Sepak bola dan seni kepemimpinan

Kamis, 14 Juni 2012 - 06:34 WIB
Sepak bola dan seni...
Sepak bola dan seni kepemimpinan
A A A
Sindonews.com - Sepak bola bukanlah sekadar ”permainan” menendang bola. Sepak bola adalah permainan keras, tapi asyik. Sebuah drama yang menyediakan segalanya tentang dunia yang mungkin dan tak mungkin.

Semuanya bisa terjadi tapi sulit ditebak. Namun, ujung segalanya adalah perjuangan untuk menang. Menurut Antonio Gramsci, dalam sepak bola ada inisiatif, kompetisi, dan perjuangan. Ketiga poin tersebut dipertemukan sebagai sarana mewujudkan gol. Gol untuk kemenangan. Kemenangan demi kebahagiaan bersama. Tidak jauh berbeda dengan politik, bola dimainkan di panggung terbuka.Tiap tim menunjukkan kekuatan dan kehebatannya untuk memenangkan pertandingan.

Sepak bola itu seperti politik karena juga memberikan simbol-simbol tentang siapa yang kuat dan berkuasa. Karena itu, sepak bola memerlukan peraturan yang ketat. Sepak bola tidak bisa dijalankan hanya satu pemain, perlu kerja sama dengan pemain yang lain untuk mewujudkan tujuan bersama. Cristiano Ronaldo, Mario Gomez, Xavi Hernandez, dan Samir Nasri, adalah sederet nama bintang dengan kemampuan nyaris sempurna.

Di lapangan, mereka tidak bisa berkutik jika mengolah bola seorang diri. Dewasa ini, panggung perpolitikan terasa begitu individualistis. Politisi cenderung mencari kesukaannya sendiri atau kepentingan kelompoknya semata. Mereka kurang mau melihat dan memperhatikan kepentingan bersama. Padahal, justru pada masa krisis ini, kita sangat ditantang bekerja bersama-sama.

Kita hidup dalam alam demokrasi yang mensyaratkan individualistis tidak mendominasi permainan. Haruskah individualistis ditakuti? Tidak. Bukan karena tidak perlu, melainkan karena kehebatan kemampuan individu bukanlah poin utama dalam permainan sepak bola. Olahraga ini merupakan tim kesebelasan bukan pertunjukan satu orang. Peran individu akan menjadi lebih bermakna jika dikaitkan dengan peran kebersamaan.

Jadi, dalam dunia sepak bola yang perlu dikembangkan adalah permainan kolektif dengan komando seorang kapten atau pemimpin. Johan Cruyff mengatakan, pemain dengan bekal intelegensi dan watak kepemimpinan yang tinggi sangat diperlukan untuk mengatasi kebuntuan dari momen kritis dan mampu mengambil keuntungan bagi timnya. Dalam keadaan yang serbacepat dan tidak menentu, seorang pemain dituntut berpikir tepat.

Inisiatif untuk mengarahkan bola ke sasaran menjadi sebuah kewajiban yang harus dimiliki pemain. Apakah bola hendak digiring sendiri atau di-passing ke teman. Kalau dioper, ke belakang, ke depan, ke kanan, atau ke kiri. Ini semua harus diputuskan dalam waktu cepat. Karena itu, dibutuhkan pemain berinteligensi tinggi. Sepak bola adalah olahraga yang bercirikan team work, inteligensia, kreativitas, dan sportivitas, tapi tetap memberikan kebebasan individu untuk berimprovisasi.

Poin-poin tersebut patut diambil sebagai pelajaran dalam kehidupan politik saat ini. Hiruk-pikuk politik yang menyuguhkan irama tak beraturan rasanya perlu diarahkan kepada simfoni di bawah arahan “sang dirigen”. Permainan politik harus dijalani sebagai perjuangan yang berujung pada kesejahteraan rakyat sebagai pemilik kedaulatan. Terwujudnya kesejahteraan rakyat sama halnya ketika kita melihat kemenangan tim dalam sepak bola.

Semua bahagia dan dinikmati secara bersama. Dalam sepak bola, kegembiraan adalah milik bersama, bukan pencetak gol saja. Dalam Piala Eropa 2012 kali ini, mereka yang bermain gigih, rapi, dan efektif bisa menjadi juara. Semua negara mempunyai peluang yang sama mengangkat tinggitinggi Trofi Henri Delaunay.

Kuncinya adalah konsistensi dalam optimalisasi organisasi permainan. Berkaca pada keberhasilan Chelsea menjuarai Liga Champions, tim dengan penguasaan bola tinggi dan menyerang lawan secara terus-menerus bukan berarti memperoleh kemenangan. Chelsea bermain cenderung pasif, kemudian memanfaatkan kesalahan lawan untuk berbalik menyerang.

Alhasil, dengan strategi tersebut, The Blues berhasil melumpuhkan Barcelona dan Bayern Muenchen yang memiliki ideologi menyerang penuh. Kesebelasan Jerman sedikit mencerminkan pola permainan Chelsea. Jerman rasanya dapat dipertimbangkan masuk final, atau paling tidak semifinal. Bagaimana menurut Anda? ●

Ali Masykur Musa
Anggota BPK RI dan Ketua Umum ISNU
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0725 seconds (0.1#10.140)