Kenapa harus Camargo?
A
A
A
Sindonews.com - Perekrutan Paulo Camargo dipandang sebagai perekrutan paling efisien untuk Arema versi Indonesian Super League (ISL). Manajemen memandang kedatangan Camargo sangat tepat dipandang dari sejumlah aspek, baik catatan prestasi maupun harga kontrak.
Manajemen Arema ISL menampik kesepakatan dengan pelatih asal Brasil itu hanya karena harga kontrak yang murah. Klub yang bermarkas di Stadion Kanjuruhan menganggap Camargo pelatih berkualitas yang bisa memberikan perbedaan positif bagi Arema musim depan.
Direktur Utama Arema ISL Ruddy Widodo mengatakan, pihaknya sudah lama memantau sepak terjang Paulo Camargo bersama Persibo Bojonegoro. Torehan gelar Piala Indonesia dan kemampuannya membesut Samsul Arif dkk dianggap layak menangani tim lebih besar seperti Arema FC.
“Harga kontrak memang menjadi pertimbangan khusus, namun bukan itu satu-satunya alasan kedatangan Camargo. Kami ingin pelatih bermental juara, karena dia memberikan gelar Piala Indonesia untuk Persibo, sekaligus mampu membimbing tim yang mempunyai banyak pemain muda,” cetus Ruddy.
Camargo adalah salah satu sosok pelatih terbaik di Indonesian Premier League (IPL) musim lalu. Tidak hanya diukur dari keberhasilannya memboyong trofi Piala Indonesia ke Bojonegoro, namun ada sejumlah aspek yang membuat pelatih ini layak mendapat tantangan lebih besar. Apa saja?
1. Mental
Ini aspek terpenting dan menjadi persyaratan Arema FC yang ingin meraih gelar ISL musim depan. Paulo Camargo telah membuktikan dirinya tak membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan trofi di Indonesia. Hanya dua musim, sebelumnya bersama Tangerang Wolves, dia sudah bisa menghadirkan gelar untuk Persibo Bojonegoro. Fakta yang tergolong langka bagi pelatih asing. Mental juara Paulo Camargo sudah cukup menjadi pertimbangan Arema FC untuk memakai tenaganya musim depan. Apalagi dilihat dari curriculum vitae, pelatih ini sudah kenyang dengan pengalaman melatih.
2. Konsep
Paulo Camargo mempunyai konsep unik dalam kepelatihannya bersama Persibo Bojonegoro musim lalu. Sekilas dia mirip dengan Robert Rene Alberts, pelatih yang memberikan gelar ISL 2009-2010 untuk Arema lalu. Kedua pelatih sama-sama tidak membutuhkan pemain bintang dan tidak ngotot mendatangkan pemain bintang. Camargo jeli mengefektifkan kekuatan dengan pemain apa adanya dan tentunya itu tidak berat untuk efisiensi klub. Kemampuannya memunculkan bintang baru juga mengingatkan pada sosok Robert. Percaya kepada pemain muda dan ini sejalan dengan konsep Arema yang ingin memunculkan talenta-talenta baru di Kanjuruhan musim depan.
3. Konsistensi
Paulo Camargo pelatih yang berani sekali konsisten dalam menerapkan strategi di lapangan. Pola 3-4-3 sebelumnya dianggap asing dan sulit diterapkan di sepakbola Indonesia karena harus bermodal pemain yang benar-benar berkualitas. Nyatanya dia berhasil melakukan itu di Persibo. Konsistensinya dalam menerapkan strategi juga harus diacungi jempol karena tidak ada perubahan strategi berarti selama menangani Persibo. Konsistensi strategi inilah yang membuat pemain tidak kebingungan mencerna strategi yang dibawanya. Dia paham benar karakter pemain yang bisa memainkan sepakbola seperti keinginannya Pelatih ini juga sangat komunikatif kepada semua elemen di tim.
4. Profesionalisme
Kendati musim lalu merasakan pahitnya melatih Persibo karena krisis finansial, Paulo Camargo menunjukkan dirinya profesional sejati. Jelang akhir musim, dia sempat izin pulang ke negaranya selama sebulan karena ada acara keluarga. Walau belum digaji, dia mempunyai tanggungjawab besar dan benar-benar hadir tepat sebelum Persibo Bojonegoro bertanding di final Piala Indonesia kontra Semen Padang. Kehadirannya sangat vital dalam menyuguhkan kemenangan 1-0 di final yang digelar di Stadion Sultan Agung, Bantul, itu.
5. Harga
Walau telah memberikan gelar kepada Persibo, Paulo Camargo tidak lantas lupa diri dan mematok harga kontrak menjulang. Mudahnya Arema ISL mencapai kesepakatan dengan dia salah satunya dipengaruhi faktor harga kontrak. Arema sebelumnya batal menyodori kontrak Milomir Seslija yang meminta Rp1 miliar per musim. Camargo diprediksi bernilai Rp700-Rp800 miliar per musim. Harga itu tergolong murah untuk pelatih yang mempunyai catatan gelar, dibanding Milomir Seslija yang belum mempunyai bukti apa pun.
