di Manila, Selasa (5/6) malam. Saingan terberat Spanyol kali ini adalah Jerman. Kalau keduanya muncul di final, pasti bakal mantap. Timnas Spanyol dimotori pemain-pemain dari dua klub terbesar, Real Madrid dan Barcelona. Sementara Jerman juga sesak dihuni pemain dari dua klub, Bayern Muenchen dan Borussia Dortmund.

Secara ekonomi, kebetulan keduanya kontras. Spanyol adalah negara yang perekonomiannya sedang sakit digerogoti pengangguran, sedangkan Jerman adalah jangkar (anchor) perekonomian zona euro, yang tugasnya adalah menolong negara-negara Eropa yang sakit, termasuk Spanyol. Dari kalkulasi ekonomi, ”semestinya” Jerman bakal menang. Perekonomiannya lebih kuat daripada Spanyol.

Namun, prestasi sepak bola tentu saja tidak bisa dikaitkan dengan ekonomi. Lupakan status ekonomi sebuah negara untuk memprediksi skor bola. Namun, terlepas dari itu, saya terkesan pada Jerman.Tim ini adalah yang paling muda, dengan rata-rata usia pemainnya 24 tahun.

Manajernya yang flamboyan, Joachim Loew, bahkan prestasinya lebih berkilap dibandingkan pendahulunya, Juergen Klinsmann. Jerman merupakan tim yang merata di semua lini. Kiper Manuel Neuer (Bayern) sangat fantastis, meski kalah adu penalti saat melawan Chelsea di final Liga Champions. Barisan belakangnya juga rapat, dipimpin Philip Lahm yang didampingi Jerome Boateng (Bayern), Holger Badstuber (Bayern), dan Per Mertesacker (Arsenal).

Barisan tengah dipimpin Mesut Oezil (Real Madrid) dan Bastian Schweinsteiger (Bayern), didampingi Sami Khedira (Madrid), dengan pilihan Toni Kroos (Bayern) atau Mario Goetze (Dortmund). Di depan ada Gomez (Bayern), Thomas Mueller (Bayern), di samping Miroslav Klose (Lazio) dan Lukas Podolski (Arsenal).

Sekadar catatan, Boateng keturunan Ghana, Oezil keturunan Turki, Khedira keturunan Tunisia, dan Gomez berayah Spanyol. Jerman adalah tim dengan spirit asimilasi kuat, yang membuktikan betapa universalnya sepak bola modern. Jerman dan beberapa tim favorit lainnya belum menunjukkan kinerja yang baik saat uji coba pemanasan.

Namun, itu tidak bisa dipakai sebagai ukuran. Semua pemain top Eropa masih kelelahan dengan jadwal kompetisi liga domestik dan Eropa yang gila-gilaan. Uji coba juga tidak bisa sepenuh hati untuk menghindari cedera. Bagi saya, Jerman dan Spanyol adalah puncak kerucut favorit, dengan bayangbayang ketat oleh Belanda, Portugal, dan Inggris, yang juga pantas diunggulkan dengan perbedaan tipis. Semoga krisis zona euro tidak mengurangi kenikmatan pesta Piala Eropa kali ini. (si)
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5966 seconds (0.1#10.140)