PSIM tak punya sporting development
Kamis, 04 Oktober 2012 - 21:40 WIB

PSIM tak punya sporting development
A
A
A
Sindonews.com - Klaim manajemen PSIM Yogyakarta bahwa mereka hanya terkendala aspek finansial untuk berkompetisi musim 2012/13 akhirnya terbantahkan. Aspek sporting yang diklaim paling siap ternyata tak diakui PT Liga Indonesia.
Aspek sporting dimaksud adalah keberadaan Diklat PSIM. Diklat yang semula terintegrasi dengan Laskar Mataram, julukan PSIM kini berada di bawah Pengkot PSSI Yogya agar tetap mendapat kucuran dana APBD. Tapi, kebijakan ini justru bertentangan dengan prinsip AFC.
CEO PT Liga Indonesia, Joko Driyono menegaskan, diklat yang berada di luar struktur tidak dapat dimasukkan kedalam sporting development. Dengan begitu, Laskar Mataram tetap dianggap belum memenuhi aspek sporting.
“Ditinjau dari regulasinya ya seperti itu. Diklat masuk itungan sporting development kalau berada dalam struktur. Jadi diklat PSIM tidak bisa dilaim dong karena berada di bawah pengkot setempat,” kata Joko, Kamis (4/10/2012).
Meski begitu, Laskar Mataram tetap bisa tenang. Sebab, aturan itu tidak saklek. Artinya, menginngat kondisi sepakbola Indonesia yang masih membutuhkan dana pemerintah untuk membina pemain usia muda, AFC bakal memberikan toleransi.
“Memang harus diakui untuk membina usia muda di Indonesia dana pemerintah masih dibutuhkan. Jika menilik kondisi seperti ini bisa saja AFC memberi toleransi,” terangnya.
Terpisah, Ketua Umum Pengkot PSSI Yogya tak sependapat dengan Joko. Menurutnya, meski posisi Diklat sudah tak lagi di bawah PSIM, tetap saja muara akhirnya ialah menciptakan pemain yang nantinya bakal membela Laskar Mataram.
Dia mengatakan, Diklat ini memiliki sistem pembinaan dengan dua kelompok umur, yakni U-17 dan U-15. "Tujuan pertama para pemain diklat adalah Tunas Yogya. Setelah itu, PSIM menjadi tujuan akhir untuk mereka," terangnya.
“Seandainya regulasinya benar demikian, ada bagusnya jika PSIM dan Diklat punya kerjasama tertulis. Jadinya dengan demikian PSIM dan Diklat benar-benar mempunyai keterikatan sehingga aspek sporting development bisa terpenuhi,” tambahnya.
Aspek sporting dimaksud adalah keberadaan Diklat PSIM. Diklat yang semula terintegrasi dengan Laskar Mataram, julukan PSIM kini berada di bawah Pengkot PSSI Yogya agar tetap mendapat kucuran dana APBD. Tapi, kebijakan ini justru bertentangan dengan prinsip AFC.
CEO PT Liga Indonesia, Joko Driyono menegaskan, diklat yang berada di luar struktur tidak dapat dimasukkan kedalam sporting development. Dengan begitu, Laskar Mataram tetap dianggap belum memenuhi aspek sporting.
“Ditinjau dari regulasinya ya seperti itu. Diklat masuk itungan sporting development kalau berada dalam struktur. Jadi diklat PSIM tidak bisa dilaim dong karena berada di bawah pengkot setempat,” kata Joko, Kamis (4/10/2012).
Meski begitu, Laskar Mataram tetap bisa tenang. Sebab, aturan itu tidak saklek. Artinya, menginngat kondisi sepakbola Indonesia yang masih membutuhkan dana pemerintah untuk membina pemain usia muda, AFC bakal memberikan toleransi.
“Memang harus diakui untuk membina usia muda di Indonesia dana pemerintah masih dibutuhkan. Jika menilik kondisi seperti ini bisa saja AFC memberi toleransi,” terangnya.
Terpisah, Ketua Umum Pengkot PSSI Yogya tak sependapat dengan Joko. Menurutnya, meski posisi Diklat sudah tak lagi di bawah PSIM, tetap saja muara akhirnya ialah menciptakan pemain yang nantinya bakal membela Laskar Mataram.
Dia mengatakan, Diklat ini memiliki sistem pembinaan dengan dua kelompok umur, yakni U-17 dan U-15. "Tujuan pertama para pemain diklat adalah Tunas Yogya. Setelah itu, PSIM menjadi tujuan akhir untuk mereka," terangnya.
“Seandainya regulasinya benar demikian, ada bagusnya jika PSIM dan Diklat punya kerjasama tertulis. Jadinya dengan demikian PSIM dan Diklat benar-benar mempunyai keterikatan sehingga aspek sporting development bisa terpenuhi,” tambahnya.
(wbs)