Enaknya menjadi Mark Clattenburg
Kamis, 15 November 2012 - 07:43 WIB

Enaknya menjadi Mark Clattenburg
A
A
A
Sindonews.com - Betapa enaknya Mark Clattenburg. Meski sempat menuai kecaman lantaran diduga melakukan penghinaan berbau rasial terhadap John Obi Mikel saat memimpin laga Chelsea kontra Manchester United (MU), Minggu (28/10), wasit berusia 37 tahun tersebut justru bisa bernapas lega lantaran terhindar dari jeratan hukum.
Kepolisian Metropolitan Inggris yang telah melakukan investigasi pada 30 Oktober lalu memutuskan tidak melakukan penyelidikan lebih lanjut karena tidak mempunyai cukup bukti untuk menjerat Clattenburg. Polisi tidak bisa bergerak lebih dalam lantaran hanya menerima pengaduan tertulis dari Peter Herbert yang merupakan ketua asosiasi pengacara kulit hitam atau Society of Black Lawyers.
Meski telah memutuskan menghentikan penyelidikan,pihak kepolisian berjanji akan kembali melanjutkannya bila mendapatkan laporan-laporan baru yang bisa membuktikan jika Clattenburg benar-benar melakukan penghinaan berbau rasial.
''Kami memutuskan menghentikan penyelidikan. Tanpa ada bukti yang kuat dan pengaduan dari korban sangat sulit bagi kami untuk menjeratnya (Clattenburg). Namun, jika ada perubahan situasi dan kami menerima bukti-bukti lain serta pengaduan korban yang dapat mendukung, kami akan kembali melanjutkan proses investigasi,”ungkap perwakilan kepolisian,dilansir Guardian.
Tak pelak keputusan yang diambil pihak kepolisian mengundang reaksi keras dari berbagai pihak.Herbert pun menilai kepolisian berusaha untuk menutup-nutupi kejadian yang sebenarnya.
''Kami memandang keputusan kepolisian untuk menghentikan penyelidikan terhadap penghinaan rasial yang dilakukan Clattenburg sangat mencurigakan. Mereka seolah-olah ingin menutup-nutupi kejadian yang sebenarnya.Industri sepak bola di Inggris tampaknya tidak ingin masalah ini berkepanjangan,”ungkap Herbert.
Herbert bahkan menganggap Chelsea dan FA telah gagal meyakinkan pihak kepolisian sehingga penyelidikan harus terhenti. Dia menilai FA sebagai otoritas tertinggi sepak bola Inggris tidak memiliki keseriusan untuk memberantas kejahatan rasial di Liga Primer.
“Kami pikir Chelsea dan FA telah gagal memberikan informasi yang cukup sehingga pihak kepolisian enggan melakukan investigasi lebih lanjut.Kami curiga Chelsea dan FA mempunyai kepentingan terselubung,”tambahnya. Namun,komentar yang dilontarkan Herbert dibantah keras Ketua Eksekutif Chelsea Bruce Buck.Buck menegaskan klubnya tidak pernah berniat untuk menyembunyikan apa pun dari publik.
''Saya pikir tuduhan Herbert terhadap kami benar-benar keliru.Jika kami mencoba menyembunyikan sebuah kebenaran dari publik, tentu sangat berisiko.Akibatnya,kami bakal kehilangan kepercayaan publik. Saya tegaskan bahwa kami tidak akan pernah melakukan hal serendah itu,”kata Buck.
Buck juga mengatakan media sengaja mengaitkan kasus rasial yang dilakukan John Terry terhadap pemain Queens Park Rangers (QPR) Anton Ferdinand beberapa waktu dengan yang dilakukan Clattenburg.
''Media tampaknya ingin membuat kami seolah-olah menjadi munafik.Pembelaan yang kami lakukan terhadap Terry sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang dilakukan Clattenburg.Kami hanya mempunyai jawaban sederhana,yakni kami memiliki kewajiban untuk mengungkapkan kebenaran dan kami melakukannya dengan niat yang baik,”tandasnya.
Kepolisian Metropolitan Inggris yang telah melakukan investigasi pada 30 Oktober lalu memutuskan tidak melakukan penyelidikan lebih lanjut karena tidak mempunyai cukup bukti untuk menjerat Clattenburg. Polisi tidak bisa bergerak lebih dalam lantaran hanya menerima pengaduan tertulis dari Peter Herbert yang merupakan ketua asosiasi pengacara kulit hitam atau Society of Black Lawyers.
Meski telah memutuskan menghentikan penyelidikan,pihak kepolisian berjanji akan kembali melanjutkannya bila mendapatkan laporan-laporan baru yang bisa membuktikan jika Clattenburg benar-benar melakukan penghinaan berbau rasial.
''Kami memutuskan menghentikan penyelidikan. Tanpa ada bukti yang kuat dan pengaduan dari korban sangat sulit bagi kami untuk menjeratnya (Clattenburg). Namun, jika ada perubahan situasi dan kami menerima bukti-bukti lain serta pengaduan korban yang dapat mendukung, kami akan kembali melanjutkan proses investigasi,”ungkap perwakilan kepolisian,dilansir Guardian.
Tak pelak keputusan yang diambil pihak kepolisian mengundang reaksi keras dari berbagai pihak.Herbert pun menilai kepolisian berusaha untuk menutup-nutupi kejadian yang sebenarnya.
''Kami memandang keputusan kepolisian untuk menghentikan penyelidikan terhadap penghinaan rasial yang dilakukan Clattenburg sangat mencurigakan. Mereka seolah-olah ingin menutup-nutupi kejadian yang sebenarnya.Industri sepak bola di Inggris tampaknya tidak ingin masalah ini berkepanjangan,”ungkap Herbert.
Herbert bahkan menganggap Chelsea dan FA telah gagal meyakinkan pihak kepolisian sehingga penyelidikan harus terhenti. Dia menilai FA sebagai otoritas tertinggi sepak bola Inggris tidak memiliki keseriusan untuk memberantas kejahatan rasial di Liga Primer.
“Kami pikir Chelsea dan FA telah gagal memberikan informasi yang cukup sehingga pihak kepolisian enggan melakukan investigasi lebih lanjut.Kami curiga Chelsea dan FA mempunyai kepentingan terselubung,”tambahnya. Namun,komentar yang dilontarkan Herbert dibantah keras Ketua Eksekutif Chelsea Bruce Buck.Buck menegaskan klubnya tidak pernah berniat untuk menyembunyikan apa pun dari publik.
''Saya pikir tuduhan Herbert terhadap kami benar-benar keliru.Jika kami mencoba menyembunyikan sebuah kebenaran dari publik, tentu sangat berisiko.Akibatnya,kami bakal kehilangan kepercayaan publik. Saya tegaskan bahwa kami tidak akan pernah melakukan hal serendah itu,”kata Buck.
Buck juga mengatakan media sengaja mengaitkan kasus rasial yang dilakukan John Terry terhadap pemain Queens Park Rangers (QPR) Anton Ferdinand beberapa waktu dengan yang dilakukan Clattenburg.
''Media tampaknya ingin membuat kami seolah-olah menjadi munafik.Pembelaan yang kami lakukan terhadap Terry sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang dilakukan Clattenburg.Kami hanya mempunyai jawaban sederhana,yakni kami memiliki kewajiban untuk mengungkapkan kebenaran dan kami melakukannya dengan niat yang baik,”tandasnya.
(aww)