Ulang tahun terkelam Arema FC
A
A
A
Sindonews.com - Pesta ulang tahun Arema FC tahun ini sedikit lebih spesial. Sebab pada 11 Agustus 2012, Arema merayakan hari kelahiran ke-25 atau biasa disebut ulang tahun perak. Telah 25 tahun lamanya klub kebanggaan Aremania ini mewarnai sepakbola Indonesia, mulai dari era Galatama.
Sayang ulang tahun perak justru harus menjadi pesta paling kelam dalam sejarah tim berjuluk Singo Edan. Pesta meriah yang digelar Aremania seakan semu dan mengingkari fakta bahwa harga diri dan kebesaran nama klub mereka sedang sangat terpuruk.
Apalagi kalau bukan dualisme klub dalam semusim terakhir. Pada ulang tahun ke-24 atau tahun lalu, sebenarnya Aremania sudah berpesta dalam situasi gelisah karena konflik berkepanjangan di manajemen. Tapi mereka tak pernah mengira tahun berilkutnya justru bertambah parah dengan adanya dua Arema.
Situasi bertambah kelam karena hingga detik ini belum ada tanda-tanda Arema kembali menjadi satu. Aremania tampaknya juga pesimistis dan tidak peduli lagi dengan adanya dua klub dengan nama yang sama. Aremania sudah menentukan pilihan Arema yang mana lebih pantas didukung.
Pesta ulang tahun perak yang seharusnya menjadi titik awal penyatuan Arema, tidak dimanfaatkan dengan baik. Yang terlihat hanya pesta dan pesta, tanpa mempedulikan bagaimana kondisi klub yang faktanya tak lebih baik dari sebuah klub amatir. Tak ada yang menyadari bahwa dualisme telah menggerus kredibilitas klub.
"Apa pun kondisinya, bagaimana pun situasinya, Arema harusnya kembali menjadi satu. Di momen ulang tahun perak Arema, saya berharap ada perubahan besar. Saya yakin Arema bisa lebih baik karena dikendalikan orang-orang yang cerdas dan kompeten," kata mantan Manajer dan Sekretaris Umum Arema FC Satrija Budi Wibawa.
Pengurus Arema FC di era PT Bentoel Prima ini mengakui, Singo Edan sedang dalam titik terendah dalam perjalanannya di kompetisi tanah air. Mengembalikan Arema menjadi satu dipercaya bakal mengembalikan kehormatan Arema yang selama ini tercabik-cabik.
Arema pernah mengalami masa sulit, seperti terdegradasi ke Divisi I pada 2003 silam. Tapi itu dianggap bukan sebuah kehancuran, karena nyatanya semusim kemudian klub berlogo kepala singa kembali ke Divisi Utama dengan pengelolaan lebih modern oleh PT Bentoel Prima.
"Bagi saya degradasi dulu dengan sekarang sangat berbeda. Kalau degradasi lebih mudah dihadapi, tapi kalau situasi seperti sekarang tampaknya sangat rumit. Boleh saja supporter mengakui hanya ada satu Arema, tapi kenyataannya ada dua di Malang. Itu tak bisa diingkari," tukas mantan kapten Arema FC I Putu Gede.
Sebagai salah satu legenda Singo Edan, Putu juga menginginkan persoalan dualisme di Arema secepatnya bisa selesai. "Caranya bagaimana saya tidak tahu pasti. Yang jelas semua tentu prihatin dan tidak nyaman dengan situasi Arema yang sekarang ini. Harus ada upaya penyelesaiannya," tandas Putu.
Arema sebenarnya sempat menjajaki kemungkinan rekonsiliasi. Tapi, gampang diduga, kedua kubu sama-sama jual mahal dan ingin mendapatkan keistimewaan. Arema IPL bersenjatakan keabsahan klub dari sisi hukum dan diakui PSSI sebagai pihak yang sah. Sedangkan Arema ISL sangat percaya diri karena didukung penuh supporter Aremania.