Manajemen Arema ISL menampik kesepakatan dengan pelatih asal Brasil itu hanya karena harga kontrak yang murah. Klub yang bermarkas di Stadion Kanjuruhan menganggap Camargo pelatih berkualitas yang bisa memberikan perbedaan positif bagi Arema musim depan.
Direktur Utama Arema ISL Ruddy Widodo mengatakan, pihaknya sudah lama memantau sepak terjang Paulo Camargo bersama Persibo Bojonegoro. Torehan gelar Piala Indonesia dan kemampuannya membesut Samsul Arif dkk dianggap layak menangani tim lebih besar seperti Arema FC.
“Harga kontrak memang menjadi pertimbangan khusus, namun bukan itu satu-satunya alasan kedatangan Camargo. Kami ingin pelatih bermental juara, karena dia memberikan gelar Piala Indonesia untuk Persibo, sekaligus mampu membimbing tim yang mempunyai banyak pemain muda,” cetus Ruddy.
Camargo adalah salah satu sosok pelatih terbaik di Indonesian Premier League (IPL) musim lalu. Tidak hanya diukur dari keberhasilannya memboyong trofi Piala Indonesia ke Bojonegoro, namun ada sejumlah aspek yang membuat pelatih ini layak mendapat tantangan lebih besar. Apa saja?
1. Mental
Ini aspek terpenting dan menjadi persyaratan Arema FC yang ingin meraih gelar ISL musim depan. Paulo Camargo telah membuktikan dirinya tak membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan trofi di Indonesia. Hanya dua musim, sebelumnya bersama Tangerang Wolves, dia sudah bisa menghadirkan gelar untuk Persibo Bojonegoro. Fakta yang tergolong langka bagi pelatih asing. Mental juara Paulo Camargo sudah cukup menjadi pertimbangan Arema FC untuk memakai tenaganya musim depan. Apalagi dilihat dari curriculum vitae, pelatih ini sudah kenyang dengan pengalaman melatih.
2. Konsep
Paulo Camargo mempunyai konsep unik dalam kepelatihannya bersama Persibo Bojonegoro musim lalu. Sekilas dia mirip dengan Robert Rene Alberts, pelatih yang memberikan gelar ISL 2009-2010 untuk Arema lalu. Kedua pelatih sama-sama tidak membutuhkan pemain bintang dan tidak ngotot mendatangkan pemain bintang. Camargo jeli mengefektifkan kekuatan dengan pemain apa adanya dan tentunya itu tidak berat untuk efisiensi klub. Kemampuannya memunculkan bintang baru juga mengingatkan pada sosok Robert. Percaya kepada pemain muda dan ini sejalan dengan konsep Arema yang ingin memunculkan talenta-talenta baru di Kanjuruhan musim depan.
3. Konsistensi
Paulo Camargo pelatih yang berani sekali konsisten dalam menerapkan strategi di lapangan. Pola 3-4-3 sebelumnya dianggap asing dan sulit diterapkan di sepakbola Indonesia karena harus bermodal pemain yang benar-benar berkualitas. Nyatanya dia berhasil melakukan itu di Persibo. Konsistensinya dalam menerapkan strategi juga harus diacungi jempol karena tidak ada perubahan strategi berarti selama menangani Persibo. Konsistensi strategi inilah yang membuat pemain tidak kebingungan mencerna strategi yang dibawanya. Dia paham benar karakter pemain yang bisa memainkan sepakbola seperti keinginannya Pelatih ini juga sangat komunikatif kepada semua elemen di tim.
4. Profesionalisme
Kendati musim lalu merasakan pahitnya melatih Persibo karena krisis finansial, Paulo Camargo menunjukkan dirinya profesional sejati. Jelang akhir musim, dia sempat izin pulang ke negaranya selama sebulan karena ada acara keluarga. Walau belum digaji, dia mempunyai tanggungjawab besar dan benar-benar hadir tepat sebelum Persibo Bojonegoro bertanding di final Piala Indonesia kontra Semen Padang. Kehadirannya sangat vital dalam menyuguhkan kemenangan 1-0 di final yang digelar di Stadion Sultan Agung, Bantul, itu.
5. Harga
Walau telah memberikan gelar kepada Persibo, Paulo Camargo tidak lantas lupa diri dan mematok harga kontrak menjulang. Mudahnya Arema ISL mencapai kesepakatan dengan dia salah satunya dipengaruhi faktor harga kontrak. Arema sebelumnya batal menyodori kontrak Milomir Seslija yang meminta Rp1 miliar per musim. Camargo diprediksi bernilai Rp700-Rp800 miliar per musim. Harga itu tergolong murah untuk pelatih yang mempunyai catatan gelar, dibanding Milomir Seslija yang belum mempunyai bukti apa pun.
(wbs)