Waduh, fisik pendekar Jatim anjlok

Selasa, 31 Januari 2012 - 09:18 WIB
Waduh, fisik pendekar Jatim anjlok
Waduh, fisik pendekar Jatim anjlok
A A A
Sindonews.com - Pengprov Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Jatim harus berbenah. Sukses menjadi juara umum Prakualifikasi Pekan Olahraga Nasional (PON) di Nusa Tenggara Barat (NTB) 23-27 Januari lalu tidak boleh membuat mereka terlena. Pasalnya, berbagai kelemahan masih terlihat, khususnya kondisi fisik.

Kepala Pelatih Puslatda Silat Jatim Anas Yusuf mengakui jika kondisi fisik anak didik masih perlu ditingkatkan jika tetap ingin mempertahankan gelar juara umum di PON XVIII/Riau, September mendatang.

’’Salah satu yang harus kita benahi sebelum PON digelar adalah peningkatan fisik para pesilat. Kelemahan itu yang terlihat dari hasil Pra-PON,’’ ujarnya.

Dengan sisa waktu sekitar delapan bulan lagi, Anas yakin jika kondisi fisik bisa ditingkatkan asalkan ada program dan dijalankan dengan disiplin oleh para pesilat.

"Bagaimana teknik bisa berjalan bagus, jika kondisi fisik jeblok. Menandang atau memukul butuh kekuatan dan kecepatan dan itu dasarnya adalah fisik yang baik,’’ ujar salah satu pelatih Pelatnas SEA Games 2011 itu.

Terpisah, mantan Ketua Harian IPSI Jatim, Aliadi Ika mengaku cukup kecewa dengan penampilan beberapa pesilat dalam ajang perbutan tiket PON itu, terutama Hariono dan Pranoto.

Pasalnya, kedua pesilat andalan Jatim itu gagal meraih medali emas. Padahal keduanya merupakan pesilat level nasional.

’’Bukan hanya karena gagal meraih medali emas Pra PON, tapi penampilan mereka juga jauh dari harapan, " tandasnya.

Dalam kejurnas pra PON lalu, Pranoto gagal total karena sama sekali pulang tanpa membawa medali. Padahal statusnya adalah pesilat juara dunia dan peraih medali perak di Sea Games 2011 lalu. Sedangkan Hariono hanya meraih perunggu.

’’Saya tidak tahu pastinya, tapi bisa jadi karena terlalu banyak pelatih yang menangani dua pesilat ini sehingga tidak malah jadi baik tapi sebaliknya malah mengalami penuruan,’’ kritiknya.

Tidak hanya itu, dari pengamatan Aliadi Ika, para pesilit Jatim juga tidak mendapatkan kontrol yang kuat baik dari IPSI Jatim.

’’Tidak ada pengawasan kepada atlet selain itu juga tidak komunikasi karena imbas dari kebanyakan pelatih. Ini harus menjadi perhatian dari tim pelatih yang saat ini menangani Puslatda silat Jatim,’’ ingatnya.

Selain kecewa dengan prestasi kedua atlet itu, dia juga kaget dengan penurunan prestasi para atlet senior seperti peraih emas PON XVII Kaltim 2008, Mulyono.

Namun bisa jadi penampilan buruk Mulyono kerena terpengaruh beban mental setelah anaknya baru saja meninggal dunia beberapa hari menjelang Kejurnas digelar.

''Faktor kematian anakanya mungkin mempengaruhi mentalnya. Harus ada yang bisa memotivasinya, " ucapnya.

Di sisi lain, Ketua Harian IPSI Jatim Supratomo mengatakan, kegagalan Hariono dan Pranoto meraih emas di Pra PON karena dua bersaudara itu harus turun kelas. Sebab di kelas J ternyata tidak dipertandingkan.

Sehingga sangat berpengaruh pada penampilan keduanya terutama pada power dan kecepatan. "Masih ada kesempatan untuk mengavaluasi segala kekuragan dan kelebihan yang kita miliki, " elaknya.

Di Pra-PON lalu, Jatim sendiri meraih gelar juara umum dengan mendulang delapan emas, tiga perak dan lima perunggu. Diikuti kontingen Jawa Tengah di posisi runner-up dengan tiga emas, sembilan perak, lima perunggu. Jatim juga meloloskan 22 atlet dari 16 nomor untuk berlaga di PON XVIII/ Riau.

(Laporan: rachmad tomy/Koran Sindo)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7072 seconds (0.1#10.140)