Sama-sama merasa lebih istimewa, pada akhirnya rekonsiliasi tak pernah benar-benar diseriusi. Paling tidak, fanatisme pada kompetisi masing-masing, yakni IPL dan ISL, sudah menjadi gambaran bahwa niatan untuk menyatukan Arema sesungguhnya tidak pernah ada.
Sayang ulang tahun perak justru harus menjadi pesta paling kelam dalam sejarah tim berjuluk Singo Edan. Pesta meriah yang digelar Aremania seakan semu dan mengingkari fakta bahwa harga diri dan kebesaran nama klub mereka sedang sangat terpuruk.
Apalagi kalau bukan dualisme klub dalam semusim terakhir. Pada ulang tahun ke-24 atau tahun lalu, sebenarnya Aremania sudah berpesta dalam situasi gelisah karena konflik berkepanjangan di manajemen. Tapi mereka tak pernah mengira tahun berilkutnya justru bertambah parah dengan adanya dua Arema.
Situasi bertambah kelam karena hingga detik ini belum ada tanda-tanda Arema kembali menjadi satu. Aremania tampaknya juga pesimistis dan tidak peduli lagi dengan adanya dua klub dengan nama yang sama. Aremania sudah menentukan pilihan Arema yang mana lebih pantas didukung.
Pesta ulang tahun perak yang seharusnya menjadi titik awal penyatuan Arema, tidak dimanfaatkan dengan baik. Yang terlihat hanya pesta dan pesta, tanpa mempedulikan bagaimana kondisi klub yang faktanya tak lebih baik dari sebuah klub amatir. Tak ada yang menyadari bahwa dualisme telah menggerus kredibilitas klub.
"Apa pun kondisinya, bagaimana pun situasinya, Arema harusnya kembali menjadi satu. Di momen ulang tahun perak Arema, saya berharap ada perubahan besar. Saya yakin Arema bisa lebih baik karena dikendalikan orang-orang yang cerdas dan kompeten," kata mantan Manajer dan Sekretaris Umum Arema FC Satrija Budi Wibawa.
Pengurus Arema FC di era PT Bentoel Prima ini mengakui, Singo Edan sedang dalam titik terendah dalam perjalanannya di kompetisi tanah air. Mengembalikan Arema menjadi satu dipercaya bakal mengembalikan kehormatan Arema yang selama ini tercabik-cabik.
Arema pernah mengalami masa sulit, seperti terdegradasi ke Divisi I pada 2003 silam. Tapi itu dianggap bukan sebuah kehancuran, karena nyatanya semusim kemudian klub berlogo kepala singa kembali ke Divisi Utama dengan pengelolaan lebih modern oleh PT Bentoel Prima.
"Bagi saya degradasi dulu dengan sekarang sangat berbeda. Kalau degradasi lebih mudah dihadapi, tapi kalau situasi seperti sekarang tampaknya sangat rumit. Boleh saja supporter mengakui hanya ada satu Arema, tapi kenyataannya ada dua di Malang. Itu tak bisa diingkari," tukas mantan kapten Arema FC I Putu Gede.
Sebagai salah satu legenda Singo Edan, Putu juga menginginkan persoalan dualisme di Arema secepatnya bisa selesai. "Caranya bagaimana saya tidak tahu pasti. Yang jelas semua tentu prihatin dan tidak nyaman dengan situasi Arema yang sekarang ini. Harus ada upaya penyelesaiannya," tandas Putu.
Arema sebenarnya sempat menjajaki kemungkinan rekonsiliasi. Tapi, gampang diduga, kedua kubu sama-sama jual mahal dan ingin mendapatkan keistimewaan. Arema IPL bersenjatakan keabsahan klub dari sisi hukum dan diakui PSSI sebagai pihak yang sah. Sedangkan Arema ISL sangat percaya diri karena didukung penuh supporter Aremania.
Sama-sama merasa lebih istimewa, pada akhirnya rekonsiliasi tak pernah benar-benar diseriusi. Paling tidak, fanatisme pada kompetisi masing-masing, yakni IPL dan ISL, sudah menjadi gambaran bahwa niatan untuk menyatukan Arema sesungguhnya tidak pernah ada.
(wbs)